Jangan Abaikan Risiko Kesehatan Lansia Saat Silaturahmi Lebaran
Dalam momen bahagia merayakan Idul Fitri, masyarakat diingatkan tidak mengabaikan risiko kesehatan terhadap lansia dari penularan Covid-19 dan penyakit lainnya. Lansia dengan komorbid perlu proteksi kesehatan ketat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga antusias menyambut mudik Lebaran 2022. Berdasarkan survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, 85,5 juta orang diperkirakan akan mudik. Jumlah itu meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan pemudik pada 2019 dengan 33,4 juta orang. Dalam momen bahagia merayakan Idul Fitri, masyarakat diingatkan tidak mengabaikan risiko kesehatan terhadap warga lanjut usia dari penularan Covid-19 dan penyakit lainnya.
Setelah dua tahun dilarang karena pandemi Covid-19, pemerintah kembali mengizinkan masyarakat mudik pada Lebaran tahun ini. Membaiknya sejumlah indikator pandemi, seperti jumlah kasus, keterisian rumah sakit, dan tingkat penularan, menjadi salah satu pertimbangan.
Namun, risiko penularan Covid-19 juga akan meningkat seiring tingginya mobilitas warga saat mudik. Peningkatan kasus di Tanah Air juga kerap terjadi setelah libur panjang. Warga lansia, terutama penderita penyakit penyerta atau komorbid, sangat rentan terhadap risiko penularan itu.
”Lansia dengan komorbid menjadi kelompok rentan yang harus dilindungi. Data menunjukkan, dari sekitar 6 juta kasus Covid-19 di Indonesia, terdapat 6.000-an orang kelompok rentan atau lansia dan penderita komorbid,” ujar Ketua Tim Kelompok Kerja Penyakit Infeksi Emerging Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Pompini Agustina, dalam gelar wicara daring ”Silaturahmi Sehat, Lebaran Penuh Berkat,” Rabu (27/4/2022).
Kerentanan itu juga disebabkan banyak lansia mempunyai penyakit penyerta, seperti hipertensi, diabetes, jantung, paru, ginjal, dan gangguan imun. Proteksi dari keluarga sangat diperlukan dalam melindungi lansia dari Covid-19 dan penyakit lainnya.
Dengan imunitas yang sudah menurun, warga lansia berisiko mengalami gejala berat jika terinfeksi Covid-19. Komorbid yang tidak terkontrol juga bisa memperburuk kesehatannya.
Silaturahmi saat Lebaran sering diisi dengan interaksi kontak fisik. Pompini mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) saat berinteraksi.
Dengan imunitas yang sudah menurun, warga lansia berisiko mengalami gejala berat jika terinfeksi Covid-19. Komorbid yang tidak terkontrol juga bisa memperburuk kesehatannya.
”Jangan lalai menjalankan prokes. Sayangi orangtua agar mereka tidak tertular Covid-19. Perhatikan kesehatan diri sebelum sungkem atau mencium orangtua,” katanya.
Vaksinasi Covid-19 menjadi syarat perjalanan mudik. Namun, bukan berarti orang yang sudah divaksin kebal dari penularan SARS-CoV-2.
”Kalau menginfeksi anak muda yang sudah divaksin hingga booster (dosis penguat), mungkin gejalanya ringan. Tetapi akan berbeda pada warga lansia dengan komorbid,” ujarnya.
Ketua Program Studi Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dhanasari Vidiawati menyarankan masyarakat tetap memakai masker saat mengikuti silaturahmi Lebaran. Selain itu, rutin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer setiap kali kontak fisik.
”Cara ini akan membantu orangtua (lansia) agar tidak tertular (Covid-19). Lebih baik lagi menjaga jarak dari mereka yang memang sangat rentan sehingga wajib dilindungi,” ujarnya.
Dhanasari menambahkan, meskipun Lebaran identik dengan suasana berkumpul bersama keluarga, tetap perlu menyiapkan ruangan khusus untuk anggota keluarga yang terserang penyakit. Hal ini bertujuan membatasi penularan sehingga penyakit tidak menyebar.