Hamparan terpal berisi puing pesawat, kantong jenazah, dan barang-barang korban jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 menjadi saksi bisu kecintaan seorang suami pada sang istri.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Awan kelabu menggelayut di wajah Syarif Rapik Yusop Al Idrus (49). Air mukanya sendu. Seketika matanya berkaca-kaca ketika berdiri di belakang garis polisi untuk melihat hamparan puing pesawat, kantong jenazah, dan barang-barang korban di Dermaga JICT Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/1/2021) siang.
Syarif terbang dari Pontianak ke Jakarta untuk memastikan keberadaan pasangan hidupnya. Ia ingin memastikan bahwa cintanya hanya dapat terpisah oleh maut. Bapak empat anak itu menanti kedatangan jasad sang istri, Panca Widya Nursanti (47). Guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Pontianak itu adalah satu dari 62 orang yang ada pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021).
”Apa pun yang terjadi, Tuhan yang mengaturnya. Kami juga belum tahu sudah ketemu atau belum. Kami tunggu saja,” ujar Syarif.
Syarif bersama saudara laki-lakinya sudah dua hari berada di Jakarta. Kedatangannya itu setelah merampungkan berbagai urusan di posko krisis Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
Selasa (22/12/2020) menjadi pertemuan terakhirnya dengan sang istri. Tepatnya di Bandara Internasional Supadio sebelum Panca pulang kampung ke Tegal, Jawa Tengah. ”Si bungsu tidak mau ikut istri ke Jakarta untuk pulang kampung. Jadi cuma sendirian,” ujarnya.
Sementara komunikasi terakhir mereka berlangsung Sabtu siang sekitar pukul 14.00 sebelum pesawat bertolak dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Pontianak. Istri Syarif menelepon untuk mengabari bahwa cuaca kurang baik. Syarif meresponnya dengan meminta untuk perbanyak selawat.
”Pas di dalam pesawat juga panggilan video. Saya minta banyak selawat saja,” katanya.
Syarif hanya berharap jasad istrinya segera ditemukan. Dengan demikian, tulang rusuknya bisa dibawa pulang ke Pontianak untuk dimakamkan. Dia pun pasrah apa yang akan terjadi nanti.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono menyatakan, tim hingga kini masih fokus pada proses identifikasi korban lewat sejumlah sampel antemortem dan postmortem. Hingga Rabu (13/1/2021) malam, tim telah mengidentifikasi enam jenazah korban sesuai dengan manifes pesawat.
Keenam jenazah itu ialah Indah Halimah Putri (26), Agus Minarni (47), Khasanah (50), Fadly Satrianto (38), Asy Habul Yamin (36), dan Okky Bisma (29). Okky Bisma merupakan pramugara. Sementara Fadly merupakan kopilot pesawat. Per Rabu (14/1/2021), tim Disaster Victim Identification menerima 112 sampel DNA. Selain itu, ada 137 kantong jenazah dan 35 kantong properti yang juga telah diterima tim.
Adapun pencarian dan penyelamatan jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 hari ke-6 difokuskan pada cockpit voice recorder atau CVR, korban, dan puing-puing pesawat. Sebanyak 268 penyelam dengan bantuan robot dan teknologi menyisir di bawah air dan 4.000 petugas gabungan bergerak di permukaan air.
Direktur Operasi Badan SAR Nasional Rasman MS menyampaikan bahwa tim di lapangan sudah mulai bergerak di permukaan dan bawah air meskipun cuaca cerah berawan dengan prakiraan tinggi gelombang 0,3 meter hingga 1 meter.
”Hari ini fokus menemukan CVR, korban, dan puing-puing. Area pencarian di enam sektor permukaan air diperluas supaya menemukan benda yang terbawa arus. Sementara di bawah air dibantu deteksi sonar,” ucap Rasman, Kamis (14/1/2021), di Dermaga JICT Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.