Warga lanjut usia tetap dapat sehat, bahagia, dan produktif. Melawan pikun ini harus menjadi gerakan bersama.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Memiliki warga negara senior atau lanjut usia yang sehat, bahagia, dan produktif merupakan hal penting bagi negara. Apalagi berdasarkan pertumbuhan populasi penduduk, sejak tahun 2020 Indonesia telah memiliki warga lanjut usia lebih dari 10 persen dan akan terus meningkat sebagai efek terjadinya transisi demografi Indonesia dengan angka kematian dan kelahiran yang semakin rendah.
Di acara Obrolan Awal Tahun 2022 bertajuk Refire! Don’t Retire – Indonesia Punya Lansia Tangguh, Jumat (25/3/2022), sejumlah tokoh senior berbagi kisah bagaimana menjalani masa tua yang tetap sehat, bahagia, dan produktif. Dukungan untuk para lanjut usia (lansia) dideklarasikan lewat Post ID Berkah atau Kelompok Kerja (Pokja) Senior Tangguh Indonesia yang digagas Komunitas Sahabat Anak Indonesia, WowSaveID, dan Demi Film Indonesia (DFI).
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi (72) atau akrab disapa Kak Seto mengatakan, di usia yang semakin tua, memiliki kesehatan yang baik tentunya suatu anugerah. Kesehatan yang dijaga bukan hanya sehat fisik, tapi juga psikologis, mental, dan jiwa.
Kak Seto yang masih aktif berkegiatan ini membuka rahasia bugar dan produktifnya meskipun telah berusia di atas 70 tahun. Tidak hanya sehat dan bahagia, Kak Seto juga tetap mampu meraih yang terbaik dalam hidupnya dengan menjadi guru besar atau profesor.
“Saya punya prinsip hidup GEMBIRA dalam menjalani hidup,” kata Kak Seto yang sedang dalam perjalanan naik kereta api menuju Madiun, Jawa Timur.
Kak Seto pun memaparkan, GEMBIRA yang dianutnya merupakan serangkaian prinsip dan pilihan hidup yang mendukung kesehatan fisik dan mental untuk menjadi lansia yang tangguh. Aktif bergerak dilakukan Kak Seto dengan rutin berolah raga, bekerja, hingga melakukan kebiasaan mengurusi rumah. Aktivitas ini dapat membuat aliran darah lancar mengalir sehingga badan sehat.
Emosi cerdas juga perlu dimiliki sehingga ketika marah tidak mengeluarkan kata-kata yang memaki yang dapat merusak hubungan dengan orang lain. Demikian juga urusan makan dan minum harus dilakukan secara teratur dengan mengonsumsi makanan sehat bergizi.
Lalu, beribadah, berdoa, dan bersyukur sehingga semakin dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki keikhlasan dalam hidup. Selain itu, sstirahat dengan teratur, tidur 7-8 jam sangat penting. “Termasuk, istirahat dari pikiran negatif,” kata Kak Seto.
Resep berikutnya yakni rukun dengan keluarga dan orang lain. “Yang terakhir, tetap berkarya,” ujar Kak Seto.
Hermawan Kartajaya (75), Founder and Chairman of MarkPlus, Inc, mensyukuri hidupnya yang mendapat bonus lebih dari 70 tahun. Pakar marketing ini tetap memiliki banyak kesibukan, termasuk menjadi salah satu anggota Dewan Pendidikan Tinggi Indonesia. Menurut Herman, hidupnya tetap bersemangat dan ingin mengembara di berbagai wilayah Nusantara karena keinginan untuk terus belajar dan terus menjadi guru yang berbagi.
Sementara itu, aktris senior Niniek L Karim (73) mengisi hidupnya dengan rasa syukur agar terus dapat merasakan kebahagiaan. Ada sejumlah mitos terkait lansia seperti menurunnya kemampuan fisik, daya ingat, gampang curiga, dan lain-lain, yang memang harus dihadapi.“Tetapi saya selalu diingatkan untuk bersyukur dan bahagia,” kata Niniek.
Niniek pun terus mencoba mempraktikkan ciri-ciri orang bahagia, antara lain gembira, lebih sering tersenyum lepas, penuh energi, dinamis, bersemangat, tahu kelebihan diri, tidak putus asa, tidak mudah menyerah, tidak mudah frustrasi, tidak kecewa, hingga tidak iri hati pada orang lain.
“Punya kegiatan yang dinikmati/hobi. Punya tempat berteduh, serta sehat lahir dan batin. Seseorang yang bahagia itu yang mensyukuri hidup,” kata Niniek
Untuk kesehatan fisik, Niniek berusaha berolah raga yang nyaman, meskipun hanya satu gerakan. Niniek mengakui, ia termasuk orang yang tidak suka kegiatan olah raga.
Kebahagian menjalani lansia juga dirasakan Yoedha Suwondo (79) yang terus berkiprah di dunia pendidikan, salah satunya menjadi dosen di Universitas Negeri Jakarta. Salah satu murid almarhum Pak Kasur ini tak bisa lepas dari pendidikan anak usia dini. Dia pun tak menolak untuk berbagi ilmu hingga ke pelosok negeri.
“Dengan berbagai ilmu, saya menjadi merawat ingatan dan memori. Saya ingin memberi kesempatan bagi yang muda-muda untuk muncul menjadi sosok pendidik yang baik. Makanya saya senang berbagi ilmu,” kata Yoedha.
Melawan pikun
Memasuki masa lansia, salah satu penyakit yang mengintai adalah demensia atau Alzheimer atau sering disebut pikun. Ada penurunan fungsi otak yang memengaruhi kehidupan.
Michael Dirk Roeloef Maitimoe (31), Psikolog di Yayasan Alzheimer Indonesia (ALZI) mengatakan, demensia biasa dialami di usia 65 tahun, di mana 1 dari 10 orang lansia mengalami demensia Alzheimer. Di tahun 2016, di Indonesia ada sekitar 2 juta orang yang menderita Alzheimer dan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan mencapai 3 juta orang, lalu pada tahun 2050 bisa mencapai 4 juta orang.
Michael mengatakan, kepikunan bisa dicegah sejak dini. Dari Kementerian Kesehatan misalnya, ada kegiatan menyenangkan dan menggembirakan yang bisa mencegah dari kepikunan yakni CERDIK. Perlu untuk melakukan cek kesehatan rutin. Ada 12 faktor risiko demensia atau pikun yang perlu diwaspadai, yakni minimnya aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, polusi udara, cedera kepala, jarang bersosialisasi, kurangnya edukasi, obesitas, hipertensi, diabetes, depresi, dan gangguan pendengaran.
Hal lain untuk mencegah Alzheimer yakni menghindari asap rokok, rajin berolah raga setidaknya 150 menit/minggu. Lalu, diet seimbang dan istirahat cukup.
“Tak kalah penting kelola stres dengan baik. Sedih berkepanjangan dapat memengaruhi otak dan psikologis,” kata Michael.
Menurut dia, melawan pikun ini harus menjadi gerakan bersama. Keluarga mesti diajak untuk peduli pada lansia. “Kita jangan maklum dengan pikun. Kita sama-sama mendukung lansia yang sejahtera, aktif, produktif, sehat, dan bahagia,” kata Michael.