Simpang Siur Informasi Vaksin Melemahkan Penanganan Pandemi
Simpang siur informasi tentang vaksin Covid-19 bisa menjadi langkah mundur upaya penanggulangan pandemi Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Informasi yang tidak jelas tentang vaksin Covid-19 dapat menyesatkan warga. Satu sisi menimbulkan euforia pandemi segera usai. Di sisi lain dapat memicu kekhawatiran efek setelah vaksinasi.
Beberapa kabar yang beredar di masyarakat penggunaan vaksin untuk uji klinik (only for clinical trial). Kabar lain menyebut vaksin Covid-19 mengandung sel vero, yang merupakan jalur sel dari ginjal monyet hijau afrika.
Atas beredarnya informasi tersebut, PT Bio Farma (Persero) mengklarifikasi bahwa vaksinasi menggunakan vaksin yang memperoleh izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Vaksin juga tidak mengandung sel vero karena sel vero hanya sebagai media kultur untuk proses perbanyakan virus sebagai bahan baku vaksin.
Simpang siur informasi lainnya ialah sejumlah orang meninggal seusai uji coba vaksin di luar negeri. Kekhawatiran pun membayangi sebagian warga. Salah satunya Fahri (28), karyawan swasta.
Muncul kekhawatiran seusai membaca informasi sejumlah orang meninggal dunia usai uji coba vaksin. Dari situ dia ragu untuk mengikuti program vaksinasi jika sudah saatnya tiba. ”Tidak masalah kan enggak divaksin. Apa ada hukuman kepada orang yang menolak divaksin?” kata Fahri, Selasa (5/1/2021).
Rivaldy (26), mahasiswa pascasarjana, mengelus dada karena banyaknya simpang siur informasi tentang vaksin. Kendati demikian, harapannya semoga saja efikasi vaksin tidak mengecewakan. Efikasi nerupakan parameter yang diukur berdasarkan persentase penurunan angka kejadian penyakit pada kelompok subyek yang menerima vaksin dibandingkan yang menerima plasebo. ”Indonesia sudah punya jutaan dosis vaksin Sinovac meskipun efikasinya belum keluar. Semoga hasil uji klinis tahap akhir memuaskan,” ucapnya.
Lain halnya dengan Asri (26), guru sekolah dasar. Ada keyakinan vaksin membantu penanggulangan Covid-19 setelah membaca berbagai referensi. ”Semoga vaksin ini memusnahkan Covid-19,” ujarnya.
Sebanyak tiga juta dosis vaksin buatan Sinovac tiba 6 Desember dan 31 Desember 2020. BPOM memastikan mutu dan keamanannya melalui sampling dan pengujian sejak dari bandara serta pengecekan kesesuaian dokumen dan suhu dalam envirotainer.
Protokol kesehatan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto dalam keterangan pers seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, mengharapkan, vaksinasi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Kendati demikian, disiplin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan harus tetap berjalan karena pandemi Covid-19 belum berakhir. ”Bapak Presiden tentu berharap vaksinasi ataupun kedisiplinan masyarakat itu harus sejalan seiring. Kedisiplinan masyarakat harus tetap dijaga,” katanya.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia DKI Jakarta Baequni Boerman ketika dihubungi, Senin (4/1/2021), menuturkan, kedatangan vaksin jangan sampai membuat euforia dan lengah. Vaksin untuk mencegah penularan virus korona jenis baru tetap bituh dukungan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat, baik oleh mereka yang telah mendapat vaksinasi maupun yang belum.
”Apabila mayoritas warga Jakarta sudah diimunisasi, tidak berarti situasi kembali normal seperti sebelum pandemi. Kita semua tetap harus memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan menggunakan sabun,” ucap Baequni.
Menurut dia, ada risiko kekebalan tubuh tidak bisa terbentuk pada individu tertentu akibat faktor genetik, penyakit bawaan, ataupun variabel lain. Karena itu, jangan sampai pemerintah ataupun publik hanyut pada impian vaksin menjadi penyelesaian pandemi Covid-19. Pendidikan masyarakat, penegakan protokol kesehatan, serta pengetesan dan pelacakan kasus positif wajib berlanjut dengan maksimal karena perubahan gaya hidup adalah solusi jangka panjang.