Film Pendek Indonesia tentang Preeklamsia Terima Penghargaan WHO
Film pendek tentang preeklamsia, ”Pre-eclampsia: Predict Earlier, Prevent Earlier”, menyabet penghargaan di ajang Health for All Film Festival (HAFF) pada 2022 yang diadakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Film pendek Indonesia berjudul Pre-eclampsia: Predict Earlier, Prevent Earlier meraih penghargaan di Health for All Film Festival atau HAFF tahun 2022. Festival film ini diadakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk promosi dan edukasi kesehatan.
Adapun film Pre-eclampsia: Predict Earlier, Prevent Earlier diberi anugerah Grand Prix di kategori Universal Health Coverage atau Cakupan Kesehatan Universal. Ini merupakan satu dari tiga kategori utama di HAFF. Dua kategori lain meliputi Health Emergencies (Kesehatan Darurat) serta Better Health and Well-Being (Kesehatan dan Kesejahteraan yang Lebih Baik). Ada 70 film terpilih di ajang HAFF 2022.
Pre-eclampsia: Predict Earlier, Prevent Earlier merupakan film pendek berdurasi delapan menit yang diproduksi organisasi nirlaba Indonesian Prenatal Institute. Film ini bercerita tentang pasangan suami dan istri yang kehilangan anaknya di usia kehamilan 28 minggu akibat preeklamsia. Beberapa waktu berlalu, pasangan tersebut kembali dikaruniai anak setelah rutin berkonsultasi dengan dokter dan memeriksakan kehamilan.
Menurut dokter spesialis kandungan di Kosambi Maternal and Children Center (KMNC), Jakarta, Adly Nanda Al Fattah, bercerita merupakan cara efektif untuk menyebarkan informasi. Melalui film, audiens diharapkan terdorong memeriksakan kehamilan sejak dini sehingga preeklamsia bisa dicegah.
”Ada sekitar lima juta kelahiran per hari di Indonesia. Tidak semuanya berakhir dengan bahagia. Ada lebih dari 50.000 perempuan menderita preeklamsia setiap tahun,” kata Adly saat pengumuman pemenang HAFF secara daring, Jumat (13/5/2022) malam waktu Indonesia.
Preeklamsia adalah gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu, yakni 140/90 mmHg atau lebih. Ini dialami ibu dengan usia kehamilan di atas 20 minggu. Preeklamsia juga ditandai dengan kadar protein yang tinggi pada urine. Beberapa orang menyebut preeklamsia dengan sebutan ”keracunan kehamilan”.
Beberapa gejala preeklamsia antara lain nyeri perut, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Akan tetapi, preeklamsia juga kerap terjadi tanpa gejala. Preeklamsia juga disertai dengan perubahan fungsi organ ibu, kemudian berdampak terhadap pertumbuhan janin.
Preeklamsia juga dapat menyebabkan kematian ibu dan anak. Berdasarkan data International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy dan Preeclampsia Foundation, preeklamsia mengakibatkan 76.000 kematian ibu dan 500.000 bayi per tahun.
Menurut aktris Amerika Serikat sekaligus anggota dewan juri HAFF, Sharon Stone, film Pre-eclampsia: Predict Earlier, Prevent Earlier bagus dan informatif. Audiens dapat memahami apa itu preeklamsia, dampaknya, dan cara mencegah kondisi tersebut.
”Ada pula inklusivitas dari seorang ayah (pada cerita). Menurut saya, itu sangat penting karena umumnya kita melihat kehamilan dari sisi ibu,” kata Stone.
”Penting untuk mengingat bahwa kehamilan melibatkan dua orang. Kita juga bisa melihat konsekuensi (preeklamsia) dan bagaimana hasilnya jika ditangani dengan tepat,” tambahnya.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, film-film terpilih pada HAFF tahun ini mengandung pesan penting tentang kesehatan masyarakat. Film juga menampilkan beragamnya tantangan kesehatan yang dihadapi orang-orang di seluruh dunia.
”Sejak HAFF diadakan pada 2020, kami menerima lebih dari 3.500 film,” katanya. HAFF menunjukkan bahwa film pendek bisa membuat perubahan besar untuk meningkatkan kesadaran (publik) tentang masalah kesehatan yang penting, serta merangsang aksi untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan.