Pasien Bergejala Terus Bertambah, OTG Diminta Isolasi di Rumah
Wisma Atlet kini difokuskan untuk merawat pasien bergejala. Pasien tanpa gejala diimbau isolasi mandiri di rumah. Pemerintah Provinsi DKI menyiapkan 17.900 petak lahan makam untuk korban korona.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara/Helena F Nababan/Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Staf Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta Brigadir Jenderal M Saleh Mustafa menyebutkan, saat ini jumlah kasus aktif di Ibu Kota sudah sangat tinggi sehingga Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Pademangan di Jakarta Utara diprioritaskan bagi pasien bergejala ringan.
Sebelumnya, Wisma Atlet Pademangan untuk pasien tanpa gejala dan bergejala ringan dan Wisma Atlet Kemayoran untuk pasien bergejala ringan hingga berat.
”Yang tanpa gejala bukan berarti tidak perlu penanganan, tetapi itu masih bisa dilakukan oleh dirinya sendiri dengan isolasi mandiri di rumah,” ucap Saleh yang juga Wakil Komandan Komando Tugas Gabungan Terpadu RSDC Wisma Atlet, Rabu (27/1/2021), di Pademangan.
Karena itu, Saleh mengimbau para orang tanpa gejala (OTG) yang masih mampu isolasi mandiri di rumah agar tidak meminta dirujuk ke RS atau fasilitas isolasi yang disediakan pemerintah. Meski demikian, Wisma Atlet Pademangan bakal menerima OTG yang tidak mampu isolasi mandiri, misalnya karena tinggal di lingkungan padat penduduk dan kondisi rumah tidak layak.
Kami memahami masyarakat sudah cukup lelah, capek, hampir setahun kita berjuang melawan Covid-19. Namun, kami yakin seluruh warga tidak menyerah, tidak boleh menyerah, terus disiplin cegah penularan wabah. (Ahmad Riza Patria)
Berdasarkan data pada Selasa (26/1/2021) malam, dari total 1.016 tempat tidur di Menara 8 Pademangan, sudah ditempati 783 pasien. Tingkat okupansi Menara 9 kini 1.018 pasien dari daya tampung 1.746 orang.
Antisipasi lonjakan kasus juga terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kendati angka kematian di Jakarta diklaim menurun, kebutuhan pemakaman dengan protokol Covid-19 tetap tinggi. Kondisi ini membuat DKI menyiapkan 17.900 petak makam.
Pada 26 Januari, ada 23.462 kasus aktif yang masih dirawat atau isolasi. Sampai Rabu, total ada 254.580 kasus konfirmasi dengan tingkat kesembuhan 89,2 persen dan tingkat kematian 1,6 persen di DKI.
”Kami terus menyiapkan lahan pemakaman. Targetnya pada Februari lahan makam dan petak yang disiapkan sudah bisa difungsikan. Sekarang dalam proses penyiapan lahan dan akses jalan menuju tempat pemakaman,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria seusai melihat persiapan lahan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan di Jakarta Utara.
Ahmad Riza dalam penjelasannya merinci, 17.900 petak makam itu tersebar di sejumlah TPU, yaitu di TPU Bambu Apus 2 (Bambu Wulung, Jakarta Timur), TPU Srengseng Sawah 2 di Jakarta Selatan, dan di TPU Tegal Alur, tepatnya di Jalan Sahabat, Jakarta Barat.
Selain itu, di TPU Rorotan, untuk pemakaian 8.000 meter persegi akan berdaya tampung 1.500 petak makam. Tambahan lahan makam lainnya ada di RTH Jalan Kramat Tiga (Lubang Buaya, Jakarta Timur) dan RTH Jalan Raya Pondok Gede/Dukuh II (Kramat Jati, Jakarta Timur).
Ahmad Riza berharap, dengan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dari 26 Januari-8 Februari, seiring pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) se-Jawa-Bali pada periode yang sama, akan ada penurunan kasus.
”Tentu semuanya berpulang pada kita, warga Jakarta, untuk disiplin. Kami memahami masyarakat sudah cukup lelah, capek, hampir setahun kita berjuang melawan Covid-19. Kami yakin seluruh warga tidak menyerah, tidak boleh menyerah, terus berjuang kita bersama-sama memastikan kesehatan kita keluarga dan seluruh komunitas masyarakat dan wilayah Jakarta semua segera terbebas dari penyebaran Covid-19,” katanya.
Ahmad Riza juga menyampaikan, agar roda ekonomi tetap bisa berjalan semasa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) jilid 2 periode 26 Januari-8 Februari, jam buka usaha dan jam operasional angkutan umum diperpanjang satu jam. Kini, pusat belanja buka hingga pukul 20.00 dan layanan angkutan umum hingga pukul 21.00. Namun, aturan pembatasan pengunjung dan karyawan masuk tetap seperti semula.
Penularan di ruang mikro
Berbagai antisipasi pencegahan penularan Covid-19 selama ini dinilai belum mampu memitigasi celah penularan di ruang mikro. Pelacakan kasus positif Covid-19, misalnya, membentur berbagai celah yang tidak terpantau oleh aparat penegak hukum dan perpanjangan tangan pemerintah di masyarakat.
”Mayoritas kegiatan puskesmas saat ini adalah tracing atau penelusuran kontak erat pasien positif Covid-19. Swab (tes usap) massal sudah jarang kami lakukan, kecuali jika ada permintaan khusus dari RT atau RW,” kata Kepala Puskesmas Cilincing, Jakarta Utara, Edison Sahputra, kemarin.
Menurut Edison, isolasi di rumah ini adalah hal baru karena sejak awal puskesmas selalu mengupayakan agar pasien dan OTG bisa menjalani isolasi terkendali, baik di RS maupun hotel yang pengawasannya bisa 24 jam.
Ia menjabarkan, keseluruhan kasus ialah kluster keluarga, yakni warga pergi bekerja di luar daerah Cilincing. Ketika pulang, mereka menularkan virus korona baru kepada anggota keluarga. Kasus organik yang berasal dari dalam wilayah Cilincing sendiri, baik permukiman, pertokoan, maupun perkantoran sejauh ini sudah tidak ada.
Namun, Edison menjelaskan, puskesmas tidak mengetahui celah masuknya virus. Ada banyak faktor yang memungkinkan, seperti saat pergi dan pulang ke tempat kerja, sistem protokol keamanan di kantor, serta protokol keamanan pada jam istirahat. Ketika melakukan penelusuran kontak erat, puskesmas hanya bisa mengetes anggota keluarga dan tetangga yang berinteraksi dengan pasien positif.