Penambahan Kasus Positif di Tangerang Selatan Tertinggi di Tangerang Raya
Peningkatan kasus positif di Tangerang Selatan terjadi setelah cuti bersama Oktober lalu. Hal ini telah berulang terjadi. Ke depan, kejadian serupa harus diantisipasi serius sejak dini.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Kota Tangerang Selatan mencatatkan penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tertinggi di Tangerang Raya dua pekan pascalibur panjang pada akhir Oktober 2020. Pola yang sama selalu terjadi setelah libur panjang. Oleh karena itu, ke depan pemerintah diharapkan bisa lebih membatasi pergerakan dan mengupayakan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat.
Peningkatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 bisa dilihat dari perbandingan data total kasus mingguan sebelum dan sesudah libur panjang. Berdasarkan data dari Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Banten, Rabu (18/11/2020), Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatatkan penambahan kasus tertinggi di Tangerang Raya.
Sebelum periode libur panjang, yakni pada 25-31 Oktober 2020, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Tangsel mencapai 176 kasus. Penambahan kasus tertinggi terjadi pada 26 Oktober 2020 dengan tambahan 73 kasus dalam satu hari.
Kemudian, dua pekan setelah periode libur panjang, yaitu pada 11-17 November 2020, tercatat ada kenaikan kasus positif Covid-19 di Tangsel menjadi 286 kasus. Jumlah tersebut meningkat 62,5 persen dibandingkan dengan total kasus sebelum libur panjang. Penambahan kasus baru bisa terdeteksi dua pekan setelah libur panjang karena masa inkubasi virus di dalam tubuh mencapai hingga 14 hari.
Sebab, kalau melarang orang berekreasi itu tidak mungkin. Maka, yang bisa dilakukan pemerintah ke depan saat libur panjang adalah melakukan pembatasan dan menegakkan disiplin protokol kesehatan. (Budi Haryanto)
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangsel Deden Deni mengakui ada penambahan kasus Covid-19 setelah libur panjang akhir Oktober. Namun, penambahan jumlah kasus itu, menurut Deden, tidak begitu signifikan. Kasus-kasus baru yang muncul didominasi dari kluster keluarga dan sisanya menyebar, salah satunya di kluster perkantoran pemerintahan.
”Kemarin baru terdeteksi ada keluarga baru pulang dari Jawa saat libur panjang. Ada gejala sakit, lalu ketika diperiksa hasilnya positif,” kata Deden.
Pekan ini Pemerintah Kota Tangsel telah menggelar rapat koordinasi penanganan Covid-19 bersama forum koordinasi pimpinan daerah. Ada tiga upaya penanganan yang diputuskan dalam rapat tersebut, yaitu mengoptimalkan peningkatan kedisiplinan dan kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan; memaksimalkan proses pengetesan, pelacakan, dan perawatan pasien; serta merancang mekanisme vaksinasi.
Peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi positif di Tangsel, kata Deden, juga disebabkan meningkatnya kapasitas pemeriksaan spesimen di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). Saat ini kapasitas pemeriksaan sampel di Labkesda mencapai 200 sampel per hari dari yang sebelumnya 40 hingga 100 sampel per hari. Seiring dengan itu, lama waktu pemeriksaan spesimen juga lebih cepat, dari yang sebelumnya satu pekan kini menjadi dua hingga empat hari.
”Semakin masif testing, semakin banyak kasus yang ditemukan sehingga antisipasi memisahkan yang sakit dan sehat bisa lebih cepat. Ini berdampak ke upaya memutus mata rantai penularan,” kata Deden.
Peningkatan kasus setelah libur panjang juga dialami dua wilayah tetangga Tangsel, yaitu Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Penambahan kasus di Kota Tangerang tercatat 137 kasus (sebelum libur panjang) menjadi 150 kasus (setelah libur panjang) atau naik 9,48 persen.
Sementara itu, di Kabupaten Tangerang total jumlah kasus sebelum libur panjang mencapai 205 kasus. Jumlahnya naik 26,34 persen menjadi 259 kasus setelah libur panjang. Peningkatan kasus membuat Kabupaten Tangerang yang sebelumnya masuk zona kuning (risiko penularan rendah) kembali masuk zona oranye (risiko penularan sedang).
Juru bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi, menyampaikan, peningkatan kasus itu disebabkan libur panjang pada akhir Oktober. Saat itu banyak warga Kabupaten Tangerang yang memilih berekreasi ke luar daerah. Menurut Hendra, dari seluruh pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Tangerang, 20 hingga 30 persen di antaranya mengaku baru kembali dari berlibur panjang.
”Selain itu, masyarakat juga sudah mulai tidak perduli terhadap protokol kesehatan,” kata Hendra.
Ketua Satgas Pengendalian Covid-19 dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Budi Haryanto mengatakan, pemerintah sesungguhnya telah mengetahui dampak dari libur panjang. Kondisi seperti ini sebelumnya telah terjadi pada libur Idul Fitri.
Kejadian serupa bisa terulang di akhir tahun, di mana terdapat libur Natal dan tahun baru. Oleh karena itu, Budi menyarankan pemerintah sebisa mungkin menegakkan kedisiplinan dan aturan saat masyarakat berekreasi. Caranya bisa dengan mengadakan razia protokol kesehatan di destinasi wisata. Pemerintah bisa meminta bantuan sukarelawan jika jumlah personel penegak disiplin yang ada dinilai tidak cukup banyak untuk mengawasi sekian ratus ribu wisatawan.
”Sebab, kalau melarang orang berekreasi itu tidak mungkin. Maka, yang bisa dilakukan pemerintah ke depan saat libur panjang adalah melakukan pembatasan dan menegakkan disiplin protokol kesehatan,” kata Budi.
Ahli kesehatan global dan epidemiolog Indonesia di Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menjelaskan, setiap keramaian, aktivitas, dan mobiltias manusia yang melibatkan interaksi secara rapat dan padat, seperti libur panjang, tetap berisiko selama pengendalian pandemi di Indonesia belum terkendali.
Oleh karena itu, libur panjang dan keramaian itu harus dibatasi dan dikendalikan karena pemerintah perlu melandaikan kurva yang gelombangnya belum mencapai pundak.