Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat warga makin mewaspadai penularan. Untuk menghindari itu, mereka mengenakan masker berlapis-lapis.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat sebagian warga di Jakarta mendisiplinkan pemakaian masker hingga berlapis-lapis. Mereka meyakini langkah itu lebih efektif mencegah potensi penularan selama beraktivitas di luar ruangan.
Sejumlah warga di Jakarta menambahkan satu hingga dua lapisan masker dari yang telah mereka pakai saat berkegiatan pada Selasa (26/1/2021). Nunung Ratna (40), warga Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, memakai dua lapis masker kain berjenis 3 ply. Dia juga menambahkan lapisan tisu di bagian batang hidung yang bersentuhan dengan masker.
Menurut Nunung, penggunaan berlapis itu didasari alasan kewaspadaan pandemi. Sehari-hari, dia masih bepergian menuju pasar, toko elektronik, serta sejumlah tempat yang berpotensi kerumunan. Dia memastikan posisi maskernya tetap ajek meski berdesakan dalam kerumunan orang.
Tisu di sela batang hidung dia pakai sebagai bantalan agar posisi masker tetap terjaga. ”Tisu itu juga menjadi alas untuk batang hidung saya, terutama karena sering kali hidung jadi gatal kalau pakai masker terlalu lama. Tisu membantu agar saya tetap bisa tahan pakai masker dalam jangka waktu hampir seharian,” tutur Ibu rumah tangga yang juga berdagang susu kedelai di Jalan Kemanggisan Raya, Jakarta Barat, itu.
Cara yang hampir sama dilakukan juga oleh Suhartini (66). Selama bepergian ke kantor dengan angkutan umum, dia mengandalkan dua masker jenis 3 ply untuk menutupi mulut dan sebagian wajah. Masker jenis 3 ply yang dia pakai bukan digantungkan di telinga, melainkan diikatkan di lingkar kepala.
Perempuan ini lebih memilih mengikatkan tali masker di kepala demi menghindari sakit di bagian telinga. Sepengalaman dia, telinganya terasa sakit jika menggunakan masker berjenis gantungan telinga (ear loop) dalam waktu lebih dari 2 jam.
”Pakai dua lapis begitu sebenarnya bikin masker tambah ketat. Kalau terlalu ketat dan maskernya digantungkan di telinga, ya, jadi sakit. Makanya, saya lebih pilih tali masker yang bisa diikat ke belakang,” tutur pekerja yang berkantor di Menteng, Jakarta Pusat, ini.
Selain Suhartini, ada Lilik Rahayu (46) yang juga mengenakan dua lapis masker serta pelindung wajah. Pegawai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini menyadari penggunaan masker berlapis-lapis sebagai langkah kewaspadaan. ”Yang satu, kan, masker scuba satu lapis, terus ditambah dengan masker 3 ply, lalu pakai face shield juga untuk menghindari paparan droplets ke wajah,” ucapnya.
Fenomena penggunaan masker berlapis menjadi bentuk kewaspadaan publik akhir-akhir ini. Terutama karena penularan Covid-19 masih terjadi hingga kini mencapai total 1.012.350 kasus positif per 26 Januari 2021.
Kondisi itu berdampak pada ketatnya penggunaan masker di pusat kota. Kawasan pusat niaga dan bisnis di Jakarta menjalankan pembatasan operasional sebelum malam hari. Aktivitas warga relatif berkurang saat malam. Berbeda dengan kenyataan di pinggiran Jakarta yang berbatasan dengan wilayah sekitarnya. Kesadaran warga mengenakan masker cenderung lebih kendur, sebagaimana pantauan Kompas, Selasa (19/1/2021), di sepanjang ruas Jalan Raya Jakarta-Bogor.
Tara Parker-Pope, kolumnis The New York Times, melihat penggunaan masker berlapis juga menjadi kecenderungan baru warga Amerika Serikat. Manfaat pakai masker berlapis adalah untuk menguatkan kerapatan masker di mulut. Tara sendiri juga kerap pakai masker berlapis saat di angkutan umum.
Lindsey Marr, ahli teknik sipil dan lingkungan Institut Politeknik Universitas Negeri Virginia, Amerika Serikat, bersama tim turut meneliti 11 jenis bahan-bahan untuk masker. Hasil penelitiannya itu menyatakan masker kain tiga lapis cukup efektif untuk mencegah masuknya partikel virus yang mungkin dapat menyebabkan paparan Covid-19.
Marr juga menyarankan sejumlah tips agar masker bisa melindungi lebih baik. Pertama, yakni beri lapisan tambahan masker dengan tisu atau bahan tipis serupa. Pada jenis masker bedah, misalnya, dia menyarankan lapisan tambahan, seperti kertas filter untuk kopi, atau bahan serupa yang sekiranya cukup nyaman untuk pernapasan.
Dia juga menganjurkan penggunaan masker pada lingkar kepala. Hal tersebut akan lebih nyaman dibandingkan penggunaan masker yang digantung di telinga. ”Masker berjenis ear loop bakal lebih melelahkan telinga jika dipakai berjam-jam. Hal itu juga menyebabkan posisi masker banyak goyang sehingga kurang memproteksi secara efektif,” ujarnya seperti dilaporkan The New York Times.