Kota Jenin dikenal sebagai simbol persatuan gerakan perlawanan Palestina. Di kota itu, semua gerakan Palestina dari Fatah, Hamas, dan faksi lain bersatu di bawah bendera Palestina tanpa menonjolkan faksi masing-masing.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Kota Jenin dan kamp pengungsinya pekan ini kembali viral menyusul pertempuran empat hari mulai Sabtu hingga Selasa (9-12/4/2022) antara pasukan pendudukan Israel dan gerilyawan Palestina di kamp Jenin dan sekitarnya. Israel melancarkan operasi militer besar-besaran ke kamp pengungsi Jenin. Diduga kuat, pelaku serangan di kota Bnei Brak, dekat kota Tel Aviv, pada 29 Maret lalu, dan di kota Tel Aviv pada 7 April berasal dari kamp pengungsi Jenin.
Serangan di kota Bnei Brak menewaskan lima warga Israel. Adapun serangan di Tel Aviv membawa korban tiga warga Israel tewas dan delapan orang luka-luka. Serangan di Tel Aviv dilakukan pemuda, Raad Hazem (28), yang berasal dari kamp Jenin. Adapun pelaku serangan di kota Bnei Brak adalah pemuda Palestina, Diaa Hamarsheh (27), berasal dari Desa Yabad, lokasi kamp pengungsi Jenin.
Sebelum serangan di kota Bnei Brak dan Tel Aviv, telah terjadi dua kali serangan, yaitu serangan di kota Beersheba, Israel selatan, pada 22 Maret. Empat warga Israel tewas dalam serangan tersebut. Kemudian disusul serangan di kota Hadera, Israel tengah, pada 27 Maret, yang menewaskan dua polisi Israel.
Dalam dua pekan saja, Israel telah kehilangan 14 orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka. Adapun korban dari pihak Palestina, menurut laporan televisi Al Jazeera, sebanyak 36 tewas sejak Januari 2022 hingga pertengahan April 2022.
Pascaserangan beruntun Palestina dalam dua pekan terakhir ini, Israel menganggap kota Jenin dan kamp pengungsinya sebagai penyebab serangan mematikan di kawasan strategis negara Israel, yaitu Tel Aviv dan Bnei Brak. Israel mengepung kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin sejak hari Sabtu (9/4/2022) dan mengucilkannya dari wilayah Tepi Barat lainnya untuk mengejar dan menangkap aktivis Palestina yang dicurigai bekerja sama dengan pelaku serangan.
Israel mengklaim telah berhasil menangkap 25 aktivis Palestina di kamp pengungsi Jenin. Namun, Israel tidak mudah menghadapi kota Jenin dan kamp pengungsinya. Gerilyawan Palestina di kamp pengungsi Palestina melakukan perlawanan yang berlangsung hingga lima hari. Para aktivis Palestina di kamp pengungsi Jenin melalui pengeras suara menyerukan langkah siaga penuh dan mobilisasi umum untuk menghadapi agresi Israel.
Eskalasi konflik Palestina-Israel dalam dua pekan terakhir ini terjadi pada saat masyarakat internasional disibukkan dengan isu perang Rusia-Ukraina sehingga eskalasi di Israel dan Palestina kurang mendapat perhatian semes tinya.Kementerian Luar Negeri Palestina mengritik masyarakat internasional yang tidak mengecam keras operasi militer Israel di kota Jenin dan kota-kota lain di Tepi Barat.
Kota perlawanan
Kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin terletak di Tepi Barat bagian utara. Kota itu hanya berpenduduk sekitar 40.000 jiwa yang terdiri dari mayoritas Muslim dan minoritas Kristen. Adapun kamp pengungsi Jenin yang dihuni sekitar 10.000 pengungsi terletak di pinggiran kota Jenin.
Kamp pengungsi Jenin dibangun pada awal tahun 1950-an untuk menampung warga Palestina yang terusir dari kota-kota Palestina di tepi Laut Tengah yang jatuh ke tangan Israel pada perang Arab-Israel tahun 1948. Kota-kota tersebut, seperti kota Haifa, Jaffa, Hadera, dan Acre.
Pada perang tahun 1948, gerakan perlawanan Palestina yang dibantu pasukan Irak saat itu berhasil memukul mundur pasukan Israel sehingga kota Jenin dan wilayah Tepi Barat bagian utara tidak jatuh ke tangan Israel. Namun, pada perang Arab-Israel tahun 1967, kota Jenin dan seluruh Tepi Barat jatuh ke tangan Israel.
Kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin sejak tahun 1970-an sampai saat ini dikenal sebagai neraka bagi Israel. Pasalnya, kota Jenin dan kamp pengungsinya sejak itu menjadi basis perlawanan utama Palestina terhadap pasukan pendudukan Israel. Pertempuran terbesar antara gerilyawan Palestina di kamp pengungsi Jenin dan pasukan pendudukan Israel terjadi pada April 2002 yang berlangsung selama 10 hari.
Saat itu Israel menggempur kamp pengungsi Jenin dengan pesawat tempur F-16 dan helikopter Apache untuk menaklukkan para pejuang Palestina bersenjata yang mencoba terus melakukan perlawanan sehingga titik darah terakhir. Meski dengan persenjataan yang tidak seimbang, perang di kamp Jenin saat itu disebut perang terbesar antara Palestina dan Israel sejak perang Israel-PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) di Beirut, Lebanon, pada 1982.
Pada perang Jenin kala itu, Israel kehilangan 23 pasukan tewas dan pejuang Palestina kehilangan 52 tewas, selain ratusan orang luka-luka dari kedua pihak Israel dan Palestina. Pemimpin Palestina Yasser Arafat, ketika mengunjungi kamp pengungsi Jenin pascapertempuran selama 10 hari tersebut, menyebutnya sebagai Jeninrad.
Sebutan ”Jeninrad” untuk diserupakan dengan perlawanan sengit kota Liningrad, Rusia, yang dikepung pasukan Nazi Jerman selama lebih dari dua tahun, mulai September 1941 sampai Januari 1944. pada Perang Dunia II.
Mengapa sulit ditaklukkan?
Menurut guru besar ilmu politik dan hubungan internasional pada Universitas Hebron, Jalal Shubky, kota Jenin memiliki keunggulan dalam sejarah perlawanan melawan penjajahan. Pertama, kota Jenin mewarisi sejarah perlawanan Palestina sejak tahun 1930-an, melawan kolonial Inggris hingga era pendudukan Israel saat ini. Maka, perlawanan sudah menjadi identitas penduduk kota Jenin.
Kedua, kota Janin menjadi tempat lahirnya Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer faksi Hamas. Ketiga, Jenin dikenal sebagai simbol persatuan gerakan perlawanan Palestina. Di kota Jenin, semua gerakan perlawanan Palestina dari Fatah, Hamas, dan faksi-faksi lainnya bersatu di bawah bendera Palestina tanpa menonjolkan faksinya masing-masing.
Karena itu, kota Jenin menjadi sasaran operasi militer Israel terbanyak dibandingkan dengan kota-kota lain di Tepi Barat. Korban terbesar Israel, baik tewas maupun luka-luka terjadi dalam operasi militer di Jenin.
Keempat, sentimen nasionalisme Palestina sangat kuat di kota Jenin. Di kota Jenin tertanam nasionalisme Palestina yang mereduksi identitas kelompok, ideologi politik atau agama. Di kota Jenin, warga Palestina dari kalangan Muslim dan Kristen bersatu di bawah bendera nasionalisme Palestina untuk melawan pendudukan Israel.
Kelima, kota Jenin selalu melahirkan generasi muda perlawanan yang tangguh terhadap Israel. Hal itu karena generasi muda kota Jenin merasa memiliki kewajiban moral untuk mewarisi semangat perjuangan dan perlawanan para seniornya yang telah gugur dalam perjuangan melawan Israel.
Para pejuang senior di kota Jenin yang masih hidup selalu memompa semangat kepada para yuniornya untuk mengikuti jejak para senior mereka yang telah gugur dalam perlawanan terhadap Israel.