Warga Minta Penataan Pejalan Kaki dan Pesepeda sebagai Prioritas
Pejalan kaki dan pesepeda sebagai bagian dari transportasi berkelanjutan menanti pembenahan dan penyediaan sarana dan prasarana seperti trotoar dan jalur sepeda yang tidak hanya di pusat kota saja.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melintas di sekitar papan pemberhentian bus Metrotrans yang terpasang di Jalan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (8/9/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Warga mengapresiasi Jakarta sebagai kota terbaik dalam pengembangan transportasi berkelanjutan versi Sustainable Transport Award. Selanjutnya mereka menanti pembenahan dan penyediaan sarana dan prasarana untuk pejalan kaki dan pesepeda yang tidak hanya di pusat kota saja.
Jakarta mendapat predikat kota terbaik dalam ajang penganugerahan Sustainable Transport Award 2021. Jakarta seperti dalam laman Sustainable Transport Award meraih itu karena pertumbuhan dan perbaikan integrasi antarmoda serta pengembangan bersepeda.
Transjakarta telah mencapai target mengangkut 1 juta penumpang per hari dan jadi salah satu rute dengan jaringan terpanjang di dunia; pengembangan integrasi antarmoda mencakup LRT, MRT, dan KRL telah memudahkan perpindahan penumpang; dan pembangunan jaringan sepeda sepanjang 63 kilometer sebagai bagian dari perencanaan sepanjang 500 kilometer.
Salah satu apresiasi datang dari Mansyur Wahyudi (26), pengguna transportasi umum yang bermukim di Cawang, Jakarta Timur. Karyawan swasta itu biasanya menggunakan Transjakarta dari Halte Badan Kepegawaian Negara menuju tempat kerja di Cipinang atau angkot 06A trayek Stasiun Jatinegara.
Foto udara uji coba penataan Stasiun Tanah Abang di Jakarta Pusat, Selasa (2/6/2020).
”Harganya terjangkau dengan layanan yang baik. Sayaselalu senang sama petugas di dalam bus atau di halte karena ramah dalam interaksi termasuk berikan saran rute dan naik apa selanjutnya,” ujar Mansyur, Senin (2/11/2020).
Ia semakin terbantu lewat aplikasi pemantau pergerakan bus. Dari aplikasi itu pengguna bisa melihat waktu kedatangan dan keberangkatan sehingga tidak perlu khawatir menunggu atau ketinggalan bus.
Namun, situasi pandemi Covid-19 membuatnya beralih ke sepeda. Sebab, waktu tunggu di halte lebih lama karena ada pembatasan penumpang bus dan tidak bisa mengisi uang elektronik di loket halte.
Baginya ada kesenangan tersendiri ketika bersepeda. Tidak saja hemat waktu dan biaya, bersepeda jadi sarana rekreasi sebelum berangkat dan pulang kerja. Bahkan, kemungkinan besar bersepeda akan jadi rutinitasnya saban hari meskipun pandemi telah usai.
Suasana kawasan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020). Penataan akan mengurangi kesemrawutan di kawasan tersebut dan menjadikan Stasiun Tanah Abang sebagai lokasi terintegrasi antarmoda.
Terlepas dari kesenangan, berita begal menyasar pesepada akhir-akhir ini menimbulkan kekhawatiran dalam benaknya. Apalagi ketika jadwal pulang kerja tengah malam. ”Jalanan masih agak ramai, tetapi tetap waswas. Amit-amit ketemu begal,” ujarnya.
Bersepeda juga menjadi pilihan Vina (35), warga Pramuka, Jakarta Timur, sejak awal tahun. Kayuhan pedal mengantarnya ke tempat kerja, pusat perbelanjaan, ataupun jalan-jalan.
Ada dua sisi bersepeda yang dirasakannya. Satu sisi menjadi lebih bugar dan menyenangankan. Di sisi lain ada risiko ketika melintas di jalur sepeda, jalan, atau trotoar. ”Benahi jalan dan trotoar supaya tidak kecelakaan. Di Pramuka masih bolong-bolong. Jangan hanya di pusat kota (Sudirman-Thamrin) saja,” ujar Vina.
Pengalamannya selama bersepeda, masih banyak jalan berlubang sehingga berbahaya untuk pengguna jalan termasuk pesepeda. Sementara jalur sepeda diokupasi sepeda motor dan mobil. Contohnya titik tertentu di ruas Jalan Sudirman atau kawasan Kuningan yang banyak jadi tempat parkir. Karyawan swasta itu berharap pembenahan ataupun pembangunan sarana dan prasarana tidak hanya di pusat kota saja.
Sepeda sewa Gowes tersedia di dekat Stasiun MRT Bendungan Hilir, Jalan Jenderal Sudirman, Kamis (15/10/2020).
Institute for Transportation and Development Policy Indonesia menyebutkan kota Pune, India, sebagai kota terbaik dalam ajang penganugerahan Sustainable Transport Award 2020 dianggap memiliki rencana yang ambisius dalam meningkatkan mobilitas warga dengan pertumbuhan signifikan dalam infrastruktur pejalan kaki dan koridor serta armada bus massal.
Pemerintah Kota Pune menyelesaikan 15 km complete streets atau jalan yang mengakomodasi semua pengguna jalan. Menurut rencana, pemkot tahun depan akan membangun complete streets sepanjang 20 km.
Kota dengan populasi 3 juta jiwa itu mengimplementasikan program bike sharing dengan jumlah armada mencapai 4.000 sepeda. Pemkot berkomitmen menggelontorkan 50 persen anggaran daerah untuk pembangunan dan peningkatan infrastruktur pejalan kaki, pesepeda, dan bus.
”First” dan ”last mile”
Pencapaian Jakarta merupakan transformasi sistem mobilitas kota. Sejauh ini infrastruktur transportasi umum sudah lebih baik dengan kehadiran Transjakarta, MRT, dan LRT.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Penumpang keluar dari Halte Transjakarta Bank Indonesia, Minggu (6/9/2020).
Pegiat transportasi dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta, Adriansyah Yasin Sulaeman, menuturkan, sekarang saatnya mengembangkan mobilitas aktif atau untuk pejalan kaki dan pesepeda. Ke depan, mobilitas aktif itu harus jadi fokus utama lewat adanya infrastruktur pendukung.
”First dan last mile dengan berjalan kaki atau bersepeda bisa mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi,” kata Adriansyah. Ia juga menyarankan kemudahan akses transportasi lewat adanya informasi layanan dalam bentuk peta atau tanda tertentu.
Pengamat transportasi sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno menambahkan, Jakarta bisa menjadi contoh penataan transportasi perkotaan bagi kota-kota lain di Indonesia. Asalkan ada komitmen seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun swasta. Sebab, selama ini komitmen pemerintah daerah di banyak tempat masih minim selain minimnya anggaran.