JAKARTA, KOMPAS - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta meminta program One Kecamatan One Centre of Entrepreneurship dievaluasi. Langkah ini perlu dilakukan agar program lebih tepat sasaran sesuai dengan rencana semula. Salah satu langkah yang perlu diambil adalah memperbaiki pola pelatihan ke peserta program.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Komisi C (Bidang Ekonomi) DPRD DKI Jakarta Santoso merespon adanya kelesuan kegiatan di sejumlah gerai OK OCE Mart. Santoso meminta agar pengelola program tidak mengejar besarnya peserta program, melainkan ke kualitas pemahaman peserta program.
Pengelola program, kata Santoso juga perlu menyeleksi peserta yang perlu difokuskan pada mereka yang memiliki kemampuan untuk menjadi wirausaha. “Seringkali pemerintah kan hanya mengejar jumlah peserta saja. Padahal tidak mudah mendidik seseorang menjadi pelaku usaha. Toko-toko besar pun sekarang banyak yang tutup,” katanya.
Saat ini, anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta yang dikucurkan baru berupa anggaran pelatihan. Bantuan lainnya dari pemerintah adalah kemudahan perizinan. Adapun gerai OK OCE atau OK OCE Mart yang ada sekarang merupakan milik masyarakat.
Menurut Santoso, program OK OCE ini merupakan program yang baik sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu meneruskan. Kendati saat ini Sandiaga Uno sebagai pencetus dan punggawa program ini sudah mundur dari jabatan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Menanggapi persoalan itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan hal tersebut merupakan fenomena alamiah usaha. “Sebab, usaha online (dalam jaringan / daring) juga banyak yang tutup, banyak yang buka, ya usaha-usaha saja mengiktui nature bisnis,” katanya.
Menurut Anies, Faransyah Agung Jaya inisiator OK OCE, masih membantu karena program ini merupakan gerakan masyarakat. Karena itu, Anies bertekad akan meneruskan gerakan ini. Rapat Pimpinan khusus juga membahas program kewirausahaan dan memastikan rencana ini berjalan baik di Jakarta.
“Karena ini adalah kota jasa dengan peluang usaha banyak. Yang dibutuhkan adalah program yang dengan perencanaan yang baik, berhasil di sebuah komunitas, lalu dari situ baru digandakan. Jadi kami akan terus,” ujarnya.
Di DKI Jakarta, saat ini ada lima gerai OK OCE. Sampai akhir tahun ini, akan ada 10 gerai OK OCE yang ditargetkan berdiri untuk menampung produk anggota OK OCE. Peserta program OK OCE sebagian besar merupakan pengurus izin usaha mikro kecil (IUMK). Sampai hari ini, ada 300an orang yang sudah mengajukan permohonan.
Faransyah menambahkan, karena pelaku usaha kecil ini rata-rata ibu-ibu, kendala yang biasa muncul adalah persoalan pendataan. "Sehingga dengan adanya pendamping OK OCE di setiap kecamatan, pengurusan IUMK dilakukan secara kolektif," ujar Faransyah.
Tujuh tahap
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pertengahan April lalu, 13 persen responden yang mengetahui OK OCE sebagai program UMKM masyarakat dan 9 persen mendefinisikannya sebagai program pelatihan kewirausahaan. Mayoritas responden (32 persen) tahu bahwa program ini merupakan janji kampanye Gubernur Anies dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Sedagkan 40 persen responden lain belum tahu tentang program ini.
Banyak warga menganggap bahwa OK OCE merupakan program pemberian bantuan modal. Padahal, program ini memberikan akses usaha masyarakat kepada lembaga permodalan, seperti Bank DKI Jakarta, sesuai dengan ketentuan peminjaman modal yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya, ada tujuh tahap yang harus dilalui peserta program OK OCE, mulai pendaftaran secara daring, pelatihan, pendampingan, perizinan, pemasaran, pelaporan keuangan, hingga sampai di tahap permodalan. Keseluruhan langkah ini disebut dengan Tujuh Langkah Pas (Pasti Sukses).
Langkah sukses ini disusun saling berkaitan untuk memantapkan model usaha, manajerial, dan mendapatkan bantuan modal, Kompas, Minggu, 27 May 2018.