Percakapan Mudik di Media Sosial, Lupa Pandemi, tetapi Ingat Politik
Perbincangan tentang mudik di media sosial memunculkan fenomena menarik. Pandemi Covid-19 seolah sudah dilupakan, sementara perdebatan politik justru mengemuka.
Oleh
Yohanes Mega Hendarto
·5 menit baca
Antusiasme masyarakat terhadap mudik yang akhirnya diperbolehkan pemerintah tahun ini tidak hanya terlihat dari banyaknya jumlah pemudik. Warganet pun antusias membicarakannya di media sosial, begitu juga media massa daring.
Berdasarkan pantauan Litbang Kompas melalui aplikasi Talkwalker selama sepekan (28 April-4 Mei 2022), terdapat lebih dari 594.000 perbincangan warganet dari berbagai platform media sosial dengan kata kunci ”mudik”. Perbincangan itu telah menghasilkan interaksi dari 2 juta pengguna media sosial dengan potensi keterjangkauan ke 58,4 juta akun pengguna media sosial.
Dari rekaman linimasa perbincangan warganet tentang mudik, terlihat ada enam kali puncak percakapan dalam sepekan. Puncak pertama terjadi 28 April 2022 pukul 21.00-22.00 WIB yang didorong akun pemengaruh (influencers) dan pemberitaan media daring. Di H-4 Lebaran itu, warganet banyak membicarakan soal kemacetan jalur mudik serta aturan ganjil genap dan satu arah (one way) di jalan tol.
Puncak kedua terjadi 29 April 2022 pukul 21.00-22.00 WIB. Kali ini perbincangan warganet justru didorong oleh nuansa politis seputar mudik. Ada dua nama gubernur yang paling banyak disorot, yakni Anies Baswedan terkait mudik gratis yang dilaksanakan Pemprov DKI Jakarta dan Ganjar Pranowo yang mendapat dukungan dari rombongan mudik Komunitas Warung Tegal.
Di H-2 Lebaran terjadi puncak ketiga pada 30 April 2022 pukul 17.00-18.00 WIB. Tingginya tingkat percakapan di antara warganet menjelang waktu berbuka puasa ini lebih humoris nuansanya. Warganet ramai mengomentari dan membagikan foto dan video terkait reporter Kompas TV yang bertemu dengan keluarganya yang sedang mudik.
Selanjutnya, di hari yang sama pukul 21.00-22.00 WIB, terjadi puncak keempat. Kali ini akun @DavidBenno di Twitter menjadi promotornya dengan unggahan video jenaka. Lainnya, akun Twitter @intanorii juga mendorong percakapan karena cuitannya yang berisi keluh kesah akibat tidak kesampaian mudik tahun ini.
Puncak kelima terjadi di H-1 Lebaran atau 1 Mei 2022 pukul 17.00-18.00 WIB. Di momen buka puasa terakhir tahun ini, tingginya perbincangan di media sosial didorong oleh konten media massa, misalnya, akun Youtube Kompas TV yang menyiarkan langsung pantauan mudik dan sidang isbat penetapan 1 Syawal 1443 H.
Puncak keenam terjadi malam hari pukul 21.00-22.00 WIB. Di malam takbiran ini, warganet banyak membagikan dan mengomentari unggahan video dari akun Tiktok dan Youtube Pikiran Rakyat. Video pertama tentang seorang warganet yang mudik dengan membawa koper ke rumah orangtuanya yang ternyata berada di depan rumahnya sendiri dan video kedua tentang seorang pria yang kehilangan pacarnya di pelabuhan saat mudik.
Alpa prokes
Mencermati tiap puncak percakapan di atas, dapat ditangkap fenomena mudik di media sosial yang dibicarakan oleh warganet. Unggahan konten yang dianggap jenaka dan informatif lebih banyak mendapat perhatian daripada persoalan macet yang selalu terjadi tiap mudik. Hanya saja, persoalan politik lagi-lagi tidak dapat benar-benar hilang.
Dari rekaman perbincangan warganet yang dianalisis dalam sepekan, terlihat ada beberapa tema besar yang membungkus percakapan seputar mudik. Tema-tema ini tidak hanya didorong oleh percakapan antarwarganet, tetapi juga dari pemberitaan media daring.
Pertama-tama, jelas terlihat euforia warganet untuk membicarakan mudik, mulai dari perbincangan seputar aturan ganjil genap dan sistem satu arah di ruas tol hingga persiapan menjelang mudik.
Kisah-kisah unik seputar mudik turut mewarnai kemeriahan perbincangan warganet. Konten berita dari oto.detik.com tentang satu keluarga yang mudik dengan angkot dari Depok, Jawa Barat, ke Lampung menjadi salah satu yang paling banyak mendapat interaksi warganet, terutama dari Facebook.
Ramainya perbincangan seputar serba-serbi mudik turut berimbas pada redupnya perhatian warganet terhadap pandemi Covid-19 yang nyatanya belum selesai. Dari 100 kata terpopuler yang digunakan warganet terkait mudik, tidak ada satu pun yang berkaitan dengan Covid-19 ataupun protokol kesehatan. Pembicaraan seputar vaksin penguat (booster) pun hanya ditemukan pada konten-konten pemberitaan media massa daring dan akun-akun resmi lembaga pemerintah.
Entah alpa atau strategi yang kurang tepat, kampanye pemerintah untuk mengingatkan masyarakat terhadap ketaatan menjalani protokol kesehatan selama mudik tampak kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya interaksi antarakun pengguna media sosial dengan konten kampanye prokes yang diunggah oleh akun-akun resmi lembaga pemerintah.
Tagar-tagar, seperti #PatuhiLalindanProkes, #ProkesMudikSehat, #PatuhiProkesLebaran, #MudikWajibProkes, dan #VaksinAmanMudikNyaman cenderung dilambungkan oleh akun-akun resmi milik pemerintah. Akun milik pemerintah yang paling aktif melambungkan tagar ini ialah akun Polres Sidoarjo dan Humas Polda Jawa Timur.
Konten-konten pemberitaan terkait Covid-19 dari media massa daring juga kalah menarik dengan kisah-kisah unik pemudik. Para akun pemengaruh (influencers) pun tampak tidak lagi menyajikan pesan untuk menaati prokes. Di media sosial, pandemi seolah telah berakhir dan Lebaran menjadi momen merayakan kemenangan atas pandemi selama dua tahun.
Politik
Di sisi lain, persoalan politis juga terselip dalam pembicaraan terkait mudik. Hal ini, antara lain, terlihat dari empat akun yang paling banyak disebut (mention) oleh warganet di Twitter.
Secara urutan terpopuler, keempat akun itu ialah milik Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Presiden RI Joko Widodo, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Akun milik Erick Thohir dan Joko Widodo banyak disebut terkait kebijakan mudik tahun ini, persiapan Pertamina dan ruas tol, hingga mudik gratis yang diselenggarakan oleh 26 BUMN. Sementara akun milik Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo banyak disebut terkait mudik gratis.
Sebenarnya, perbincangan politik semacam ini wajar terjadi di media sosial karena sifatnya yang inklusif dan demokratis. Namun, sebagian perbincangan itu justru mengarah pada perdebatan dan perseteruan yang membawa-bawa narasi terkait Pilpres 2024. Interaksi yang cenderung memanas ini sebenarnya justru membawa citra yang kurang baik bagi tokoh yang didukung.
Persoalan politik semestinya tidak mengganggu kemeriahan mudik dan Idul Fitri. Sebab, kerinduan warga untuk mudik Lebaran dan persiapan batin menyambut hari kemenangan menjadi tradisi indah yang selama ini lekat dengan kerukunan dan persatuan bangsa. (LITBANG KOMPAS)