Setiap Hari Rata-rata 3 Orang Meninggal karena Covid-19 di Sulteng
Kasus kematian karena Covid-19 di Sulteng dalam tren meningkat. Dalam 10 hari terakhir, rata-rata 3 orang meninggal setiap hari karena Covid-19.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Sebanyak 27 orang meninggal karena Covid-19 di Provinsi Sulawesi Tengah dalam 10 hari terakhir atau rata-rata 3 orang setiap hari. Mereka yang meninggal mayoritas lanjut usia dan yang memiliki penyakit penyerta. Mereka juga mayoritas belum divaksin dan belum divaksin lengkap. Hal itu bisa memperburuk kondisi Covid-19 di tengah makin longgarnya persyaratan terbaru perjalanan dalam negeri.
Mengacu pada data dari Pusat Data dan Informasi Bencana Pemerintah Provinsi Sulteng, dalam 10 hari terakhir selalu ada kasus kematian karena Covid-19 dengan jumlah 2-3 kasus.
Kasus kematian tersebut, antara lain dilaporkan di Kabupaten Poso, Kota Palu, dan Tolitoli. Kabupaten Poso terbanyak mencatat kasus kematian dalam 10 hari terakhir dengan jumlah 6 kasus dari total 27 kematian.
Sebelumnya, kasus kematian karena Covid-19 tak terjadi setiap hari. Kadang, beruntun tiga hari tak ada kasus kematian di Sulteng. Sepanjang Februari 2022 hanya ada 12 kasus kematian.
Secara umum, penularan Covid-19 di Sulteng memang belum terkendalikan. Tambahan harian masih tinggi dengan rentang 200-500 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng I Komang Adi Sujendra menyatakan berdasarkan data yang masuk orang dengan Covid-19 yang meninggal kebanyakan dari kelompok lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Mereka yang memiliki komorbid umumnya berusia di kurang dari 60 tahun. Penyakit penyertanya, di antaranya sakit jantung, gangguan ginjal, asma, dan diabetes. ”Mereka (yang meninggal) rata-rata belum divaksin atau baru divaksin satu kali,” ujarnya di Palu, Sulteng, Rabu (9/3/2022).
Hal sama diungkapkan Kepala Dinas Kabupaten Poso Taufan Karwur. Pasien yang meninggal karena Covid-19 di Poso kebanyakan orang lanjut usia, mereka yang punya komorbid, dan orang yang belum divaksin.
Terkait kasus kematian tersebut karena belum menjalani vaksinasi, Taufan menyatakan mereka belum divaksinasi karena tidak lolos penapisan (screening) kesehatan.
Mereka memiliki komorbid sehingga tak bisa divaksinasi. Selain itu, ada memang dari mereka yang meninggal tidak bersedia divaksinasi.
Segera divaksin
Dengan tren kenaikan kasus kematian tersebut yang pada intinya erat hubungannya dengan belum divaksin, Komang meminta warga untuk segera mengikuti vaksinasi lengkap dan dosis penguat (booster).
Gerai-gerai vaksinasi saat ini tersedia di banyak lokasi hingga ke desa-desa. Bersama dengan berbagai pemangku kepentingan, terutama Polri dan TNI, pihaknya terus mendorong agar warga datang ke gerai vaksinasi.
Mereka yang meninggal rata-rata belum divaksin atau baru divaksin satu kali. (Komang Adi)
Dalam sejumlah kesempatan, Komang menyebutkan, vaksinasi penting untuk melawan Covid-19. Dengan vaksinasi, tubuh manusia bisa memproduksi antibodi untuk melawan dan membunuh virus Covid-19 yang masuk. Virus cepat mati dan tak berkembang sehingga pemburukan pada kondisi orang terinfeksi tidak berlangsung lama.
Untuk dosis kedua, angkanya lebih rendah lagi, 31,37 persen. Sementara dosis ketiga, masih 1,5 persen. Cakupan vaksinasi lansia teredah dari kategori lainnya yang sudah lebih dari 70 persen. Cakupan vaksinasi warga lansia pun tak bertambah signifikan pada 2022 ini.
Secara umum, cakupan vaksinasi di Sulteng dengan target 2,1 juta jiwa mencapai 84 persen untuk dosis pertama. Untuk dosis kedua, capaian vaksinasi 50 persen dan dosis penguat 2,3 persen.
Sukarelawan Roa Jaga Roa, simpul masyarakat sipil untuk penanggulangan Covid-19 di Sulteng, Nudin Lasahido menyatakan pemerintah sudah diingatkan untuk bekerja ekstra mempercepat cakupan vaksinasi pada kelompok rentan, seperti lanjut usia.
Kelompok tersebut paling rentan terinfeski Covid-19 dan sering berakhir fatal (kematian). Pemerintah tidak memanfaatkan dengan baik data yang ada untuk meningkatkan kinerja cakupan vaksinasi pada warga lansia.
Tingginya tingkat kematian tersebut menjadi catatan besar di tengah melonggarnya persyaratan perjalanan dalam negeri yang membebaskan pelaku perjalanan dari tes covid-19. Ada potensi kenaikan kasus karena tak adanya lagi penapisan (screening).
Dengan begitu, kemungkinan kasus kematian juga bisa meningkat. ”Untuk mitigasinya, mau tidak mau dari sekarang, pemerintah harus menggunakan pendekatan dari rumah ke rumah untuk memvaksinasi warga lansia. Tentu dibarengi dengan edukasi dan sosialisasi yang humanis,” ujarnya.