Tiga Kabupaten di Banten Banjir, BMKG Peringatkan Hujan Deras Berlanjut
Hujan lebat dalam tiga hari terakhir membuat Sungai Ciujung meluap. Bendungan Pamarayan di Serang juga tidak bisa menampung debit air sehingga beberapa pintu air terpaksa dibuka.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan deras sejak hari Minggu lalu mengakibatkan Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak di Provinsi Banten dilanda banjir. Meskipun air mulai surut karena hujan berhenti dan ada panas matahari, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tetap mengingatkan agar semua wilayah berjaga-jaga karena dampak dari curah hujan La Nina yang besar dan sering frekuensinya.
”Banjir ini kejadian rutin setiap musim hujan selama delapan tahun terakhir. Kali ini ada 3.900 rumah dari 16 kecamatan yang terdampak. Tinggi air 1,5 meter sampai 2 meter,” kata Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lebak Iwan Hermawan ketika dihubungi dari Jakarta, Rabu (9/12/2020).
Ia mengungkapkan, hujan lebat dalam tiga hari terakhir membuat Sungai Ciujung meluap. Bendungan Pamarayan di Serang juga tidak bisa menampung debit air sehingga beberapa pintu air terpaksa dibuka. Akibatnya, selain Lebak, banjir juga melanda Pandeglang dan Kabupaten Serang.
Beberapa titik banjir, seperti di Desa Cipedang, Kecamatan Wanasalam, dan Desa Cijaro Lebak di Rangkasbitung, masih terendam air. Adapun di wilayah lain warga mulai berangsur pulang untuk membersihkan rumah.
Menurut Iwan, kendala utama ialah ketika mengelola warga di pengungsian dalam masa pandemi Covid-19. Jaga jarak fisik dipastikan tidak bisa dilakukan sehingga Tagana, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, dan Palang Merah Indonesia fokus dengan membagikan masker serta memastikan pengungsi tidak melepasnya.
Sementara itu, Manajer Pusat Krisis BPBD Kabupaten Serang Joni Efendi mengatakan, daerah itu dikepung Sungai Ciujung, Cidurian, dan Cidanau sehingga terjadi banjir di sembilan kecamatan. Ada 4.247 jiwa dan 1.350 rumah yang terdampak.
Meskipun begitu, menurut dia, tidak semua warga mau dievakuasi ke posko-posko pengungsian. Mereka bertahan di rumah yang terendam air dengan cara duduk di atas balai-balai bambu dan makan makanan seadanya. Petugas membantu dengan mengantar makanan siap saji kepada mereka.
”Program kolaborasi Pemerintah Kabupaten Serang sudah mulai melakukan normalisasi di berbagai aliran sungai, terutama bantaran yang sudah ambles dibeton kembali. Endapan di sungai juga mulai dikeruk,” kata Joni.
Hal serupa dikemukakan Ketua Tagana Pandeglang Ade Mulyana. Masyarakat mengharapkan normalisasi sungai bisa melancarkan aliran air dan menjaga agar daerah itu tidak banjir pada musim hujan. Saat ini ada 13 kecamatan yang terendam air dengan ketinggian 80 sentimeter hingga 2 meter.
Kondisi di posko pengungsian Serang dan Pandeglang juga serupa. Warga sukar menjaga jarak sehingga petugas posko hanya bisa meminta warga tertib bermasker serta rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan, dalam sepekan ke depan cuaca ekstrem dan hujan lebat akan melanda Indonesia. Fenomena dinamika atmosfer ini dinamakan Monsun Asia dan puncak musim hujan kemungkinan terjadi pada bulan Januari-Februari 2021.
”Potensi hujan lebat ini juga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor,” ujarnya.
Secara umum, BMKG memperkirakan daerah terdampak ialah Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bengkulu, Sumatera Utara, Aceh, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat.
Mitigasi masyarakat
Koordinator Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Enggar Utari menuturkan, selain kajian lingkungan, Untirta juga fokus pada mitigasi bencana melalui pendidikan masyarakat. Masalah sampah tetap menjadi perhatian walaupun secara agregat wilayah Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Tangerang Raya. Kebiasaan membuang sampah sembarangan tetap terjadi dan menjadi salah satu penyebab terhambatnya aliran air serta pengendapan.
Menurut dia, Banten sudah memiliki tempat pembuangan sampah akhir yang cukup luas dan tersebar, seperti TPA Cilowong di Serang. Ada pula TPA Cihara dan TPA Dengung di Kabupaten Lebak. ”Kajian sementara memperkirakan, selain kesadaran masyarakat masih rendah, juga ada masalah transportasi sampah dari penampungan sementara ke TPA sehingga banyak sampah tidak terangkut,” ujarnya.