Penambahan kasus menempatkan Kota Bogor sebagai zona oranye atau risiko sedang penularan dengan skor 1,81. Angka tersebut mendekati zona merah atau risiko tinggi penularan dengan skor 2,0.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus positif di Kota Bogor di atas 10 kasus dan tingkat penularan sebesar 1,81. Jika tidak tertangani dengan baik dan kedisplinan tinggi menerapkan protokol kesehatan, Kota Bogor terancam masuk zona merah.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, penambahan kasus positif dalam sepekan terakhir menunjukkan Kota Bogor dalam situasi rawan penularan atau level tinggi dengan potensi virus belum terkendali. Selain itu, penambahan kasus juga menempatkan Kota Bogor sebagai zona oranye atau risiko sedang penularan dengan skor 1,81. Angka tersebut mendekati zona merah atau risiko tinggi penularan dengan skor 2,0.
”Pada level tersebut, transmisi lokal hingga imported case atau penularan dari luar dapat terjadi dengan cepat. Ini kemudian angka di kluster keluarga dan kasus imported case tinggi di Kota Bogor,” kata Dedie, Rabu (26/8/2020).
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Rabu (26/8/2020), jumlah kasus positif di Kota Bogor bertambah 14 kasus sehingga total mencapai 529 kasus. Sementara kasus 184 pasien positif aktif, 316 pasien sembuh dan 29 pasien meninggal.
Dari data tersebut, Dedie menambahkan, ada sembilan kluster penyebaran kasus Covid-19 di wilayah Kota Bogor. Kluster keluarga penyumbang terbanyak kasus positif sebesar 31,9 persen; kluster imported case sebesar 25,8 persen; kluster fasilitas kesehatan (faskes) 11,8 persen; kluster perkantoran 5,5 persen; kluster keagamaan 4,4 persen; kluster pusat perbelanjaan 2,8 persen; kluster pasar tradisional 1,6 persen, kluster transportasi sebesar 0,6 persen; dan sebesar 15,2 persen penyebaran kasus Covid-19 berasal dari nonkluster.
Atas penambahan kasus positif dalam sepekan terakhir, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto merasa khawatir karena pola penyebaran kasus Covid-19 bergeser masuk ke kluster keluarga.
Bima mengatakan, berdasarkan data, saat ini tercatat ada 43 keluarga yang menjadi sumber penularan virus SARS-CoV-2 (Covid-19) dengan temuan 157 kasus positif dari kluster keluarga.
Saat ini tercatat ada 43 keluarga yang menjadi sumber penularan virus SARS-CoV-2 (Covid-19) dengan temuan 157 kasus positif dari kluster keluarga.
”Seluruh warga agar mewaspadai situasi tersebut karena Kota Bogor terancam masuk ke dalam zona merah. Situasi belum aman, kita tidak bisa abai. Tren kasus terus naik sementara masih ada yang tidak peduli. Ini berbahaya untuk kita semua. Jika Kota Bogor masuk zona merah, PSBB (pembatasan sosial berskala besar) bisa kembali diterapkan,” tegas Bima.
Bima mengatakan, Pemkot Bogor akan terus terbuka dengan data jumlah kasus harian Covid-19 agar diketahui warga sebagai kewaspadaan dan kesadaran bersama terkait bahaya virus korona baru.
Selain itu, kata Bima, meningkatnya jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Bogor juga tak lepas dari tes usap secara masif. Oleh karena itu, Pemkot Bogor tidak akan berhenti mengelar tes usap, agar pencegahan dan pelacakan bisa berjalan maksimal.
”Sekali lagi situasi ini tidak bisa dianggap enteng. Jangan sampai Kota Bogor jadi zona merah. Mari kita kawal dan jaga bersama-sama Kota Bogor. Kebersamaan kita menentukan kemenangan kita,” tutur Bima.
Jangan sampai Kota Bogor jadi zona merah. (Bima Arya)
Bima melanjutkan, Pemkot Bogor akan terus mengawasi ketat lingkungan tingkat RT hingga RW terhadap warga yang memiliki mobilitas tinggi. Pasalnya, penularan yang terjadi di dalam lingkungan keluarga sebagian besar berasal dari aktivitas di luar.
”Komunitas kita (di Kota Bogor) selama ini kuat, itu jadi andalan untuk mengawasi pergerakan. Sekarang harus lebih kuat lagi. Saya juga minta setiap lurah hingga camat harus mengetahui aktivitas setiap warga, khususnya yang memiliki mobilitas tinggi,” kata Bima.