Layanan dokter sekarang memang sudah mengalami perubahan, tetapi perubahan tersebut bukanlah karena dokter kurang menolong pasien, melainkan untuk kebaikan masyarakat bersama.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Saya penderita asma sejak kecil. Di dekat rumah, ada rumah dokter. Beliau tidak praktik di rumah, tetapi sering kami ketuk rumahnya. Jika serangan asma saya datang, ayah akan membawa saya ke rumah dokter tersebut. Dokter akan memeriksa dan memberi obat beberapa hari sambil menganjurkan agar saya kontrol teratur di rumah sakit dekat rumah. Itu kejadian 60 tahun yang lalu.
Sekarang saya sudah berumur 65 tahun. Suami berumur 71 tahun. Kami tinggal di kota besar. Jarang sekali sekarang dokter berpraktik di rumah. Kebanyakan dokter praktik di klinik atau rumah sakit. Meski rumah kami dekat rumah dokter, tak mudah minta pertolongan di rumah dokter. Kami akan dianjurkan berobat ke ruang gawat darurat terdekat karena fasilitasnya lebih lengkap.
Saya merasakan perubahan layanan dokter praktik jika dibanding semasa saya kecil dulu. Dulu dokter acapkali membekali pasien dengan obat. Sekarang dokter menulis resep yang harus dibeli di rumah sakit.
Jika surat keterangan dokter disalahgunakan dan menjadi bukti hukum, dokter dapat dipanggil oleh pengadilan untuk mempertanggungjawabkan surat keterangan yang dibuatnya.
Sewaktu saya hamil pertama, saya amat khawatir karena saya sebagai penderita asma akan menghadapi kesulitan dalam melahirkan. Selain itu, suami saya pada waktu itu juga merokok.
Saya bersusah payah mengajak suami saya ke dokter, menemani saya dengan harapan dokter akan memarahinya karena merokok di rumah, padahal istri sedang hamil. Memang benar, dokter memberi penjelasan tentang perokok pasif dan bahaya merokok dekat istri yang hamil, tetapi dokter tersebut tidak memarahi suami saya.
Di bayangan saya dokter adalah pribadi yang berwibawa dan saya berharap suami saya berhenti merokok jika dimarahi. Untunglah suami saya tak merokok di rumah setelah konsultasi tersebut, tetapi dia masih merokok sampai berumur 40 tahun.
Ketika anak saya mahasiswa mengurus surat izin mengemudi di kantor polisi, dia membolos kuliah. Menurut peraturan kampus, jika tak masuk kuliah, harus membawa surat sakit. Saya ajak anak saya tersebut ke dokter untuk memintakan surat sakit.
Di luar harapan saya, ternyata dokter tak mau menolong. Dokter mengatakan tak dapat membuat surat sakit karena anak saya tidak sakit. Saya sungguh kecewa. Apa susahnya membuat surat sakit satu hari untuk menolong anak saya?
Saya menyadari bahwa zaman sudah berubah. Saya masih mempunyai keyakinan dokter suka menolong, tetapi saya merasa dokter sekarang lebih memilih dalam menolong. Dokter tidak mudah begitu saja mengabulkan permohonan pasien meski pertolongan yang diminta adalah masalah yang sepele saja.
Apakah sikap dokter sekarang tersebut karena pendidikan kedokteran sekarang kurang menekankan kewajiban dokter menolong pasien? Mengapa dokter menjadi bersikap kaku dan kurang mau menolong pasiennya dari masalah yang dihadapi? Mohon penjelasan Dokter.
D di J
Terima kasih Anda beranggapan dokter suka menolong, bersedia menolong pasien, dan masyarakat memelihara kesehatan. Memang hubungan dokter pasien dulu dan sekarang sedikit banyak mengalami perubahan.
Dulu dokter dianggap orang yang serba tahu dan serba bisa. Jika ada persoalan, baik medis maupun nonmedis, pasien menceritakannya pada dokter. Dokter memberi nasihat dan jalan keluar. Pasien dan keluarga melaksanakannya.
Sekarang hubungan dokter dan pasien sudah lebih setara. Dokter karena latar belakang pendidikannya memang lebih memahami masalah kedokteran, tetapi dokter tidak lagi mencari jalan keluar sendiri, tetapi berunding dengan pasien dan keluarga untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Kesetaraan ini mengakibatkan dokter juga tidak lagi memerintah dan pasien melaksanakan, tetapi sekarang dokter memberi beberapa alternatif dan pasien serta keluarga memilih alternatif yang paling sesuai.
Dulu mungkin pasien tidak banyak diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya untuk menjalani prosedur diagnosis dan terapi. Sekarang dokter akan meminta persetujuan pasien untuk menjalani prosedur diagnosis dan terapi. Jadi, sekarang pasien dan keluarga lebih banyak diajak ikut memutuskan cara terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan mereka. Mungkin wajah dokter yang penuh wibawa yang dulu Anda alami sekarang berubah menjadi penasihat keluarga dalam memelihara kesehatan.
Masyarakat mungkin kurang menyadari bahwa untuk melaksanakan kewajiban sebagai dokter, dokter harus mengangkat sumpah. Pada prinsipnya sumpah tersebut berisi niat yang sungguh-sungguh untuk memelihara kehidupan manusia, untuk jujur dan memberikan layanan tanpa dipengaruhi oleh keadaan sosial, kekayaan, pangkat dan latar belakang agama, serta keyakinan pasien. Pasien yang memerlukan pertolongan akan dilayani dengan sebaik-baiknya.
Sekarang memang banyak dokter yang memilih berpraktik di klinik atau rumah sakit, tidak lagi berpraktik di rumah. Pertama karena rumah dokter umum pada umumnya kecil dan ruang praktik dokter harus memenuhi persyaratan yang cukup rumit. Berpraktik di klinik atau rumah sakit akan didukung oleh layanan laboratorium, apotek, fisioterapi, radiologi, dll. Dengan demikian akan nyaman bagi pasien yang memerlukan layanan dukungan tersebut.
Selain itu, Anda benar, peralatan dan obat di klinik dan rumah sakit akan lebih lengkap daripada di tempat praktik dokter. Bagi dokter yang sudah berkeluarga dan punya anak, pada era pandemi Covid-19 ini lebih aman menerima pasien di klinik atau rumah sakit untuk menghindari keluarganya terpapar virus Covid-19.
Surat keterangan dokter
Pekerjaan dokter diatur oleh hukum dan peraturan. Misalnya dokter yang akan berpraktik harus mempunyai surat izin praktik. Praktik harus dilakukan di layanan kesehatan kecuali dalam keadaan darurat. Dokter tidak diizinkan memberi obat, obat harus dibeli di apotik, kecuali obat untuk pertolongan sementara. Jika dokter berpraktik, padahal surat izin praktiknya sudah kedaluwarsa, dia akan terkena sanksi. Dokter juga harus melayani pasien dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan kemampuan ilmiah yang diperoleh pada waktu pendidikan atau pelatihan.
Sebagai dokter spesialis penyakit dalam, saya sering diminta keluarga untuk memeriksa anaknya yang baru berumur delapan tahun karena sering batuk. Saya harus menjelaskan, meski saya bagian dari keluarga, sebaiknya anak itu diperiksa oleh dokter anak atau dokter umum. Sebagai dokter spesialis penyakit dalam, saya sudah tak terlatih memeriksa pasien anak.
Surat keterangan dokter kelihatannya sederhana. Secarik kertas yang menyatakan pasien dalam keadaan sakit sehingga harus beristirahat di rumah. Namun, surat keterangan tersebut haruslah berdasarkan data yang benar. Dokter tidak boleh membuat keterangan yang tidak benar meski sebenarnya niatnya baik untuk menolong yang bersangkutan dari sanksi sekolah. Jika surat keterangan dokter disalahgunakan dan menjadi bukti hukum, dokter dapat dipanggil oleh pengadilan untuk mempertanggungjawabkan surat keterangan yang dibuatnya.
Nah, semoga Anda dapat memahami bahwa layanan dokter sekarang memang sudah mengalami perubahan, tetapi perubahan tersebut bukanlah karena dokter kurang menolong pasien, melainkan untuk kebaikan masyarakat bersama. Dokter juga terikat pada hukum dan peraturan yang harus ditaatinya. Semoga Anda dalam keadaan sehat dan menikmati hidup bersama anak dan cucu.