Seiring Ganjil Genap, Dishub DKI Kurangi Bus Bantuan di Stasiun KRL
Pantauan Dishub DKI Jakarta, penumpang angkutan umum saat PSBB transisi disebut menuju keseimbangan baru. Ditambah kebijakan ganjil genap, Dishub DKI memutuskan mengurangi bus bantuan gratis untuk penumpang KRL.
Oleh
Helena F Nababan
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bersamaan dengan pelaksanaan kebijakan ganjil genap dengan disertai sanksi bagi para pelanggarnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga mengurangi jumlah bus gratis yang selama ini disiapkan di sejumlah stasiun keberangkatan sebagai angkutan alternatif. Bus yang dioperasikan hanya 30 unit dengan pertimbangan jumlah penumpang menurun menuju keseimbangan baru.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Senin (10/08/2020), menjelaskan, sesuai perencanaan dinas perhubungan, jumlah bus gratis yang disiapkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta sebagai angkutan alternatif, mulai Senin ini hanya 30 unit.
Jumlah itu, menurut Syafrin, sudah merupakan pengurangan dari sebelumnya.
Dari awalnya 75 bus, lalu berkurang ke 50 bus, dan terbaru menjadi 30 bus saja.
Dari hasil evaluasi Dishub DKI Jakarta, Syafrin melanjutkan, untuk jumlah pengguna KRL cenderung normal selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Artinya, dari jumlah pengguna yang sebelumnya begitu membeludak, sekarang tidak terjadi bahkan terakhir jumlah bus bantuan yang dioperasikan ke sejumlah stasiun keberangkatan ada yang tidak terpakai.
”Dengan pola itu artinya bahwa sekarang setelah kita buka masa transisi sekarang seluruhnya kembali kepada keseimbangan baru,” kata Syafrin.
Seperti diketahui, pengoperasian bus gratis bagi para penumpang dari sekitar Jakarta seperti dari Stasiun Bogor, Bojong Gede dan Citayam, diawali dengan upaya Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) yang berusaha mewadahi lonjakan penumpang.
Saat itu adalah saat PSBB lanjutan berlangsung dan sejumlah tempat usaha diperbolehkan beroperasi kembali. Jumlah penumpang KRL membeludak, bahkan menimbulkan antrean panjang di sejumlah stasiun keberangkatan seperti stasiun Bogor.
Kemudian BPTJ menginisiasi penyediaan angkutan alternatif bagi pengguna KRL supaya tidak menimbulkan antrean pada pertengahan Mei 2020. Kemudian langkah itu diikuti Dishub DKI Jakarta yang turut menyediakan bus gratis mulai pertengahan Juni 2020. Bus berangkat dari stasiun Bogor ataupun Bojong Gede pada pagi hari. Kemudian di sore hari dari sejumlah stasiun besar di Jakarta. Bus-bus gratis itu beroperasi pada hari Senin dan Jumat.
Menurut Syafrin, selain ada kebijakan ganjil genap yang mulai disertai sanksi denda, manajemen KRL juga mulai melakukan penambahan jadwal kereta.
”KRL dari Bogor pada pagi hari ada penambahan tiga perjalanan. Sekarang total jumlah perjalanan KRL di Jabodetabek menjadi 900-an lebih. Ini sudah on top karena mereka sudah menambah yang dari Bogor, juga sudah menambah yang dari Rangkasbitung. Ada tambahan perjalanan KRL dan ini tentu sangat membantu,” jelas Syafrin.
Kemudian, BPTJ sendiri dalam perencanaan angkutan penumpang KRL juga berencana mengurangi jumlah bus bantuan gratis itu. Bahkan sejak awal Agustus 2020 gencar membuka dan menambah layanan Jabodetabek Residence (JR) Connexion, kerja sama BPTJ dan sejumlah perusahaan otobus (PO) untuk menyediakan angkutan point to point dan berbayar bagi warga dari kawasan permukiman ke tengah Jakarta.
Layanan KRL
Erni Sylvianne Purba, VP Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI), secara terpisah menjelaskan, sebagai upaya mendukung kebijakan ganjil genap, PT KCI sejak pekan lalu telah menyiapkan antisipasi dengan tambahan jumlah perjalanan KRL.
PT KCI saat ini telah mengoperasikan perjalanan KRL sejumlah 975 perjalanan KRL setiap harinya. Penambahan perjalanan telah dilakukan sepanjang akhir Juli dan terakhir pada 1 Agustus lalu untuk lintas Rangkasbitung, lintas Bekasi/Cikarang, dan lintas Depok/Bogor.
Pantauan KCI, jelas Purba, pekan lalu saat ganjil genap mulai disosialisasikan, belum terdapat peningkatan volume pengguna KRL. Pada 27–30 Juli, rata-rata pengguna KRL adalah 395.031 penumpang per hari. Sementara pada 3-7 Agustus 2020, rata-rata pengguna KRL tercatat 390.617 per hari. ”Rata-rata jumlah pengguna KRL relatif stabil,” kata Purba.
Upaya lainnya supaya penumpang tetap menjaga jarak, PT KCI selama beberapa bulan ini telah memberangkatkan kereta dari stasiun-stasiun yang bukan merupakan stasiun awal namun cukup ramai pengguna. Pada pagi hari telah tersedia pemberangkatan dari stasiun Tigaraksa, Cilebut, Bojonggede, dan Sudimara. ”Untuk jadwal selengkapnya dapat dilihat melalui situs www.krl.co.id dan aplikasi KRL Access,” kata Purba.
Langkah terbaru, lanjut Purba, sesuai perkembangan situasi, PT KCI melakukan evaluasi untuk memaksimalkan pelaksanaan protokol kesehatan di stasiun. Salah satunya adalah pembenahan alur masuk penumpang di Stasiun Tanah Abang.
Mulai Senin (10/8/2020), khususnya pada sore hingga malam hari, alur antrean calon pengguna di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) akan diatur melalui penyekatan. Antrean akan diatur sesuai jumlah pengguna yang akan mengakses layanan KRL melalui Hall Selatan Stasiun Tanah Abang.
”Pengaturan ini sebagai antisipasi agar para pengguna KRL tidak lagi berkerumun dan memadati pintu akses ke hall Selatan stasiun dari area JPM,” kata Purba.
Sementara pada Senin pagi kemarin, Purba menjelaskan memang terjadi antrean pengguna KRL di sejumlah stasiun dengan volume terbesar. Namun antrean tertib dan bergerak lancar karena mayoritas pengguna telah memakai Kartu Multi Trip (KMT), kartu uang elektronik bank, ataupun tiket kode QR sebagai cara pembayaran untuk naik KRL.
Dengan menggunakan pilihan transaksi nontunai tersebut, setidaknya para pengguna tidak perlu antre di loket setiap akan naik KRL untuk membeli atau mengisi ulang tiket harian berjaminan (THB) ataupun antre melakukan refund uang jaminan setelah menggunakan KRL. Dengan begitu, dua proses antrean tersebut dapat diminimalkan.
Saat ini persentase pengguna KRL yang memanfaatkan transaksi nontunai mencapai hampir 80 persen, tepatnya 52 persen menggunakan KMT, 25 persen menggunakan kartu uang elektronik bank, dan pengguna THB 23 persen.
Bertambahnya pengguna yang memanfaatkan transaksi nontunai, jelas Purba, tidak lepas dari delapan stasiun yang telah ditetapkan sebagai stasiun khusus KMT, yaitu stasiun Bogor, Cilebut, Cikarang, Palmerah, UI, Sudirman, Cikini, dan Taman Kota.
PT KCI secara bertahap juga akan menambah jumlah stasiun KMT ini pada waktu yang akan datang. ”Di tengah pandemi Covid-19 ini, bertransaksi secara nontunai juga dapat mengurangi resiko tertular dari uang yang dapat menjadi media penularan serta mengurangi interaksi langsung dengan petugas,” imbuh Purba.
Adapun dari segi volume pengguna secara keseluruhan, pada Senin pagi kemarin jumlahnya stabil bila dibandingkan Senin pekan lalu. Hingga pukul 08.00 jumlah pengguna KRL mencapai 108.916 orang, tidak jauh berbeda dengan Senin, 3 Agustus lalu, pada waktu yang sama yang sebanyak 109.116 pengguna.
”Monitoring” Disnakertrans
Terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah menjelaskan, sampai dengan pelaksanaan ganjil genap dengan sanksi, dari hasil pengawasan, ada tujuh perusahaan yang ditutup karena tidak menerapkan protokol kesehatan dan mematuhi kebijakan WFH. Ketujuh perusahaan itu rinciannya 1 di Jakarta Pusat, 1 di Jakarta Barat, 1 di Jakarta Timur, dan 4 di Jakarta Selatan.
Adapun perusahaan yang ditutup sementara karena ditemukan kasus Covid-19 ada 44 perusahaan. Sebanyak 12 perusahaan di Jakarta Pusat, 3 di Jakarta Barat, 3 di Jakarta Utara, 13 di Jakarta Timur, dan 13 di Jakarta Selatan. Selama PSBB transisi, Andri memastikan, pihaknya akan terus melakukan sidak dan pengawasan sambil juga meminta perusahaan aktif melaporkan situasi terbaru tentang Covid-19 di perusahaannya.