Satu jenazah korban kecelakaan pesawat SJ-182 PK-CLC teridentifikasi melalui rekam sidik jari. Tim gabungan masih mengupayakan penelusuran secara intens dari data yang telah tersedia.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satu jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC teridentifikasi. Jenazah itu dikenali lewat kecocokan rekam sidik jari pada berkas yang telah dihimpun tim gabungan.
Kepala Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Hudi Suryanto menyebutkan, proses rekonsiliasi data berhasil mengidentifikasi korban bernama Okky Bisma. Okky tercatat berjenis kelamin laki-laki, berusia 29 tahun, dan berdomisili di Jakarta. Setelah proses verifikasi, tim memastikan Okky Bisma adalah seorang penumpang yang terdaftar dalam manifes pesawat.
Data teridentifikasi melalui sidik jari telunjuk tangan kanan korban. Saat dicocokkan dengan basis data pada KTP elektronik, hasil menunjukkan rekam sidik jari tersebut identik. ”Kami menemukan 12 kesamaan dalam rekam sidik jari. Artinya, tidak terbantahkan bahwa data ini adalah orang yang sama,” ucap Hudi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (11/1/2021).
Proses identifikasi hingga Senin malam masih berlangsung dan mengalami sejumlah kendala. Hudi menjelaskan, identifikasi cukup sulit lantaran temuan jenazah korban terdiri dari bagian-bagian tubuh.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Rusdi Hartono menyampaikan, tim gabungan telah mendapatkan total 53 sampel DNA dari keluarga pada Senin ini. Selain itu, ada juga 17 kantong jenazah yang sedang diidentifikasi di posko postmortem.
Berbagai temuan itu berguna untuk identifikasi jenazah korban lainnya. Rusdi berharap seluruh pihak bisa kooeratif dalam membantu penelusuran ini. ”Tim identifikasi berisi orang yang profesional dan berpengalaman di bidang mereka. Kami memohon doa bantuan seluruh pihak agar proses ini bisa berjalan cepat,” ungkap Rusdi.
Kepala Bidang Disaster Victim Identification (DVI) Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Komisaris Besar Ahmad Fauzi menyatakan, banyak kondisi yang turut menyulitkan proses identifikasi. Salah satu kesulitan saat ini adalah mengumpulkan berkas antemortem dan postmortem. Kondisi jenazah di lokasi kejadian, misalnya, kerap ditemukan secara tidak utuh. ”Memang identifikasi jenazah yang tidak utuh tantangannya sulit. Kami masih memeriksa seluruh bagian tubuh dalam kantong jenazah. Memang sulit, tetapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan,” kata Ahmad.
Ahmad memprioritaskan tiga sampel primer untuk identifikasi, yakni sidik jari, sampel DNA, dan rekam gigi. Pencocokan sampel dari berkas antemortem dan postmortem saat ini masih belum tampak signifikan.
Hingga Senin sore, tim Basarnas telah mengumpulkan 10 kantong jenazah, 16 potongan besar badan pesawat, dan 6 potong pakaian. Untuk kantong jenazah, Basarnas telah menyerahkannya ke tim DVI Polri.
Rusdi mengatakan, pencarian masih akun berlanjut hingga esok hari. Untuk hari ini, tim masih akan fokus memberitahukan informasi penemuan jenazah kepada pihak keluarga.