Pemkot Tangsel mengejar target 17.000 tes usap tenggorokan sesuai rekomendasi WHO. Sementara itu, meski PSBB diperpanjang, jumlah kelurahan yang masuk zona merah tak berkurang.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menargetkan bisa mencapai jumlah tes usap tenggorokan sebanyak 17.000. Di sisi lain, pembatasan sosial berskala besar belum mampu mengurangi jumlah kelurahan yang masuk zona merah.
Pelaksana Tugas Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Deden Deni mengatakan, Pemerintah Kota Tangsel sekarang sedang mengejar target melaksanakan tes usap sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1 per 1.000 orang per minggu. Dengan jumlah penduduk Tangsel yang diperkirakan 1,7 juta orang, target jumlah tes diharapkan bisa mencapai 17.000 tes.
”Hingga sekarang kami baru bisa melakukan sebanyak 10.000 tes. Makanya kami sekarang lebih sering lakukan swab dengan Dinas Kesehatan Provinsi Banten,” ujar Deden ketika ditemui di Kantor Wali Kota Tangsel, Senin (20/7/2020).
Dalam dua pekan terakhir, Dinas Kesehatan Provinsi Banten tengah gencar melaksanakan tes usap di wilayah Tangerang Raya. Di Tangsel, tes usap diperuntukkan bagi warga umum dan juga tenaga kesehatan. Untuk tenaga kesehatan, tes dilaksanakan di Puskesmas Jurang Mangu, Tangerang Selatan, dengan kuota 300 orang.
Adapun tes untuk warga dilakukan di Rumah Lawan Covid-19 Tangsel, kuota yang disediakan sebanyak 300 orang. Tes juga menyasar para pengemudi ojek daring yang beroperasi di wilayah Tangsel. Total ada 700 kuota tes usap tenggorokan yang disiapkan bagi pengemudi ojek daring pada 21 Juli 2020. Keesokan harinya atau 22 Juli 2020, Dinas Kesehatan Banten akan kembali melaksanakan tes usap tenggorokan kepada warga Tangsel di Klinik Lentera, Pamulang, Tangsel, dengan kuota 300 orang.
Tes usap coba diiringi dengan meningkatkan kapasitas pemeriksaan dengan metode reaksi berantai polimerase (PCR). Deden menyatakan, kapasitas tes PCR di Tangsel naik sedikit dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Ia menyampaikan, Dinas Kesehatan Tangsel baru saja mendatangkan satu unit mesin PCR. Dalam sehari, mesin PCR itu bisa memeriksa hingga 200 sampel.
Sebelumnya, Pemkot Tangsel melakukan pemeriksaan spesimen dengan metode PCR di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Universitas Indonesia, dan Rumah Sakit Awal Bros. Kapasitas tes per hari di ketiga rumah sakit itu untuk Tangsel hanya bisa mencapai maksimal 100 sampel.
Penambahan kasus
Hingga Senin, 20 Juli, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tangsel mencatatkan penambahan dua kasus positif Covid-19 baru. Adapun jumlah korban meninggal yang terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah satu orang menjadi 35 orang. Korban meninggal dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 97 orang. Dengan demikian, total korban meninggal akibat Covid-19 di Tangsel mencapai 132 orang.
Jika ditilik dari laman resmi Pemkot Tangsel, PSBB hingga tahap keenam belum memberikan dampak signifikan terhadap penyebaran Covid-19 di Tangsel. Kondisi itu tecermin dari jumlah kelurahan yang masuk zona merah. Kendati PSBB terus diperpanjang, jumlah kelurahan yang masuk zona merah masih tetap 10 kelurahan. Kelurahan itu adalah Pondok Kacang Barat, Parigi Baru, Jurang Mangu Timur, Pondok Jaya, Pondok Ranji, Pondok Cabe Udik, Pamulang Barat, Bakti Jaya, Buaran, dan Serpong.
Dikonfirmasi perihal penambahan kasus tersebut, Deden mengaku tidak mengetahui secara detail datanya. Ia meminta wartawan menanyakan langsung kepada Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tangsel Tulus Muladiyono. Namun, Tulus belum merespons pertanyaan terkait penambahan kasus baru tersebut. Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany pun menolak berkomentar.
”Nanti saja ya, sudah, sudah,” ujar Airin ketika dicegat wartawan.
Kendati PSBB terus diperpanjang, jumlah kelurahan yang masuk zona merah masih tetap 10 kelurahan, yakni Pondok Kacang Barat, Parigi Baru, Jurang Mangu Timur, Pondok Jaya, Pondok Ranji, Pondok Cabe Udik, Pamulang Barat, Bakti Jaya, Buaran, dan Serpong.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunus Miko Wahyono berpendapat, pengawasan penerapan protokol kesehatan selama PSBB tidak dilaksanakan secara optimal. Oleh sebab itu, ia memprediksi, penularan virus korona penyebab Covid-19 di Jakarta dan wilayah sekitarnya akan terus meningkat.
Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tangsel Muksin Al Fachry membantah pihaknya tidak optimal melaksanakan pengawasan penerapan protokol kesehatan selama PSBB. Menurut dia, petugas satpol PP rutin berkeliling wilayah Tangsel untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan oleh warga.
Petugas satpol PP, lanjut Muksin, beberapa kali membubarkan kerumunan yang disebabkan adanya festival layang-layang. Selain itu, sebuah acara pasar malam di wilayah Bintaro, Tangsel, juga dibubarkan karena menimbulkan kerumunan. Kendati demikian, ia mengakui masih ada pelanggaran yang dilakukan masyarakat.
”Pelanggaran masih didominasi tidak mengenakan masker dan berkerumun. Tangsel hampir semuanya masuk kawasan padat. Pelanggaran lebih banyak kami temukan di wilayah perbatasan,” ujarnya.