Kota Bogor akan Lincah Membangun
Lima tahun mendatang, Kota Bogor akan kian lincah berkembang. Ini tak lepas dari pembangunan periode pertama masa pemerintahan Bima Arya-Usmar Hariman, yang diklaim telah membangun sistem dan arah pembangunan yang tepat.
Kalau tidak ada aral melintang, Bima Arya dan Dedie A Rachim akan dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor periode 2019–2024 pada April mendatang. Untuk Bima, ini periode keduanya sebagai wali kota.
Ditemui pekan lalu, Bima yakin, pada periode keduanya dapat lebih lincah bergerak, menyelesaikan program pembangunan yang direncanakan. Hal ini karena pada periode pertamanya bersama Usmar Hariman, ia membangun sistem dan arah pembangunan yang tepat.
Berikut wawancara Harian Kompas dengan Bima terkait rencananya untuk Kota Bogor.
Apa yang memuaskan dari periode pertama Anda?
Menurut saya, kepala daerah itu jangan terjebak kepada kebijakan jangka pendek, yang saya istilahkan quick trap. Kebijakan kepala daerah itu harus sestemik, berdampak strategis.
Pada periode pertama, saya fokus pada pembangunan sistem, yang mungkin belum bisa terlihat secara cepat dalam 1-2 tahun. Tetapi, ketika sudah lima tahun, kita dapat menengok ke ke belakang. Tahapan-tahapan yang kami bangun, semakin kuat untuk membentuk sistem.
Pertama, (sistem) pengolahan APBD yang lebih baik. Belanja langsung lebih bermanfaat, porsinya jadi lebih besar daripada belanja tidak langsung. Pos-pos belanja yang mubazir dikurangi. Jadi, di sini bagaimana kami memastikaan uang rakyat kembali ke rakyat.
Kedua, kami berusaha menjadikan Bogor, kota yang lebih nyaman, lebih bersih, dan lebih besar dinikmati warga. Kami membangun ruang terbuka publik yang lebih berkualitas, baik taman umum maupun fasilitas pedestrian, di titik-titik strategis. Berdasarkan survei tingkat kepuasan masyarakat, hal ini yang paling diapresiasi warga : ruang terbuka publik menjadi lebih baik.
Ketiga, masalah sampah juga mulai tertangani tahap demi tahap. Waktu awal kami dilantik (periode pertama), bank sampah hanya ada lima, kini lebih dari 200 bank sampah. Ini membuat timbunan sampah berkurang 70-100 ton per hari. Kami pun mendapat sertifikat Adipura dua tahun terakhir. Kami dinilai mencapai lompatan tinggi dalam upaya mewujudkan kota bersih, sehingga dapat Adipura itu.
Lima tahun kemarin, ikhtiar kami adalah fokus pada pembangunan karakter dan pendidikan, menguatkan kebersamaan, memberantas penyakit sosial, dan penguatan ketahanan keluarga. Saya percaya, pembangunan itu bukan cuman pembangunan fisik, tetapi juga nonfisik. Membangun infrastruktur sekaligus infrakultural. Berbagai harapan dan target mulai terwujud.
Saya baru dapat laporan 2018 dari BPS (Badan Pusat Statistik), angka kemiskinan turun signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengadilan Negeri Agama Kota Bogor memberi informasi, untuk pertama kalinya terjadi penurunan angka perceraian sampai 10 persen pada tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Selama ini, setiap tahun meningkat. Terus terang, saya juga sangat terkejut. Ini memang perlu ditelusuri lagi, apa yang membuat dua hal yang menggembirakan itu terjadi. Tetapi, angka sudah berbicara. Ini sangat saya syukuri.
Apa saja yang di periode pertama belum tercapai, jauh dari harapan?
Kalau tidak puas, seharusnya saya yang tidak puas. Karena…Saya sebetulnya ingin tadinya cukup satu periode. Enggak pernah terpikir dua periode. Setelah satu periode itu, saya bisa kembali lagi ke kampus, mengajar. Tetapi kemudian, saya merasa ada beberapa hal yang sebetulnya ditargetkan tuntas, tetapi belum tuntas.
Paling jelas yaitu masalah kemacetan dan transportasi publik, serta kesemrawutan lalu lintas di beberapa titik. Maka, ini harus saya tuntaskan.
Banyak kendala yang mengakibatkan ini tidak tercapai. Persoalannya sudah demikian akut, banyak kepentingan di sana.
Tetapi saya masih sangat optimistis bahwa ini bisa diurai. Pada periode kedua ini, fokus pada kemacetan dan transportasi. Konsep pembenahannya sudah kuat sekali, tinggal butuh konsistensi aparatur pendukung dan warga.
Kongkretnya yang akan dilakukan apa saja tahun 2019?
Mengurai kesemrawutan lalu lintas ada di titik Pasar Bogor Suryakancana, Taman Topi Pasar Anyar, dan seputar Stasiun Bogor. Desain dan DED (detailed engineering design) untuk pembenahan dan pembangunannya akan kelar tahun ini. Dana yang dialokasikan untuk kebutuhan ini sekitar Rp 2 miliar. Sambil menyelesaikan desain dan DED, kami akan membidik peluang pendanaannya, baik ke pusat, provinsi, maupun swasta karena biaya pembangunannya cukup besar.
Untuk pembenahan dan pembangunan fasilitas pendukung di Pasar Bogor Suryakancana, diperkirakan butuh sekitar Rp 400 miliar. Bantuan dari provinsi kami harapkan, juga dari Pemprov DKI. Gubernur DKI Anies sudah setuju akan bantu bangun park and ride di dua titik yang kami usulkan yaitu di Pasar Bogor dan Bubulak.
Dana pembangunannya hibah dari Pemprov DKI. Saya akan terus kejar komitmen Gubenur Anies untuk bantu wilayah sekitarnya karena ini untuk kepentingan Jakarta juga. Banyak warga dari Bogor bekerja di Jakarta dan banyak warga Jakarta berwisata ke Bogor. Park and ride ini bisa mengurangi kepadatan kendaraan di Jakarta. Orang Bogor tidak perlu bawa kendaraan pribadi ke Jakarta.
Untuk transportasi umum, tahun ini konversi angkot ke bus digulirkan. Tahun berikutnya, subsidi untuk badan usaha jasa transportasi direalisasikan. Revisi perda yang mendukung kebijakan ini segera disahkan DPRD. Saya optimistis, dalam 2-3 tahun ke depan dua masalah kronis ini dapat dituntaskan sehingga Kota Bogor semakin nyaman untuk ditinggali dan dikunjungi.
Apa rencana untuk taman dan apa rencana konkret menyelamatkan Sungai Ciliwung?
Di periode kedua ini, target kami adalah ruang terbuka publik di setiap kecamatan. Pembangunan taman di pusat kota sudah cukup. Kini fokus di kecamatan. Kalau mungkin juga setiap kelurahan punya ruang terbuka dan sarana olah raga. Jadi, warga tak perlu jauh-jauh ke pusat kota untuk olah raga.
Kami juga akan fokus pada persoalan lingkungan hidup. Utamanya adalah program naturalisasi Ciliwung. Target program ini tiga. Pertama, meningkatkan kualitas hidup warga karena banyak warga di sepanjang sungai tidak memiliki kualitas hidup yang baik, tidak memiliki tempat MCK (mandi, cuci, kakus) dan IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) yang baik. Kami akan bangun sarananya agar mereka punya kualitas hidup yang baik.
Kedua, turut mengatasi bencana banjir di Ibu Kota Jakarta. Kami akan maksimalkan pembangunan resapan air, sehingga makin banyak air yang diserap di Bogor, tidak menggelontor ke Jakarta. Ini juga otomatis akan mengurangi sampah yang masuk ke Jakarta. Ketiga, naturalisasi Ciliwung dalam konteks wisata di Kota Bogor. Kami fokus ke pembangunan kampung tematis dan wisata air yang terintegrasi, utamanya kawasan Pulo Geulis dan Sempur.
Dalam masalah Ciliwung ini, kami memerlukan kerja sama dengan Bupati Bogor dan Gubenur DKI. Saya optimistis, kolaborasi dengan Jakarta dan Kabupaten Bogor untuk Ciliwung akan lebih baik. Lebih-lebih dengan Jakarta, karena bantuan dana pembangunan kolam retensi senilai Rp 10 miliar sudah turun.