Mereka bukanlah orang yang bisa disuruh untuk melakukan semua pekerjaan dengan upah seadanya. Para pekerja itu mempunyai kebanggaan karena keterampilan yang dimilikinya. Mereka bukanlah jongos, babu, dan pembantu!
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Suatu saat saya mengamati orang-orang yang bekerja di sebuah restoran. Mereka ada yang menyambut tamu, menyajikan makanan, dan ada pula yang menyajikan minuman. Sebenarnya semua itu hal biasa. Akan tetapi, pada suatu kesempatan saya tertarik dengan mereka yang menyajikan minuman.
Orang yang kadang dianggap sepele itu ternyata harus memiliki keterampilan dalam menyajikan minuman. Ia juga harus tahu sejarah minuman. Ia harus mengetahui berbagai jenis minuman dan ”temannya” saat pesta.
Pandangan saya berubah total seusai melihat keterampilan dan pengetahuannya. Lama sekali kita berada dalam lingkungan dan pandangan yang menyepelekan berbagai pekerjaan yang seolah-olah biasa-biasa saja.
Ada pekerja yang merawat orangtua, pekerja yang membantu keselamatan penumpang pesawat, pekerja pengantaran barang, pekerja yang membantu urusan kita di rumah, dan lain-lain. Semua pekerjaan itu kadang dipandang sebelah mata. Tidak heran kadang masih ada yang menyebut mereka sebagai ”pembantu” sehingga memberi upah yang rendah.
Saatnya kita mengubah pandangan-pandangan seperti itu. Banyak pekerjaan yang dipandang sepele ternyata membutuhkan kemampuan yang tinggi. Jasa mereka pun di pelbagai negara dibayar mahal. Mereka juga memiliki tanggung jawab agar makanan yang disajikan menggugah selera, orangtua kita bisa ditangani secara benar, penumpang pesawat selamat selama perjalanan, dan barang yang kita kirim dikemas secara benar.
Mereka adalah para pekerja yang tak hanya memiliki keterampilan seadanya. Kita mungkin perlu meluaskan pemahaman tentang pendidikan vokasi hingga ke sejumlah pekerjaan itu.
Di samping itu perhatian pada pekerjaan yang bisa digolongkan sebagai pekerja kerah biru ini meningkat ketika pembatasan selama pandemi Covid-19 mulai dikurangi. Banyak pekerjaan yang berkembang dan butuh penanganan yang memadai.
Mereka adalah para pekerja yang tak hanya memiliki keterampilan seadanya. Kita mungkin perlu meluaskan pemahaman tentang pendidikan vokasi hingga ke sejumlah pekerjaan itu.
Di India, permintaan pekerja kerah biru telah melampaui tingkat prapandemi. Sebuah survei terhadap lebih dari 1.600 perusahaan mengungkapkan bahwa perusahaan India diperkirakan menciptakan 7 juta pekerjaan kerah biru pada akhir 2021. Permintaan pekerja kerah biru dalam berbagai peran telah meningkat 4 persen dari 2019 dan 37 persen dari tahun 2020.
Penulis bernama Shalini L di laman Betterplace mengatakan, permintaan pekerja kerah biru telah naik, tetapi perusahaan masih kesulitan mengakses pekerja terampil dan semiterampil dalam berbagai kategori. Apalagi tingkat kepergian karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain tinggi terjadi di berbagai sektor, seperti e-dagang, transportasi, dan logistik.
Situasi ini membuat banyak perusahaan berebut mendapatkan pekerja baru. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi perusahaan menyusun strategi baru untuk mempertahankan tenaga kerja yang ada dan menarik pelamar baru.
Di Indonesia ada usaha rintisan bernama Lumina, yaitu platform komunitas pekerja yang memberikan peluang ekonomi yang lebih baik bagi pekerja kerah biru. Mereka juga melihat perkembangan baru di mana permintaan tenaga ini mulai meningkat. Awal tahun ini, mereka mengumumkan mendapat dukungan pendanaan dari Y Combinator dan Alpha JWC Ventures.
Pendanaan ini membantu membuka potensi Lumina untuk membawa perubahan bagi tenaga kerja Indonesia. Perusahaan ventura itu melihat usaha rintisan di negara lain yang menghadirkan pasar tenaga kerja sejenis secara daring sehingga berani mendanai Lumina di Indonesia.
Lumina melihat pekerja kerah biru di Indonesia saat ini masih belum memiliki kesempatan yang layak. Mereka kekurangan akses ke sumber daya karier dan pengembangan yang dapat memberi mereka peluang ekonomi lebih baik. Lumina ingin memberi mereka platform yang efektif untuk pengembangan diri. Dengan memanfaatkan kekuatan komunitas yang eksklusif serta rekomendasi pekerjaan berbasis kecerdasan buatan, mereka ingin mendemokratisasikan perekrutan dan mengotomasi pencocokan kualitas antara pekerja kerah biru dan pemberi kerja.
Para pekerja kerah biru perlu meningkatkan keterampilan menghadapi perubahan ini. Akan tetapi, masyarakat sepertinya juga harus mengubah cara pandang.
Pada November-Desember tahun lalu, Lumina telah membantu lebih dari 100.000 pencari kerja dan mengisi lebih dari 20.000 lowongan pekerjaan bagi ribuan perusahaan termasuk di antaranya Shopee, Lemonilo, Sirclo, Kargo, dan Astro. Selain itu, platform Lumina juga memiliki respons pengguna yang baik dengan 1.000 pendaftaran pengguna baru dan 3.000 penambahan pekerjaan baru setiap harinya.
Lumina memiliki misi membantu 80-120 juta pekerja kerah biru di Indonesia untuk mengakses peluang kerja melalui platform rekrutmen ini. Mereka juga ingin memberi berbagai keuntungan bagi pekerja berbasis komunitas melalui platform yang mudah digunakan.
Para pekerja kerah biru perlu meningkatkan keterampilan menghadapi perubahan ini. Akan tetapi, masyarakat sepertinya juga harus mengubah cara pandang. Dari pandangan lama yang mungkin bias kolonial serta kelas priayi ke pandangan baru sebagai pekerja terampil yang makin dibutuhkan dan sangat berkontribusi pada perusahaan, keluarga, dan organisasi. Masyarakat perlu membuat mereka yakin dan bangga dengan pekerjaannya.
Masyarakat perlu mengembangkan hubungan yang bermakna dengan mereka, karena dunia bekerja terus berubah ke arah yang baik. Mereka bukanlah orang yang bisa disuruh untuk melakukan semua pekerjaan dengan upah seadanya. Para pekerja itu mempunyai kebanggaan karena keterampilan yang dimilikinya. Mereka bukanlah jongos, babu, dan pembantu!