Puskesmas Bekasi Selama Pandemi Masih Didominasi Pelayanan Tatap Muka
Tenaga kesehatan masih berisiko tertular Covid-19, terutama di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer atau puskesmas. Sayangnya, terobosan pelayanan kesehatan secara daring di Bekasi masih minim.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
Pelayanan di berbagai pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas di Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada masa pandemi Covid-19 masih dilakukan manual dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Warga harus mendatangi puskesmas untuk mendapatkan layanan kesehatan, termasuk pembuatan surat keterangan sehat.
Arianti (26) warga Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, mengatakan, ia sekitar satu bulan yang lalu masih ke Puskesmas Jatiluhur, Jatiasih, untuk membuat surat keterangan sehat. Surat itu untuk melengkapi dokumen keperluan pernikahannya.
"Yang berbeda hanya orang pakai masker dan jaga jarak. Saya tetap ke resepsionis, mendaftar, dan tunggu dipanggil," kata Arianti, di Bekasi, Kamis (5/11/2020) kemarin.
Ia berharap, agar selama masa pandemi Covid-19, pelayanan kesehatan yang bersifat administrasi bisa dilakukan secara daring. Arianti sebenarnya khawatir tertular Covid-19, namun ia tidak punya pilihan selain harus mendatangi puskesmas terdekat tempat ia tinggal.
Adi (30) warga Kelurahan Pengasinan, Rawalumbu, menambahkan, untuk keperluan imunisasi anaknya yang masih berusia sekitar 5 bulan juga masih dilakukan di puskesmas. Pelayanan imunisasi dipisahkan dengan pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya.
"Di puskesmas kami, sudah tidak ada antrean di ruang tunggu. Warga yang datang setelah melewati pemeriksaan protokol kesehatan, langsung diarahkan ke bagian pelayanan yang dibutuhkan," ucapnya.
Kepala Puskesmas Perumnas 2, Bekasi Selatan, Ariska Agustina mengatakan, di puskesmasnya, semua pelayanan kesehatan masih dilakukan manual dengan protokol kesehatan ketat. Setiap warga yang datang ke puskesmas untuk mendapat layanan kesehatan harus melewati tahapan skrining di beranda puskesmas.
"Kami juga memisahkan warga yang menderita gelaja batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan demam. Mereka ditangani dokter khusus di ruangan khusus. Kalau diduga kuat kemungkinan terinfeksi Covid-19, yang bersangkutan kami langsung tes usap atau tes cepat," ujar Ariska.
Ariska menambahkan, meski pelayanan masih manual, pelayanan kesehatan untuk balita dan warga usia rentan sudah tidak dilakukan di puskesmas. Balita yang memerlukan pelayanan kesehatan, termasuk untuk imunisasi didatangi langsung oleh petugas puskesmas dan mendapatkan layanan kesehatan di rumah pasien. Hal itu juga berlaku bagi masyarakat berusia lanjut atau lansia.
Semua sistem pelayanan kesehatan yang masih manual di Kota Bekasi berisiko tinggi terhadap penyebaran kasus Covid-19. Di daerah itu, jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 hingga Oktober 2020, mencapai 184 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan, sejak kasus pertama wabah muncul di Kota Bekasi, sudah ada 184 tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Dari jumlah itu, tenaga kesehatan terbanyak yang terpapar Covid-19 berada di fasilitas pelayanan kesehatan primer atau puskesmas, yaitu mencapai 111 kasus.
”Dari 43 puskesmas di Kota Bekasi, hanya 10 puskesmas yang (tenaga kesehatan) tidak terpapar. Kami menyadari bahwa mereka langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Ini juga menjadi catatan bahwa mengantisipasi kepada para petugas agar penggunaan alat perlidungan diri (APD) selalu diperhatikan,” kata Tanti, Rabu (21/10/2020) di Bekasi.
Puskesmas Kabupaten Bekasi
Di Kabupaten Bekasi, pelayanan secara manual juga masih berjalan di 46 puskesmas di wilayah itu. Meski demikian, pelayanan bagi pasien dengan gejala batuk, pilek, dan sakit tenggorokan dipisahkan dengan pasien pelayanan kesehatan lain.
"Kecuali pasien gigi, sementara tidak ada pelayanan, kecuali sudah ada hasil swab. Untuk posyandu, awalnya sempat tertunda, tetapi sekarang sudah kembali berjalan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainarti.
Enny menambahkan, untuk pelayanan kesehatan masyarakat lain, terutama edukasi hidup sehat, pihak puskesmas tetap berupaya memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dengan mendatangi langsung rumah warga. Di awal pandemi, pelayanan tersebut sempat tertunda.
Berbagai upaya yang dilakukan itu untuk meminimalkan kontak warga dengan tenaga kesehatan demi mengurangi risiko tenaga kesehatan tertular Covid-19. Meski demikian, berbagai upaya itu masih belum sepenuhnya melindungi tenaga kesehatan dari risiko terinfeksi Covid-19.
"Kami mencoba semaksimal mungkin mengurangi risiko tenaga kesehatan terpapar Covid-19. Tetapi, tetap saja ada kemungkinan terpapar karena banyak faktor," ujarnya.