Mengungkap Evolusi Lintas Abad Virus Hepatitis yang Menginfeksi Manusia
Hepatitis telah diderita manusia sejak ribuan tahun silam, tetapi asal usul virusnya diperkirakan telah ada sejak ratusan juta tahun lalu. Pemahaman tentang nenek moyang virus menjadi kunci menangani penyakit hepatitis.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F02%2F05%2F61871bfc-7610-49f4-8231-3c397d729f38_jpg.jpg)
Santri melintasi Posko Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (4/2/2018). Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, saat itu sebanyak 10 orang di pesantren tersebut positif terjangkit virus hepatitis A.
Sejak April 2022 lalu dunia dikagetkan dengan kasus infeksi mirip hepatitis yang menyerang anak-anak. Uji laboratorium menunjukkan bahwa virus yang ada di dalam tubuh anak tidak termasuk dari lima jenis virus hepatitis sebelumnya. Bahkan, sejumlah anak di Inggris harus mendapatkan transplantasi organ hati.
Salah satu petunjuk utama gejala hepatitis adalah penyakit kuning. Hingga 11 Mei 2022 lalu, sedikitnya ada 450 kasus terduga hepatitis akut di seluruh dunia. Usia anak yang terinfeksi mulai dari 1 bulan hingga 16 tahun. Hasil sementara uji laboratorium menunjukkan adanya adenovirus di banyak kasus, sementara sisanya terdeteksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Kondisi di Indonesia tidak jauh lebih baik karena kasus hepatitis akut yang misterius ini telah terkonfirmasi di beberapa provinsi termasuk DKI Jakarta. Hingga 17 Mei 2022, jumlah pasien anak yang diduga terinfeksi hepatitis akut mencapai 14 orang, di mana 6 orang dinyatakan meninggal dunia. Sebagai langkah preventif, maka perlu dilakukan analisis patogen dengan whole genome sequencing untuk deteksi jenis virus.
Virus penyebab hepatitis sangat beragam, tetapi secara umum dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu virus dengan inang hewan dan manusia. Virus yang menyerang manusia teridentifikasi sebanyak lima jenis, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Kedua kelompok virus tersebut memiliki kedekatan genetika yang kompleks. Setiap jenis virus memiliki perjalanannya sendiri, sesuai karakteristik inang dan geografisnya.
Untuk semua jenis virus hepatitis yang menyerang manusia, diperkirakan nenek moyang virus tersebut telah ada sejak beberapa ribu tahun silam. Penelitian sejarah virus menjadi poin penting untuk memahami tingkat evolusi sejak zaman purba hingga saat ini, termasuk risiko wabah di masa mendatang.

Ada sejumlah faktor yang mendasari proses evolusi virus hepatitis pada manusia, termasuk kesamaan genetik dengan virus di dalam tubuh hewan. Secara hipotesis, faktor pertama adalah perkembangan populasi manusia yang besar, sehingga terjadi perpindahan inang dari manusia ke manusia lain dengan cepat.
Faktor kedua adalah terbentuknya sistem peternakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Hewan ternak menjadi salah satu inang utama virus hepatitis, seperti pada kasus hepatitis C, A, dan E. Titik krusial temuan evolusi virus di hewan dan manusia yang memiliki kemiripan terjadi masif dalam lima dekade terakhir. Paling baru adalah temuan genom virus hepatitis B di kucing, dan hepatitis D di bebek tahun 2018 lalu.
Faktor ketiga adalah perubahan penggunaan lahan. Domestikasi hewan ternak dan pengolahan lahan untuk pemenuhan bahan pangan menjadikan posisi manusia memang lebih berisiko. Interaksi dengan hewan yang menjadi inang virus makin terbuka, seperti contoh pengolahan lahan sawah akan membuka interaksi manusia dengan tikus, ular, dan katak, yang ketiganya terdeteksi sebagai inang beberapa jenis virus hepatitis.

Inang virus
Beberapa jenis hewan menjadi sumber patogen atau inang yang berbahaya bagi manusia. Perpindahan virus atau bakteri sangat mungkin terjadi saat ada interaksi atau pola konsumsi manusia yang tak terkendali. Karenanya, pengetahuan tentang hewan sumber patogen akan meningkatkan kewaspadaan dalam berinteraksi.
Hingga kini, ada lima jenis virus hepatitis yang menginfeksi manusia, yaitu hepatitis A (hepatovirus), B (orthohepadnavirus), C (hepacivirus), D (deltavirus), dan E (orthohepevirus). Jenis hepatitis B menjadi kasus paling banyak di dunia. WHO memperkirakan ada 296 juta orang terinfeksi hepatitis B dan bertambah sekitar 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Baca juga: Hepatitis Akut dan Perilaku Hidup Bersih Sehat
Lima jenis virus hepatitis tersebut tidak terkait satu sama lain, artinya jenis virus yang menginfeksi tidak sama atau berasal dari satu jenis virus yang berevolusi. Virus penyebab hepatitis A pertama kali terkonfirmasi pada tahun 1973, dan dinamakan dengan hepatovirus. Pemetaan genom virus selesai pada 1985, dan vaksinasi pertama dilakukan pada tahun 1989.
Hepatovirus tidak hanya ditemukan di dalam tubuh pasien, melainkan di beberapa jenis hewan. Temuan pertama tahun 1991 di monyet jenis macaque, kemudian berlanjut tahun 2015 di anjing laut dan mamalia kecil, seperti tikus dan kelelawar, terakhir tahun 2018 di tubuh hewan berkantong (marsupials).

Hepatitis B jauh lebih dulu teridentifikasi yaitu diawali temuan antigen virus penyebab penyakit kuning tahun 1965. Kemudian terkonfirmasi sebagai hepatitis B pada tahun 1970 dengan nama virus penyebabnya adalah Orthohepadnavirus. Hewan yang menjadi inang virus ini terbilang banyak, sedikitnya ada sepuluh jenis.
Awal temuan virus orthohepadnavirus terjadi tahun 1978 di dalam tubuh hewan pengerat, kemudian tahun 1980 di bebek atau hewan unggas, tahun 1988 di tubuh simpanse, dan pada 1998 di dalam monyet jenis woolly. Lebih dari satu dekade kemudian, temuan virus terdeteksi di kelelawar (2013), hewan reptil (2014), ikan (2015), katak (2016), serta kucing dan monyet jenis capuchin (2018).
Hepatitis C terkonfirmasi tahun 1989, namun mulai diduga muncul tahun 1975, saat ada kasus hepatitis yang penyebabnya bukan hepatovirus dan orthohepadnavirus. Virus penyebabnya adalah hepacivirus, dan dalam perkembangannya menjadi salah satu penyebab hepatitis terbanyak di manusia. Ada enam titik krusial temuan hewan yang menjadi inang virus hepatitis C.

Charles M Rice Ilmuwan asal Amerika Serikat ini memperoleh Nobel Kedokteran 2020 karena temuan virus Hepatitis C.
Temuan awal terjadi tahun 1995 di dalam tubuh monyet jenis tamarin. Lama berselang, tahun 2012 virus terdeteksi di tubuh kuda, kemudian kelelawar, tikus, dan monyet jenis colobus tahun 2013. Dua tahun kemudian hepacivirus ditemukan di dalam tubuh hewan ternak, seperti sapi, domba, atau kambing.
Sedikit berbeda dengan jenis hepatitis lainnya, hepatitis D diduga adalah hasil evolusi dari hepatitis B. Hal in karena pada 1977 ditemukan antigen virus baru, tetapi memiliki sejumlah kemiripan dengan hepatitis B. Penetapan hepatitis D dilakukan tahun 1980 dengan nama virus deltavirus. Dua hewan yang menjadi inang virus juga mirip dengan hepatitis B yaitu ular dan bebek.
Hepatitis E mulai terdeteksi tahun 1980. Saat itu ada virus hepatitis yang menular melalui air, namun saat diuji laboratorium bukan termasuk jenis hepatitis A dan B. Nama virus penyebab hepatitis E adalah orthohepevirus. Jenis hewan yang menjadi inang virus adalah babi, ayam, kelinci, tikus, ikan, kelelawar, dan unta.

Michael Houghton Ilmuwan Inggris yang memperoleh Nobel Kedokteran 2020 karena menemukan virus Hepatitis C.
Lintas abad
Keberadaan virus dan bakteri di Bumi tidak dapat dihindari, bahkan sebagai entitas mikro keduanya memiliki peran masing-masing dalam periode evolusi makhluk hidup. Namun di setiap titik temu sejarah peradaban dunia, dua subjek yang selalu terlibat adalah hewan dan manusia. Keduanya bertindak sebagai inang virus dan bakteri sehingga bisa saling menularkan dalam beberapa kasus.
Dalam konteks kesehatan publik, melihat sejarah virus hepatitis yang menyerang manusia menjadi satu bahasan penting yang harus dilakukan. Ada banyak celah yang menjadi sarana penularan dari hewan ke manusia terlebih saat pola konsumsi manusia tidak terkendali. Hingga kini ada lima jenis virus penyebab hepatitis yang terdeteksi menyerang manusia yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.
Virus hepatitis banyak ditemukan di beragam tingkatan taksonomi hewan vertebrata (hewan bertulang belakang), yaitu ikan, amfibi, reptil, burung, dan mamalia. Hal tersebut menggambarkan hubungan evolusi yang sangat panjang antara vertebrata dengan virus hepatitis.
Dalam skala waktu geologi terlihat bahwa vertebrata mulai berkembang di zaman Ordovisium yaitu 450 juta tahun yang lalu. Diversifikasi spesies yang terjadi saat itu telah mengandung virus dengan kemiripan dan hubungan genetik dengan virus hepatitis yang menyerang manusia saat ini.

Harvey Alter Ilmuwan Amerika Serikat, yang memperoleh Nobel Kedokteran 2020 karena kiprahnya dalam menemukan virus Hepatitis C.
Perjalanan lintas abad virus hepatitis menunjukkan banyaknya perubahan-perubahan secara genetik meskipun pada beberapa bagian masih memiliki kemiripan hubungan genetik. Apabila didetailkan hingga ke elemen penyusun virus hepatitis manusia, yaitu hepatovirus, orthohepadnavirus, hepacivirus, dan orthohepevirus, maka juga ditemukan di taksonomi artropoda (serangga) yang berevolusi sejak 500 juta tahun lalu.
Virus hepatitis manusia mungkin berusia jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Identifikasi genetik masih terus berlanjut, termasuk menjawab pertanyaan apakah virus hepatitis memang ditularkan hewan ke manusia. Sejumlah hipotesis mengarah pada perpindahan virus ke inang baru, termasuk keberadaan mamalia kecil yang telah lama menjadi sumber patogen yang menyerang manusia.
Lihat juga: Sakit Hati Ini Sudah Menjangkiti Indonesia Puluhan Tahun
Keberadaan virus penyebab hepatitis telah mengiringi berbagai jenis evolusi jutaan tahun di permukaan Bumi. Sejumlah spesies punah, namun virus ini masih bertahan di inangnya hingga mencapai zaman modern saat ini. Penelitian lanjutan masih dibutuhkan, mengingat banyak potongan-potongan sejarah virologi yang menjadi misteri.
Temuan-temuan baru dari riset tentang virus tentu akan memperjelas nenek moyang virus hepatitis yang menyerang manusia, termasuk mengetahui tingkat patogenesis virus hepatitis yang belum diketahui. Ragam temuan tersebut akan menjadi kunci untuk meminimalkan dampak penyakit hepatitis yang menyerang manusia termasuk munculnya hepatitis akut yang saat ini sedang terjadi.(LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Banyak “Pakar” Hepatitis Akut di Media Sosial

Komite Nobel duduk di depan layar yang menampilkan pemenang Nobel Kedokteran 2020 Harvey J Alter dari Amerika Serikat, Michael Houghton dari Inggris, dan Charles M Rice asal Amerika Serikat (kiri ke kanan), saat konferensi pers di Karolinska Institute, di Stockholm, Swedia (5/10/2020). Ketiganya berjasa atas penemuan virus Hepatitis C. Penemuan virus Hepatitis C telah mengungkap penyebab kasus hepatitis kronis dan memungkinkan pengembangan tes darah, obat-obatan baru, dan vaksin yang telah menyelamatkan jutaan nyawa.