Banyak perusahaan terus mengembangkan bisnis agar sesuai dengan kehendak zaman. Mereka mulai berinovasi dengan mendekatkan produk dan layanan mereka agar sesuai dengan konsumen generasi Z.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Perusahaan ritel Ikea di Amerika Serikat membuat langkah berani. Mereka membeli kembali produk-produk lama yang telah dibeli konsumen. Kemudian Ikea akan memberi ”kredit toko” kepada para penjual yang bisa digunakan untuk membeli kembali di Ikea. Sementara barang yang sudah dibeli akan dijual kembali melalui sebuah kurasi di bagian yang disebut ”seperti apa adanya”. Ekonomi sirkular yang dikreasi agar korporasi selaras dengan zaman.
Langkah ini dimulai 1 April lalu. Di beberapa toko Ikea, mereka memberi harga 30 persen untuk barang well used sampai 50 persen terhadap barang-barang lama yang masuk ke dalam gently used. Tidak semua barang bisa dibeli kembali. Ada beberapa jenis barang, seperti meja kecil, meja komputer, meja makan, tempat buku, dan kursi. Barang-barang bermerek dikeluarkan dari program ini. Program dari perusahaan yang berasal dari Swedia ini juga sudah dilakukan di Inggris dan Irlandia.
Banyak perusahaan terus mengembangkan bisnis agar sesuai dengan kehendak zaman. Mereka mulai berinovasi dengan mendekatkan produk dan layanan mereka agar sesuai dengan konsumen generasi Z. Ada pula yang mengembangkan layanan dan produk melalui teknologi dunia meta, dan mengadopsi isu perubahan iklim melalui ekonomi sirkular seperti yang dilakukan oleh Ikea ini.
Perubahan zaman dan kehendak zaman menjadi isu lama yang menjadi perbincangan di kalangan pebisnis. Sejumlah korporasi kebingungan melihat perubahan itu dan gagap membuat antisipasi. Beberapa lainnya melakukan inovasi, tetapi juga belum menemukan jalan keluar. Akan tetapi, tidak sedikit sejumlah perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan merangkul kehendak zaman.
Sebelum pandemi Covid-19, isu adaptasi terhadap perubahan bisnis sudah sering muncul. Kini, karena pandemi, isu adaptasi makin kencang. Apalagi ketika pandemi belum selesai dan kemudian muncul krisis akibat invasi Rusia ke Ukraina, maka dunia bisnis harus melakukan adaptasi. Mereka tidak bisa menghindar. Berbagai cara harus dilakukan agar bisnis bisa terus berjalan sekalipun masalah satu per satu bertambah.
Sebuah artikel berjudul ”Adapt Your Business to New Reality” menyebutkan, perusahaan yang menang ketika terjadi perubahan dan kemudian menjadi lebih kuat harus mengembangkan pemahaman sistematis tentang perubahan kebiasaan. Bagi banyak perusahaan, hal itu akan membutuhkan proses untuk mendeteksi dan menilai terjadinya perubahan sebelum menjadi jelas bagi banyak orang. Langkah pertama adalah memetakan potensi konsekuensi dari adopsi sebuah tren untuk mengidentifikasi produk atau peluang bisnis tertentu yang kemungkinan besar akan tumbuh atau menyusut.
Sebagai contoh adaptasi saat pandemi akan mempertimbangkan bagaimana pandemi membuat orang lebih banyak tinggal di rumah. Implikasinya termasuk peningkatan kegiatan renovasi kantor rumah dan mendorong permintaan yang lebih besar untuk sejumlah produk. Ketika kita peka terhadap perubahan, membuat diri kita juga peka terhadap perubahan kebiasaan dan efeknya peluang bisnis akan mengalir. Sementara kita akan gagal ketika kita tidak menemukan sinyal yang lemah dan kehilangan peluang untuk membentuk pasar.
Kembali ke Ikea, mereka pasti melihat tren perubahan perilaku konsumen yang mengadopsi perubahan iklim bukan merupakan ancaman bagi mereka. Oleh karena itu, menerima kembali produk lama bukan merupakan beban, meliankan merupakan peluang bisnis. Mereka memulai proses dari mendapatkan ide, mendiskusikan ide, menghitung nilai bisnisnya, dan mengeksekusinya. Mereka tentu merasa belum tentu berhasil, tetapi mereka bulat memutuskan untuk menawarkan progam tersebut kepada masyarakat.
Secara khusus berkaitan dengan kehendak untuk berbisnis secara lestari, sebuah artikel di laman Harvard Business Review menyebutkan, dulu langlah ini dianggap sebagai tujuan yang berlawanan dengan kesuksesan finansial perusahaan. Beberapa skeptis terhadap klaim bahwa bisnis dapat berjalan dengan baik ketika mengadopsi isu perubahan iklim. Akan tetapi, sekarang telah berubah bahwa keduanya tidak lagi berlawanan.
Ada beberapa inovasi bisnis yang mengadopasi prinsip berkelanjutan dan bisa memberi kesuksesan finansial dan kesuksesan lainnya. Berapa praktik bisnis berkelanjutan dapat membuahkan hasil secara finansial dan bahkan bisa digunakan sebagai salah satu bukti keunggulan bisnisnya saat para pebisnis mengajukan tawaran bisnis atau kerja sama baru kepada pemangku kepentingan. Sejumlah keuntungan bisa didapat dari komitmen yang menunjukkan kemauan untuk mengadopsi perubahan zaman.
Pilihan untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan akan mendorong inovasi di internal perusahaan, mengurangi sejumlah risiko usaha, menarik minat karyawan baru, mempertahankan karyawan lama, menambah penjangkauan konsumen, meningkatkan kesetiaan terhadap merek kita, dan menurunkan biaya produksi. Keuntungan lainnya, perusahaan menambang publikasi yang positif, membuat merek makin percaya diri di tengah kompetisi, dan selalu unggul di dalam tren.
Kehendak zaman sepertinya tidak bisa diingkari oleh korporasi. Mereka harus jeli melihat kehendak zaman itu dan kemudian membuat inovasi. Mereka yang berlagak masih bisa bertahan dengan mengabaikan berbagai sinyal perubahan suatu saat hanya bisa gigit jari. Saat waktu telah berlalu dan kehendak zaman sudah berbeda lagi, mereka benar-benar kalah.