Suka dan penasaran dengan rasanya membuat orang tertarik mengonsumsi minuman ”kekinian” yang sedang hits. Minuman segar dengan isian boba ini menjadi salah satu favorit kaum urban. Para penikmatnya rela antre panjang untuk bisa mencicipinya.
Beberapa tahun terakhir, bisnis kuliner, khususnya minuman, dibanjiri oleh produk-produk baru yang langsung booming. Orang Indonesia yang menyukai hal-hal baru menjadi ceruk pasar dan peluang bisnis yang menggiurkan bagi pegiat kuliner.
Nyatanya, kehadiran minuman kekinian ini mendapat respons positif dan digandrungi masyarakat, terlebih remaja-remaja di perkotaan. Tak hanya di Jakarta, ”virus” minuman, bubble tea, thai tea, es kopi, brown sugar milk, dan varian lainnya juga mewabah di kota-kota besar Indonesia lainnya.
Jajak pendapat Kompas, akhir Januari lalu, memotret kegemaran masyarakat Jabodetabek mengonsumsi minuman kekinian itu.
Thai tea, minuman asal ”Negeri Gajah Putih”, misalnya, menjadi jawara tren minuman Tanah Air. Hampir sepertiga responden menyukai minuman yang terbuat dari seduhan teh ceylon, teh hitam beraroma sangat pekat berasal dari Sri Lanka yang dicampur susu kental manis atau susu evaporasi. Racikan thai tea yang masih hangat kemudian dicampurkan ke dalam segelas es batu menjadi minuman yang menyegarkan.
Selain minuman berbahan dasar teh, es kopi susu juga menjadi populer. Menjamurnya gerai es kopi susu dengan berbagai varian dan merek yang unik menarik hati sekitar 17 persen responden. Kopi dicampur susu yang biasanya disajikan panas-panas bisa menjadi booming saat disuguhkan dengan versi dingin dan cocok untuk iklim di Indonesia.
Bagi 58 persen responden yang menggemari minuman nge-tren ini, sepertiganya mengaku wajib memesan minuman segar ini seminggu sekali. Bahkan, hampir 30 persen responden mengonsumsinya lebih dari satu kali seminggu.
Hal ini diperkuat dengan laporan yang dirilis laman Grab.com. Pada 2018, penjualan bubble tea tumbuh sekitar 3.000 persen di Asia Tenggara. Indonesia menempati peringkat pertama dengan angka pertumbuhan penjualan lebih dari 8.500 persen. Orang Indonesia rata-rata meminum tiga gelas bubble tea per bulan.
Daya tarik boba
Salah satu minuman inovasi baru adalah minuman dingin dengan topping boba atau terkadang disebut juga pearl. Boba adalah bola-bola kecil berwarna hitam yang menjadi isian minuman kekinian. Bahan utamanya adalah tepung tapioka, yaitu tepung dari singkong yang menjadi manis setelah direndam menggunakan gula atau madu.
Peran dari boba dalam minuman untuk menciptakan faktor ”QQ”, yaitu legit dan kenyal. Kehadiran boba memberi sensasi mengasyikkan saat menyeruput bubble tea. Sambil menyedot paduan teh dan susu, penikmat bubble tea juga bisa mengunyah butiran boba yang kenyal dan manis.
Inovasi campuran milk tea asal Taiwan ini sudah muncul sejak 1980-an. Selanjutnya menjadi populer di beberapa negara, termasuk Indonesia, hingga kini. Bahkan, boba kini tak hanya menjadi toppingmilk tea, tetapi juga berbagai minuman kekinian, seperti es kopi, brown sugar, dan maciatto. Minuman aneka buah juga sering ditambah isian boba.
Menambahkan boba dalam minuman kekinian ini menjadi favorit kaum milenial. Delapan dari sepuluh responden dalam rentang usia 17 sampai 38 tahun mengaku suka dengan sensasi tambahan bola-bola boba dalam minumannya. Selain itu, boba juga disukai oleh segala umur meski porsinya tidak sebesar anak milenial.
Rasa boba yang manis dan kenyal rupanya menjadi daya tarik penyuka minuman yang lagi naik daun ini. Tiga dari lima responden mengaku suka mengonsumsi minuman kekinian tersebut lebih karena rasanya.
Sementara hampir seperempat responden suka menjajal minuman ini justru karena penasaran dengan rasanya. Banyaknya varian rasa yang disajikan oleh minuman kekinian ini memang membuat penasaran konsumen untuk mencobanya.
Alasan lainnya yang disebutkan oleh 9 persen warga Jabodetabek adalah hanya ingin mengikuti tren. Menjamurnya gerai minum kekinian, mulai dari kafe kecil hingga yang sudah mempunyai merek terkenal, ikut menunjang tren tersebut.
Kesehatan
Separuh dari responden tidak sekadar mengonsumsi minuman kekinian itu. Mereka juga mencari tahu informasi segala sesuatu tentang boba itu sendiri.
Beberapa artikel kesehatan mengatakan bahwa kandungan gula yang terdapat pada minuman kekinian ini cukup tinggi dan dapat membahayakan kesehatan. Pada minuman bubble tea, misalnya, selain susu, sering ditambahkan pula sirop, perisa teh, ataupun agar-agar sehingga kadar gula, lemak, dan kalori yang terkandung di dalamnya cenderung tinggi.
Mengutip dari laman aladokter.com, mutiara tapioka kering yang merupakan komponen pembuatan boba memiliki kalori yang cukup tinggi, tetapi minim vitamin, protein, dan serat. Apabila sudah diracik menjadi bubble milk tea, satu porsi standar (sekitar 475 ml) mengandung sekitar 38 gram gula dan 350-500 kalori. Total kalori dalam 1 gelas bubble tea tersebut sudah melebihi batas asupan gula yang direkomendasikan oleh American Heart Association, yaitu 150 kalori per hari untuk pria dewasa dan 100 kalori per hari untuk wanita dewasa.
Meskipun demikian, hal ini tidak menghalangi antusiasme masyarakat yang ingin mencoba. Tak heran jika di beberapa gerai ditemukan antrean yang panjang hanya untuk dapat menikmati segelas minuman kekinian berasa legit dan kenyal ini. (LITBANG KOMPAS)