Kasus Terus Naik, Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan Ditambah
Merespons kasus positif Covid-19 yang terus bertambah, Pemprov DKI Jakarta dan RSDC Wisma Atlet menambah tempat tidur, peralatan, dan tenaga kesehatan. Publik diingatkan agar makin patuhi protokol kesehatan.
Oleh
J Galuh Bimantara/Helena F Nababan/Fransiskus Wisnu Wardhana Dany/Aguido Adri/Stevanus Ato
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pascalibur Natal dan Tahun Baru, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pengelola Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, bersiap dengan kemungkinan melonjaknya jumlah pasien positif yang disertai gejala. Pemprov DKI menambah tiga lagi rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Di Wisma Atlet akan ada tambahan tempat perawatan khusus berupa 50 tempat tidur intermediate care unit atau IMCU.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, per 3 Januari 2021 ada kenaikan kasus hingga 18 persen, yaitu dari 13.066 kasus pada 20 Desember 2020 menjadi 15.471 kasus. Jumlah RW rawan dari 21 RW menjadi 35 RW.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Senin (4/1/2021), mengatakan, dengan fokus itu, DKI meningkatkan upaya mengidentifikasi kasus aktif melalui pengetesan dan penelusuran sekaligus secepat mungkin melakukan tindakan jika ditemukan kasus positif. Kapasitas pengetesan ditingkatkan menjadi 10.000 orang bahkan lebih.
Untuk mendukung itu, DKI menambah rumah sakit rujukan Covid-19 dari sebelumnya 98 RS menjadi 101 RS, serta meminta rumah sakit menambah layanan untuk Covid-19. ”Ketiga RS tambahan itu adalah RS Ukrida Jakarta Barat, RS Antam Medika Jakarta Timur, dan RS Harapan Jayakarta Jakarta Timur,” kata Ahmad Riza. Selain itu, DKI Jakarta juga akan menambah jumlah tenaga kesehatan sebanyak 2.676 orang.
Ketiga rumah sakit tambahan itu adalah RS Ukrida Jakarta Barat, RS Antam Medika Jakarta Timur, dan RS Harapan Jayakarta Jakarta Timur.
Di RSDC Wisma Atlet, pengelola menyiapkan di menara tujuh lantai dua sebanyak 50 tempat tidur IMCU. ”Sudah terpasang. Mudah-mudahan minggu depan beroperasi,” kata Letnan Kolonel (Laut) dokter gigi M Arifin dari Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Arifin menjelaskan, IMCU hampir setara dengan high care unit (HCU), yang levelnya di atas kamar perawatan biasa tetapi di bawah intensive care unit (ICU). Di tempat perawatan khusus, satu perawat melayani lima pasien dan terdapat dokter yang bersiaga.
Arifin menuturkan, pengoperasian tambahan tempat perawatan khusus ini merespons makin banyaknya pasien bergejala di Wisma Atlet yang kondisinya menurun, antara lain terindikasi dari penurunan saturasi oksigen (kadar oksigen dalam darah) hingga di bawah 95 persen. Batas amannya yakni 96 persen ke atas. Mereka memerlukan setidaknya alat terapi oksigen bertekanan tinggi (high flow nasal cannula/HFNC) guna menyuplai oksigen secara memadai ke paru-paru.
Saat ini, RSDC Wisma Atlet memiliki 45 tempat tidur HCU serta 5 tempat tidur ICU transisi. ICU transisi merupakan tempat perawatan untuk menstabilkan kondisi pasien yang hendak dibawa ke ICU permanen rumah sakit rujukan. Wisma Atlet baru mampu menangani pasien bergejala ringan-sedang sehingga pasien bergejala berat mesti dirujuk ke sejumlah rumah sakit yang memiliki ICU.
”Kondisi sekarang dibandingkan dulu lebih banyak orang yang membutuhkan oksigen,” ujar Arifin. Itu membuat HCU dan ICU transisi di RSDC senantiasa penuh dan timbul antrean. Namun, kata Arifin, pihaknya berencana membuat ICU permanen di RSDC dengan 40 tempat tidur, selain menyiapkan IMCU.
Berdasarkan data terkini, 2.932 pasien bergejala dirawat di Wisma Atlet. Adapun pasien tanpa gejala yang menempati flat isolasi mandiri di menara lima berjumlah 957 orang.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, melalui rilis resmi, Minggu, menjelaskan, DKI sudah menambah dari 6.663 tempat tidur isolasi menjadi 7.379 tempat tidur. Kemudian untuk tempat tidur ICU, per 3 Januari 2021 sudah menjadi 960 tempat tidur dari sebelumnya 907 tempat tidur.
Keterisian tempat tidur isolasi menyentuh 87 persen dengan 6.385 pasien menempati tempat tidur isolasi per 3 Januari. ”Untuk kondisi ruang ICU, keterisian tempat tidur 79 persen,” kata Widyastuti.
Untuk kasus positif per Senin kemarin, di DKI Jakarta terdapat tambahan 1.832 kasus positif. Penambahan kasus salah satunya dilaporkan dari lingkungan DPRD DKI Jakarta. Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi menegaskan, ada 15 orang positif Covid-19 di lingkungan Dewan, yaitu tujuh anggota Dewan, satu pejabat pelaksana tugas Sekretaris Dewan, tiga penyedia jasa lainnya orang perorangan (PJLP), satu sopir, dan tiga staf.
”Kantor DPRD DKI Jakarta ditutup pada 4-18 Januari 2021. Ini untuk memutuskan mata rantai Covid-19 ini,” katanya.
Dalam pernyataan tertulisnya kepada Kompas, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, kedisiplinan pada protokol kesehatan kendur. Perlu stamina panjang untuk terus mengingatkan publik.
Tunda sekolah tatap muka
Tingginya penambahan kasus positif Covid-19 dilaporkan juga menyebabkan pemerintah daerah di Bogor Raya dan Kota Bekasi, Jawa Barat, meninjau ulang serta menetapkan penundaan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, angka kasus harian positif Covid-19 di kota itu masih tinggi, yaitu sekitar 70 kasus. Pemkot Bogor pun tidak ingin mengambil risiko besar dengan melaksanakan PTM yang direncanakan berlangsung pada 11 Januari.
Kota Bogor mengikuti arahan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19. Panduan itu terangkum dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri yang diumumkan 20 November 2020.
Sesuai panduan itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, bila ada satuan pendidikan ingin menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, agar ada persetujuan dari komite sekolah atau orangtua terlebih dahulu, lalu memenuhi daftar periksa fasilitas protokol kesehatan. Pemkot Bogor akan meninjau langsung sebelum memutuskan boleh tidaknya sekolah kembali buka.
Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan, pihaknya belum akan menggelar PTM di sekolah dalam waktu dekat karena masih tingginya angka kasus positif di Kabupaten Bogor. Hal senada diungkapkan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
”Kami evaluasi. Kesiapan itu sebenarnya bukan dari pemerintah, melainkan dari penyelenggara,” kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Kota Bekasi pun menunda PTM. Bekasi berhati-hati karena jumlah warga yang terpapar Covid-19 didominasi usia produktif, yakni mencapai 70 persen. Dari 70 persen usia produktif itu, kasus virus korona yang menjangkiti anak-anak mencapai 18 persen atau 2.886 kasus.