Jumlah pasien positif Covid-19 terus bertambah. Antrean penanganan tak terelakkan, seperti di RSDC Wisma Atlet. Namun, pasien mengapresiasi kinerja baik dan tanggap para tenaga kesehatan di sana.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ambulans membawa pasien Covid-19 menuju Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (3/1/2021).
Karena tidak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah, Satrio, warga Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, misalnya, dijemput petugas Puskesmas Pesanggrahan, Rabu (6/1/2021) sore, untuk mendapatkan perawatan dan isolasi di RSDC Wisma Atlet. Ia bergejala batuk kering, pilek, dan agak sesak. Setiba di Wisma Atlet pukul 17.00, ia masih harus menjalani sejumlah prosedur.
”Saya masuk IGD untuk pendaftaran dan check up. Lalu, memberikan keterangan tentang riwayat dan gejala,” katanya ketika dihubungi, Jumat (8/1).
Setelah proses pendaftaran, ia dibawa untuk menunggu masuk kamar. ”Saya menunggu kira-kira 1,5-2 jam untuk bisa masuk ke kamar di lantai 11 menara 7,” ujar Satrio.
Fajar, warga Cakung, Jakarta Timur, menceritakan bahwa dari hasil tes usap PCR yang ia jalani pada pertengahan Desember 2020, ia positif terpapar dan diisolasi di Wisma Atlet. Ia diminta berkumpul di Puskesmas Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (26/12/2020). ”Saya diantar ke Wisma Atlet dengan ambulans bersama empat orang lain,” katanya.
Rabu (6/1) malam, antrean pasien banyak sekali. Kemungkinan pasien membeludak pascalibur Tahun Baru.
Setibanya di sana pukul 15.00, ia masih harus antre untuk pendaftaran, rekam jantung (EKG), pengambilan darah, pengecekan tekanan darah, wawancara dokter soal keluhan, serta rontgen dada. ”Setelah semua proses itu, saya perlu waktu empat jam untuk bisa masuk ke kamar rawat di Menara 6 Lantai 8,” ujarnya.
”Sehari sebelum saya, orang menunggu sampai dini hari untuk masuk kamar. Teman sekamar saya masuk pikul 02.00 dini hari,” kata Fajar menambahkan. Sewaktu ia akan pulang setelah selesai perawatan, Rabu (6/1) malam, antrean pasien banyak sekali. ”Kemungkinan pasien membeludak pascalibur Tahun Baru,” kata Fajar.
Kompas/Heru Sri Kumoro
Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, pada malam pergantian tahun, Kamis (31/12/2020). Hampir semua lampu ruangan di tempat ini menyala tanda terisi.
Akan tetapi, Fajar merasakan tenaga kesehatan di Wisma Atlet ramah dan cepat tanggap. ”Kalau ada keluhan langsung direspons dan tanggap. Mereka juga mengimbau pasien yang keluarganya juga dirawat di Wisma Atlet bisa langsung ngomong untuk disatukan. Tujuannya biar pasien senang dan imunnya bagus,” katanya.
Data terbaru dari RS Darurat Wisma Atlet, per hari ini sampai pukul 08.00 ada 4.240 pasien rawat inap terkonfirmasi positif. Terdiri dari 2.235 laki-laki dan 2.005 wanita. Pasien rawat inap semula 4.093 orang, ada tambahan 147 orang.
Mendekati 3.000 kasus
Data Dinas Kesehatan DKI menyebutkan, per Jumat kemarin ada tambahan 2.959 kasus positif. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan, sebagian besar kasus berasal dari internal Ibu Kota dan sebagian kecil dari luar DKI.
Selain itu, 44 kecamatan di DKI juga mengalami penambahan kasus. Terbanyak di Kebayoran Lama dengan 127 kasus baru dan di Cipayung dengan 100 kasus baru. Paling sedikit di Kepulauan Seribu Selatan dengan 2 kasus baru.
Sebanyak 75 persen kasus positif ditemukan di fasilitas kesehatan dan laboratorium yang mana warga datang ke fasilitas kesehatan, sedangkan 25 persen adalah hasil penelusuran kontak oleh pihak puskesmas. Dari kasus positif yang ditemukan hari ini, sebanyak 51 persen adalah tanpa gejala dan 49 persen bergejala.
Adapun jumlah kasus aktif di Jakarta, lanjut Dwi Oktavia, naik sejumlah 251 kasus Sehingga jumlah kasus aktif sampai Jumat ini sebanyak 17.633 orang yang masih dirawat atau isolasi.
Untuk kasus tanpa gejala dan gejala ringan melakukan isolasi mandiri di tempat isolasi terkendali/RSDC Wisma Atlet/rumah pasien. Sementara kasus sedang dirawat di ICU RS. Pada kasus yang berat dan kritis juga dirawat di ICU RS, baik menggunakan ventilator maupun non-ventilator.
Lapor Covid-19 sebelumnya melaporkan bahwa ada sejumlah warga, termasuk di Jakarta dan kota sekitarnya, kesulitan mengakses ruang perawatan di rumah sakit rujukan Covid-19. Antrean masuk RS bahkan bisa memakan waktu berhari-hari. (Kompas, 6 Januari 2021).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun kini kembali berupaya mengantisipasi lonjakan kasus pascalibur akhir tahun, utamanya penularan kluster keluarga.
Untuk petak makam, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Suzi Marsitawati menjelaskan, pihaknya terus menambah ketersediaan petak makam.
Dari perluasan 2 hektar di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Jakarta Utara, ada 1.500 petak makam. Kemudian di TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Ranggon, petak makam khusus Covid-19 tersisa 200 petak makam untuk jenazah Muslim dan 200 petak makam untuk jenazah non-Muslim.
Selain itu, ada penambahan makam seluas 3,3 hektar di TPU Srengseng Sawah, TPU Semper, dan TPU Dukuh.
Kompas/AGUS SUSANTO
Foto udara lahan pemakaman protokol Covid-19 yang mulai penuh di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Kamis (3/12/2020).
Kolaborasi
Merespons terus naiknya angka kasus positif Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, Jumat, menegaskan, PPKM tidak efektif karena kolaborasi antara pusat dan daerah bermasalah.
”Kalau PPKM ini mau berjalan betul, kolaborasinya harus kuat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta tidak ada lagi pusat menyalahkan daerah dan daerah menyalahkan pusat,” katanya.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Hariadi Wibisono mempertanyakan, apakah sudah ada kesepahaman bersama antarpemerintah daerah untuk pelaksanaan PPKM itu, sepaham tentang manfaat dari aturan itu. Tanpa ada kesepamahan, program baru ini bakal sulit mengerem penularan korona.