Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta dibantu SAR Jakarta telah mengevakuasi warga yang terdampak banjir dan genangan ke lokasi pengungsian.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta menyatakan hujan lokal yang ekstrem mengguyur wilayah Jakarta sejak Senin (24/2/2020) malam hingga Selasa (25/2/2020) pagi. Hal itu mengakibatkan 973 keluarga atau sebanyak 3.565 jiwa mengungsi.
Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta M Insaf di Jakarta, Selasa (25/2/2020), menjelaskan, berdasarkan data pantauan BPBD DKI Jakarta sampai pukul 12.00, terdapat 294 rukun warga (RW) atau 10,74 persen dari RW di DKI Jakarta terendam banjir. RW yang terendam dengan ketinggian banjir maksimal 200 sentimeter terdapat di Kelurahan Cawang.
Adapun total pengungsi sebanyak 973 keluarga atau 3.565 jiwa. Mereka mengungsi di 40 lokasi pengungsian.
Lurah Manggarai Budi Santoso menyebutkan, di wilayah Manggarai, warga yang terdampak banjir berada di lingkungan RW 001, RW 004, dan RW 010. ”Mereka sudah tertampung di pengungsian di sekitar sini,” jelas Budi tanpa merinci jumlah pengungsi.
Namun, untuk para pengungsi di wilayah Jakarta lainnya, BPBD DKI Jakarta menyebutkan mereka sudah ditampung di 40 titik pengungsian. Lokasi pengungsian itu di antaranya di Masjid Al Muhibin, Yayasan Al Hanif RT 003, Masjid Al Muhajirin RW 010, Mushala Al Istiqomah, TPQ-TKI Rambanee, Kantor Kelurahan Kampung Melayu, Kantor Pos RW 007, Aula Masjid Ittihadul Ikhwan RW 008, SKKT, Kantor Daihatsu RW 015, dan Aula Kantor Kelurahan Kayu Putih.
Berdasarkan peta sebaran hujan Jabodetabek Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada hari Senin (24/2/2020) pukul 07.00 WIB sampai Selasa (25/2/2020) pukul 07.00 WIB, menurut Insaf, curah hujan ekstrem (>150 mm/hari) terpantau di tujuh stasiun. Tujuh stasiun itu meliputi Stasiun Meteorologi Kemayoran (278 mm/hari), Pintu Air Pulogadung (250 mm/hari), Pulomas (245 mm/hari), Manggarai (209 mm/hari), Halim PK (205 mm/hari), Sunter Timur 1 Kodamar (165 mm/hari), dan Setiabudi Timur (150 mm/hari).
Untuk antisipasi, lanjut Insaf, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan tim gabungan dari Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, BPBD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta, hingga tim penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) kelurahan untuk menangani banjir dan genangan.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta dibantu SAR Jakarta telah mengevakuasi warga yang terdampak banjir dan genangan ke lokasi pengungsian. Sementara BPBD DKI Jakarta bersama Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah mendistribusikan bantuan kepada warga yang mengungsi dan mendirikan posko.
Akses terganggu
Novi Widyastuti (40), warga Cempaka Putih Tengah, mengaku banjir telah membuat dirinya kesulitan menuju kantor. Ia tidak bisa mengakses angkutan umum bus Transjakarta menuju kantornya di Cawang seperti biasa.
”Jadi tadi saya naik ojek daring dari rumah ke kantor. Saya habis Rp 38.000,” kata Novi.
Ia juga sempat dibuat kaget karena saat bangun pukul 05.00 listrik masih menyala, tetapi pukul 07.00 listrik mati. ”Beruntung saya sudah mandi pagi tadi. Jadi tidak sempat kesulitan air,” ucapnya.
Dengan akses jalan yang penuh air, ia sempat memutuskan tidak ke kantor. Namun, karena listrik mati, ia mengamankan dulu barang-barang berharga dan mobil ke tempat aman, lalu berangkat ke kantor naik ojek daring.
Guntur, warga RW 001 Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, bercerita ia mengalami listrik mati sejak pukul 05.00 dan hingga siang belum menyala. Namun, ia sudah memindahkan semua perabot rumah ke lantai dua.