Warga Ibu Kota mengeluhkan daya tampung saluran air. Itu karena setiap hujan deras, terjadi genangan hingga banjir.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga mengeluhkan genangan hingga banjir yang terus terjadi setiap hujan deras mengguyur Ibu Kota. Pemicunya antrean air menuju saluran pembuangan hingga kapasitas daya tampung.
Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak Senin (24/2/2020) malam hingga Selasa (25/2/2020) menyebabkan genangan dan banjir di 294 RW. Imbasnya, 3.565 jiwa mengungsi ke 40 lokasi pengungsian.
Di Kramatjati, Jakarta Timur, misalnya. Ketinggian banjir berkisar 1,5 meter sampai 1,6 meter. Warga pun mengungsi ke kantor Kecamatan Kramatjati.
Salah satu penyebab banjir di wilayah ini ialah luapan dari saluran air ke area permukiman. Luapan terjadi karena turap saluran air jebol dan belum diperbaiki. ”Turapnya (saluran air) jebol, air melimpah (meluap) ke lingkungan warga,” kata Darma, anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Kramatjati.
Warga menumpuk batu seadanya pada bagian turap saluran air yang jebol. Sementara sebagian material berupa bebatuan berada di dalam saluran air sehingga mengurangi kedalaman saluran.
Turap saluran air jebol sejak tahun 2017. Menurut Darma, warga sudah melaporkan kerusakan itu kepada Dinas Sumber Daya Air, tetapi belum ada tindak lanjut hingga sekarang. ”Kami sudah laporan ke Dinas Sumber Daya Air, tetapi tidak ada tindak lanjutnya,” ujarnya.
Alhasil, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dianggap tidak mengantisipasi banjir sehingga terus saja terulang. Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali di Jakarta, Senin (24/2), mengatakan, pembangunan di Jakarta tidak sejalan dengan pembangunan drainase.
”Padahal, musim hujan ini sudah diprediksi. Ini bukan peristiwa baru. Sistem drainase tidak berfungsi efektif ketika hujan. Pemprov DKI Jakarta tidak fokus dalam penanganan jaringan mikro, jaringan penghubung, dan jaringan makro drainase. Banyak sedimen dan material lainnya di drainase. Seharusnya diantisipasi sebelum musim hujan dan terus dipantau dan dicek. Jangan sudah musim hujan baru dibersihkan. Begitu pula dengan kesiapan pompa air,” kata Firdaus.
Saluran air di sejumlah lokasi pun minim perawatan karena tidak ada sinkronisasi dalam pembangunan infrastruktur kota.
Salah satunya di kawasan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Petugas Suku Dinas Sumber Daya Air mengeluhkan material sisa perbaikan trotoar yang dibiarkan di dalam saluran air. Material ini menghambat pengurasan lumpur di dalam saluran air.
Persoalan perbaikan trotoar yang mengganggu pemeliharaan saluran air juga ditemukan Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi saat inspeksi mendadak lubang bak kontrol saluran air di Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat, tepatnya depan Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, pada Minggu (23/2). Dia mendapati bahwa dua pelat beton tutup bak kontrol tercor dengan trotoar sehingga tidak bisa dibuka petugas.
”Ya, memang kelemahan Pemda DKI kurang kooordinasi antara dinas yang satu ke dinas lain,” ucap Prasetyo.
Untuk itu, dia meminta Komisi D DPRD DKI agar menghadirkan Kepala Dinas Bina Marga yang bertanggung jawab pada pembangunan trotoar serta Kepala Dinas Sumber Daya Air yang berwenang atas saluran air dalam rapat guna meminta penjelasan mereka.
Perawatan yang minim juga terjadi di Jalan Perintis Kemerdekaan yang menjadi salah satu perbatasan wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Banyak tali air tidak dilengkapi besi penyaring sampah.
Alhasil sampah menghambat aliran saluran air. Bahkan, banjir dengan sampah mengapung terjadi di ruas jalan itu.
”Setiap hujan deras, saluran air meluber karena kepenuhan. Bisa juga karena banyak sampahnya,” kata Salma, warga Pedongkelan.
Selain sampah, saluran air tidak mampu menampung luapan kali Sunter. Menurut, Wahyu (45), pasukan oranye Kelapa Gading Barat, saluran air kurang lebar dan dalam sehingga tidak bisa menampung air hujan dan luapan kali.
”Hujan terlalu deras, saluran penuh air hujan dan tidak sanggup terima luapan dari kali,” ujar Wahyu.