Tekan Kesenjangan Layanan Kesehatan, KTI Miliki Rumah Sakit Otak dan Jantung
Layanan kesehatan setara terus didorong untuk menekan kesenjangan antara Pulau Jawa dan luar Jawa. Kehadiran RS Otak dan Jantung Pertamina Royal Biringkanaya di Makassar diharapkan menjawab masalah itu.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Kawasan Timur Indonesia (KTI) kini memiliki rumah sakit otak dan jantung dengan peralatan mutakhir di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Rumah sakit khusus terbesar di kawasan ini diharapkan menekan kesenjangan layanan kesehatan antara Pulau Jawa dan luar Jawa, terutama untuk penyakit penyebab kematian terbesar di dunia.
Rumah Sakit Otak dan Jantung (RSOJ) Pertamina Royal Biringkanaya diresmikan Menteri BUMN Erick Thohir, di Makassar, Rabu (30/3/2022). Rumah sakit ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 5.000 meter persegi dengan bangunan seluas 11.800 meter persegi.
RSOJ Pertamina Royal Biringkanaya diharapkan memotong jalur pemeriksaan dan perawatan penyakit jantung dan stroke yang selama ini masih banyak dilakukan di Jakarta, bahkan luar negeri. Rumah sakit ini dilengkapi peralatan canggih dan standarnya tak kalah baiknya dengan yang ada di Jakarta.
”Pandemi telah mengajarkan kita banyak hal dan melakukan introspeksi, terutama untuk pemerataan layanan kesehatan dan juga kedaulatan kesehatan. Kami mendorong layanan kesehatan yang setara dan mengurangi kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa,” kata Erick.
Terkait sektor kesehatan, Erick mengatakan, saat ini pemerintah terus mendorong kedaulatan layanan kesehatan. Perusahaan milik negara yang bergerak dalam sektor kesehatan terus didorong mengembangkan penelitian obat dan vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Indonesia tak mungkin terus bergantung pada asing untuk soal kesehatan.
”Bahan obat-obatan kita masih banyak diimpor, begitu pula vaksin. Makanya, kami mendorong Bio Farma (BUMN bidang farmasi) untuk membuat vaksin Covid-19 dan juga terus mengembangkan penelitian vaksin ke depan karena virus tak akan pernah berhenti,” ujarnya.
Erick menambahkan, pemerintah juga mendorong penelitian dan pengembangan pengobatan herbal yang bisa dipakai di rumah sakit. Ini akan mengurangi ketergantungan bahan baku obat hingga 20 persen. Kimia Farma (BUMN farmasi) juga didorong memproduksi obat murah.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Abdul Kadir mengakui, kesenjangan layanan kesehatan memang masih terjadi, terutama antara kota besar dan kecil. ”Yang kita harapkan memang adanya pemerataan. Kita punya 3.184 rumah sakit di Indonesia, tetapi lebih banyak berada di kota besar,” ucapnya.
Abdul menambahkan, rasio jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia juga masih 1,18, sementara Malaysia sudah 3,3. Adapun penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke, jantung, dan kanker. ”Itulah mengapa rumah sakit, terutama rumah sakit khusus seperti ini, menjadi penting,” katanya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pembangunan RSOJ Pertamina Royal Biringkanaya menghabiskan waktu delapan bulan. Terdapat 80 kamar perawatan dan 105 tempat tidur. Selain itu, terdapat ruang isolasi dan berbagai ruang lainnya sehingga total tempat tidur sebanyak 130.
”Ini adalah bagian dari komitmen Pertamina dengan anak perusahaannya untuk menghadirkan layanan kesehatan di KTI. Data menyebutkan 21 persen kematian disebabkan stroke dan 17 persen prevalensi di Sulsel menderita stroke. Ini salah satu alasan menghadirkan rumah sakit khusus ini,” kata Nicke.
Rumah sakit ini dilengkapi alat rekam jantung yang mutakhir, kateter jantung, jantung buatan yang menunjang operasi jantung, CT scan, alat rekam otak, dan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Rumah sakit ini juga terkoneksi secara virtual dengan rumah sakit dengan layanan sama di Jakarta.