Investigasi Dugaan Kasus Hepatitis Akut Berat Masih Terus Dilakukan
Laporan kasus dengan dugaan penyakit hepatitis akut misterius yang ditemukan di Indonesia terus bertambah. Penyelidikan epidemiologi serta pemeriksaan lebih lanjut masih dilakukan untuk memastikan hal tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT
Tim dokter dari Pusat Kesehatan Masyarakat Tapos memeriksa kesehatan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Depok, Jawa Barat, beberapa wkatu lalu. Pemeriksaan dilakukan seiring dengan merebaknya virus hepatitis A di sekolah tersebut. Kementerian Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis virus di Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Investigasi kontak telah dilakukan pada tiga kasus meninggal yang diduga tertular hepatitis akut misterius. Sejumlah daerah juga telah melaporkan adanya peningkatan kasus anak yang mengalami gejala penyakit tersebut. Meski begitu, pemeriksaan lanjutan masih perlu dilakukan untuk memastikan adanya penularan penyakit hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui di Indonesia.
”Ketiga kasus meninggal yang ditemukan ini belum bisa kita golongkan sebagai hepatitis akut dengan gejala berat, tetapi baru masuk pada kriteria yang kita sebut sebagai pending klasifikasi. Itu karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Kamis (5/5/2022).
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan pada Minggu (1/5/2022) melaporkan adanya tiga kasus meninggal dengan dugaan hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui. Ketiga kasus itu meninggal dalam kurun waktu berbeda selama dua minggu terakhir hingga 31 April 2022. Sebelum dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo, ketiganya dirawat di rumah sakit di Jakarta Barat dan Jakarta Timur.
Nadia menuturkan, tiga kasus meninggal dengan dugaan hepatitis akut misterius berusia 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun. Pada anak usia 2 tahun belum mendapatkan vaksinasi Covid-19, anak usia 8 tahun sudah mendapatkan dosis pertama vaksin Covid-19, dan anak usia 11 tahun sudah mendapatkan dosis lengkap. Ketiga kasus tersebut diketahui tidak tertular Covid-19.
Proses investigasi masih dilakukan pada tiga kasus tersebut. Itu terutama untuk menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terkait dengan pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan hepatitis A, B, C, D, dan E. Semua pemeriksaan ini diperkirakan baru selesai pada 10-14 hari ke depan.
Sementara itu, Nadia menambahkan, hasil penyelidikan epidemiologi pada tiga kasus tersebut menunjukkan tidak ditemukan riwayat keluarga lain yang menderita penyakit hepatitis ataupun penyakit kuning. Setelah penularan terjadi pun tidak ada keluarga yang menunjukkan gejala serupa.
”Kementerian Kesehatan terus melanjutkan penyelidikan terkait dengan penularan kasus hepatitis akut berat ini. Memang, ada penambahan jumlah kasus sindrom kuning yang dilaporkan di daerah, tetapi itu belum kasus konfirmasi karena harus ada pemeriksaan lanjutan dengan genome sequencing,” ujarnya.
Penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini mulai menjadi perhatian sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan terkait penyakit tersebut pada 15 April 2022. Kasus penularan pertama kali dilaporkan pada 5 April 2022 di Inggris.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Para petugas dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas Cinere melakukan pengecekan dan investigasi lapangan terkait laporan penyakit hepatitis A yang menyerang warga di RT 001 dan RT 002 RW 001, Cinere, Depok, Jawa Barat, Rabu (28/8/2019). Sebanyak 12 warga setempat diduga terjangkit penyakit hepatitis A dalam sepekan. Petugas mengambil sampel darah pasien yang rawat jalan dan warga yang terindikasi penyakit hepatitis A. Sampel darah tersebut akan dikirim ke Kementerian Kesehatan untuk diuji.
Saat ini, setidaknya sudah ada 200 kasus yang dilaporkan di 20 negara, antara lain Inggris, Irlandia, Amerika Serikat, Spanyol, Belanda, Italia, Perancis, dan Belgia. Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, semua kasus tidak terkait dengan virus hepatitis A, B, C, D, ataupun E. Kasus ini ditemukan pada anak usia di bawah 16 tahun.
Orangtua perlu segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat apabila menemukan ada gejala hepatitis. Penyakit ini bermula dengan gejala gastrointestinal, seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan demam ringan.
Peneliti utama terkait kasus hepatitis akut, Hanifah Oswari, yang juga Guru Besar bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menuturkan, tiga kasus anak dengan dugaan hepatitis akut misterius ini ditemukan sudah dengan kondisi berat ketika tiba di rumah sakit. Karena itu, risiko perburukan hingga kematian menjadi amat tinggi.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat, terutama orangtua, untuk segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat apabila menemukan ada gejala hepatitis. Penyakit ini bermula dengan gejala gastrointestinal, seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan demam ringan.
Gejala tersebut dapat berlanjut dengan buang air kecil yang bewarna pekat seperti teh, buang air besar yang berwarna pucat, serta muncul sindrom penyakit kuning dengan kulit dan mata yang berwarna kuning. Pada pemeriksaan laboratorium pemeriksaan enzim hati dengan memeriksa kadar SGOT/SGPT ditemukan kadar enzim meningkat lebih dari 500 international units per liter (IU/L).
Jika tidak segera ditangani, gejalanya bisa berlanjut hingga gangguan pembekuan darah dan penurunan kesadaran. Kondisi ini perlu diwaspadai karena dapat berakibat fatal hingga kematian jika pasien tidak segera mendapatkan transplantasi hati.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Para petugas dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas Cinere melakukan pengecekan dan investigasi lapangan terkait dengan laporan penyakit hepatitis A yang menyerang warga di RT 001 dan RT 0012 RW 0011, Cinere, Depok, Jawa Barat, Rabu (28/8/2019). Sebanyak 12 warga setempat diduga terjangkit penyakit hepatitis A dalam sepekan. Petugas mengambil sampel darah pasien yang rawat jalan dan warga yang terindikasi penyakit hepatitis A. Sampel darah tersebut akan dikirim ke Kementerian Kesehatan untuk diuji.
”Segera bawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat jika mendapatkan anak dengan gejala awal. Ini penting untuk memberi ruang bagi dokter bisa menolong pasien. Jangan tunggu sampai muncul gejala kuning, bahkan sudah dalam kondisi penurunan kesadaran,” ujar Hanifah.
Pencegahan
Hanifah mengatakan, berbagai penelitian masih dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari penyakit hepatitis akut yang menyerang beberapa anak di sejumlah negara ini. Dari pengujian yang sudah dilakukan di Inggris menunjukkan, adanya sejumlah virus yang ditemukan dari kasus yang dilaporkan, antara lain, terdeteksi adanya adenovirus, Sars-CoV-2, Epstein-Barr (EBV), dan Cytomegalovirus (CMV). Sebagian besar dari virus tersebut menular melalui saluran cerna dan saluran nafas.
Oleh sebab itu, upaya pencegahan bisa dilakukan dengan membatasi paparan virus dari saluran tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi diolah sampai matang, tidak menggunakan alat makan bersama orang lain, menjaga jarak, memakai masker, serta menghindari kontak pada orang yang sakit.
”Sampai saat ini belum ada bukti bahwa hepatitis akut ini berhubungan dengan Covid-19, apalagi vaksin Covid-19. Masyarakat diharapkan tidak panik, tetapi tetap waspada dan segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat jika anak sakit, terutama dengan gejala gangguan saluran cerna,” ucap Hanifah.