Waspada Hepatitis Akut, RS Hasan Sadikin Bandung Siapkan Ruang Isolasi
Pemprov Jawa Barat mengklaim belum menemukan kasus hepatitis akut di daerahnya. Namun, antisipasi, seperti persiapan laboratorium, ruang perawatan, hingga tim ahli telah dilakukan untuk hadapi potensi sebaran penyakit.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Meskipun belum menerima pasien hepatitis akut, kewaspadaan di tingkat fasilitas kesehatan di Jawa Barat mulai ditingkatkan. Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung berencana menyiapkan ruangan isolasi khusus untuk menghadapi penyakit menular tersebut.
Pelaksana Harian (Plh) Direktur Utama RSHS Bandung Yana Akhmad Supriatna menyatakan, hingga Senin (9/5/2022), RSHS belum menerima pasien hepatitis akut. Meski demikian, pihaknya telah menyiapkan strategi penanganan suspek hepatitis akut melalui ruangan isolasi.
”Hingga saat ini kami masih belum merawat pasien hepatitis akut. Tetapi, kami telah menyiapkan ruangan isolasi untuk perawatan pasien yang berpotensi. Semua akan disediakan sesuai kebutuhan,” ujarnya di RSHS Bandung.
Yana memaparkan, ruangan isolasi ini dibutuhkan karena hepatitis akut merupakan penyakit menular yang belum diketahui penyebabnya. Perawatan isolasi ini terbagi dari ruangan biasa, semiintensif, dan intensif.
Ruang isolasi biasa, lanjut Yana, menggunakan Ruangan Kenanga untuk kasus ringan. Perawatan untuk kasus semiintensif akan menggunakan Ruang Asnawati. Untuk perawatan intensif, pasien akan diisolasi di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) atau ruang intensif anak.
”Kami menggunakan istilah isolasi, pasien tidak bercampur dengan yang lainnya karena ini penyakit menular. Ruangan ini digunakan karena pasiennya berasal dari umur 0-16 tahun yang dikelompokkan sebagai pasien anak,” paparnya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan, persiapan ruangan di RSHS tersebut sebagai antisipasi perawatan suspek hepatitis akut. Di samping itu, pihaknya juga menyiapkan sejumlah tim ahli dari kesehatan untuk mempersiapkan skenario dalam menghadapi hepatitis akut tersebut.
”Ruangan sudah disiapkan, jaga-jaga kalau ada di Jabar. Tim ahli juga sudah dibentuk bersama RSHS. Laboratorium disiapkan untuk mengecek suspek apakah hepatitis akut dan lain sebagainya,” ujar Kamil.
Kepala Dinas Kesehatan Jabar R Nina Susana Dewi menambahkan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan rumah sakit di seluruh daerah dalam penanganan sampel. ”Untuk hepatitis A, B, C, beberapa kabupaten dan kota di Jabar sudah bisa memeriksa, seperti halnya RS Hasan Sadikin. Nah, kalau (hepatitis) D dan E, kalau belum bisa, mungkin harus ke Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah),” ujarnya.
Kewaspadaan ini, lanjut Nina, perlu dilakukan meski pasien kasus hepatitis akut ini belum ditemukan di Jabar. Apalagi, penyakit ini belum diketahui penyebabnya dan harus dilakukan serangkaian pemeriksaan yang panjang. ”Penyakit ini harus segera diwaspadai karena memiliki tingkatan sedang, berat, dan ringan. Kalau berat, 90 persen (kemungkinan) meninggal,” ujarnya.
Nina pun mengingatkan masyarakat untuk segera melapor ke petugas jika menemukan potensi hepatitis akut. Gejala-gejalanya mirip dengan hepatitis yang lain, seperti diare, muntah, hingga demam kuning. “Karena itu, kita semua perlu waspada. Jika ada laporan gejala tersebut, kami akan langsung periksa di laboratorium,” ujarnya.