Data Google dan Moovit Tunjukkan Peningkatan Akses Transportasi Umum
Data yang dimiliki oleh Google Maps dan Moovit menunjukkan ada peningkatan penggunaan transportasi umum oleh warga Jakarta. Epidemiolog sarankan penggunaan ”face shield”.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bersamaan dengan semakin ramainya simpul transportasi umum, risiko penyebaran Covid-19 pun semakin tinggi. Wacana pengaturan jam kerja diapresiasi, tetapi kebijakan peningkatan kapasitas transportasi umum akan tetap meningkatkan risiko terciptanya kluster infeksi baru.
Berdasarkan data aplikasi Moovit yang diakses pada Senin (15/6/2020), mulai terlihat ada peningkatan akses transportasi umum di Jakarta sekitar 15 persen dibandingkan sebulan yang lalu, dari minus 90 persen dibandingkan kondisi normal menjadi minus 75 persen.
Kecenderungan serupa juga ditunjukkan oleh Google Maps Mobility Report. Simpul transportasi umum, seperti halte ataupun stasiun, lebih ramai 20-25 persen pada awal Juni 2020 dibandingkan pada periode April-Mei 2020.
Bertambah ramainya simpul transportasi umum meningkatkan risiko penyebaran Covid-19.
Untuk itu, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko, Senin, mengatakan, langkah pemerintah untuk mengatur jam kerja adalah keputusan yang tepat. Hal ini akan mengurangi kerumunan yang terjadi di transportasi umum.
Seperti diketahui, ada Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pengaturan Jam Kerja di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Dalam surat edaran itu, pemerintah memberlakukan dua gelombang jam kerja. Sif pertama akan dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.30. Sementara sif kedua pada pukul 10.00-10.30. Sif pertama diminta agar rampung pada pukul 15.00-15.30, sedangkan sif kedua pada pukul 18.00-18.30. Kebijakan ini mulai berlaku pada Senin ini.
Namun, Tri juga mengaku kaget ketika Kementerian Perhubungan menyampaikan wacana peningkatan kapasitas transportasi umum menjadi 70 persen. Menurut dia, sewajarnya peningkatan menjadi 70 persen kapasitas normal dilakukan pada beberapa pekan mendatang, misalnya pada bulan Juli, apabila kasus telah menurun.
Dengan kapasitas transportasi umum diperbolehkan hingga 70 persen, maka risiko penularan pun semakin tinggi. Hal ini karena upaya jaga jarak tidak akan dapat dilakukan dengan efektif.
Untuk itu, dengan adanya peraturan semacam ini, ia berharap seluruh penumpang mengenakan face shield atau tabir wajah sebagai tambahan perlindungan diri selain masker.
”Kalau 70 persen di angkutan umum, artinya semua penumpang paling tidak mengenakan face shield atau tabir wajah karena mereka semua terancam risiko penularan,” kata Tri. Dengan tabir wajah, diharapkan droplet bisa dicegah menyentuh muka atau menempel pada masker.
Mayang (27), pegawai swasta warga Sukabumi Utara, Jakarta Barat, mengemukakan bahwa ia masih sangat khawatir untuk mulai kembali menggunakan transportasi umum, khususnya bus Transjakarta, untuk menuju kantornya di kawasan Sudirman.
Ia masih sangat khawatir untuk mulai kembali menggunakan transportasi umum, khususnya bus Transjakarta, untuk menuju kantornya di kawasan Sudirman.
Menurut Mayang, kebanyakan karyawan kantornya yang menggunakan kendaraan pribadi sudah bersedia mengakhiri fase kerja dari rumah. Namun, bagi mereka yang menggunakan transportasi umum, masih waswas.
”Kita yang menggunakan public transport ini, kan, khawatir. Kalau yang bawa mobil sendiri, mungkin sudah setuju kerja di kantor lagi,” kata Mayang.
Dengan semakin terbukanya mobilitas masyarakat, upaya tes dan pelacakan kontak serta karantina mandiri pun harus semakin masif. Pemerintah harus semakin giat melakukan survei atau penapisan di ruang publik yang sudah ramai diakses masyarakat, seperti stasiun, terminal, mal, dan pasar.
”Kalau survei tidak rutin, bisa-bisa seperti Beijing yang tiba-tiba meledak. Ketika terjadi kebocoran, kita tidak tahu di mana harus membendungnya,” kata Tri.
Setiap hasil deteksi kasus positif, kata Tri, juga harus diikuti dengan langkah pelacakan kontak dan karantina yang komprehensif dilakukan oleh otoritas kesehatan.
Berdasarkan portal data milik Dinas Kesehatan DKI Jakarta, corona.jakarta.go.id, jumlah kasus positif harian selama dua pekan terakhir (1-13 Juni) naik-turun dari kisaran 62-194 kasus per hari. ”Jadi ini kalau (PSBB) dibuka, ya belum aman,” kata Tri saat dihubungi, Senin.