Ada mitos bahwa saham emiten yang baru masuk bursa akan langsung terbang tinggi. Padahal ada juga yang malah turun di bawah harga perdananya. Apa saja untung rugi beli saham IPO?
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Deretan calon emiten yang akan masuk ke bursa saham sudah panjang. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia, hingga pekan kedua Maret 2021 sudah ada 11 emiten baru di bursa. Masih ada 23 perusahaan lagi yang sudah antre untuk melepaskan sahamnya kepada publik.
Ada mitos bahwa saham emiten yang baru masuk bursa akan langsung terbang tinggi. Ini membuat saham-saham initial public offering (IPO) menjadi incaran para investor.
Dari 11 saham baru di bursa, ada sebagian kecil yang turun di bawah harga perdananya. Bahkan, penurunan ini terjadi pada saat debutnya masuk bursa.
Saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, misalnya, terus bersinar sejak pertama masuk bursa. Adaro Minerals mencatatkan saham perdana pada 3 Januari 2022 dan hingga (16/3/2022) lalu naik 1.595 persen menjadi Rp 1.695 per saham.
Selain itu, harga saham PT Net Visi Media Tbk juga sudah naik 74,49 persen dari harga awalnya. Saham PT Semacom Integrated Tbk naik 38,89 persen sejak tercatat pada 10 Januari lalu.
Dua emiten yang belakangan masuk bursa, PT Nanotech Indonesia Global Tbk dan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk yang baru saja tercatat juga masih naik.
Sebaliknya, saham PT Mitra Sejahtera Tbk, PT Nusatama Berkah Tbk, PT Adhi Commuter Properti Tbk, PT Champ Resto Indonesia Tbk, dan PT Sumber Mas Konstruksi Tbk masih lebih rendah dari harga perdananya. Bahkan, saham-saham IPO 2021 ada yang langsung menyentuh auto reject bawah ketika memulai hari perdagangannya.
Para investor pemula perlu menyeleksi saham IPO mana yang akan dibeli. Beberapa parameter yang dapat digunakan, antara lain, kinerja keuangan emiten tersebut. Rasio yang dapat digunakan, misalnya, berapa price to earning ratio (PER) untuk melihat valuasi saham berdasarkan besaran laba dan price to book value (PBV) untuk melihat nilai ekuitasnya.
Jangan lupa juga untuk membaca prospektus yang disediakan calon emiten tersebut. Memang, prospektus bisa terdiri dari ratusan halaman. Biasanya, sekuritas-sekuritas yang menjadi penjamin emisi juga menyediakan paparan yang lebih singkat dan lebih mudah dipahami. Bagian paling penting yang perlu diperhatikan adalah laporan keuangan, walaupun biasanya data yang disajikan hanya 2-3 tahun terakhir.
Kalau sempat, ikuti pula acara paparan publiknya. Saat ini paparan publik dilakukan secara daring sehingga dapat diikuti para calon investor dari mana saja.
Penting untuk mencermati tujuan pelepasan saham tersebut kepada publik. Ada emiten yang melepas sahamnya ke publik untuk ekspansi usaha atau ada pula yang hendak membayar utang. Investor tinggal memilih saja.
Hal lain yang perlu diperhatikan, jumlah saham yang dilepas kepada publik. Semakin sedikit, semakin besar kemungkinan harganya naik karena ketersediaan saham lebih kecil ketimbang minat investor. Pilih juga emiten yang memiliki model bisnis berkelanjutan.
Ada beberapa keuntungan dan kelemahan ketika investor membeli saham IPO. Salah satu keuntungannya adalah mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham. Ada banyak investor yang hanya berniat memegang saham IPO dalam satu atau dua hari saja. Karena setelah harganya melambung, investor dapat memperoleh keuntungan dalam waktu singkat.
Salah satu kekurangan membeli saham IPO adalah jika saham IPO sangat diminati membuat para calon investor hanya mendapat sedikit jatah saham perdana. Ini membuat persaingan untuk mendapatkan saham IPO cukup ketat.
Akibatnya, dana yang disediakan pun harus direlakan mengendap beberapa hari sebelum dikembalikan karena jatah saham yang didapatkan investor lebih sedikit dari saham yang dipesan.
Untuk itu, perlu jeli memilih saham IPO.
Kelemahan lain dalam membeli saham IPO adalah terkadang emiten yang masuk bursa belum memiliki rekam jejak bisnis yang panjang, karena usia bisnisnya masih di bawah 10 tahun.
Misalnya, sebuah perusahaan properti baru yang akan melepas sahamnya ke publik dengan rencana dana perolehan menjual saham akan digunakan untuk membangun resor. Akan tetapi, ternyata pasar properti belum pulih dari dampak pandemi. Akibatnya, harga sahamnya terus turun hingga mencapai Rp 50 per saham.