Layanan ”Telemedicine”
Banyak hal yang semula dilakukan manual dan fisik kini menjadi mudah dengan ”telemedicine”. Ini kian dibutuhkan untuk pemerataan layanan kesehatan, pendidikan kedokteran, penelitian, dan pemanfaatan data.
Bulan lalu saya tertular Covid-19. Batuk-batuk, tenggorok gatal, dan pilek. Demam hanya sedikit. Saya tes swab PCR positif. Saya istirahat di rumah dan memanfaatkan konsultasi melalui telemedicine. Saya cukup puas dengan penjelasan dokternya. Saya menjadi lebih tenang dan berharap infeksi Covid-19 saya ringan.
Dokter juga mengirimkan obat yang besoknya saya terima dan manfaatkan. Ketika sudah minum obat lima hari, saya berkonsultasi kembali dan saya merasa sudah sehat. Saya minta nasihat untuk tes kembali. Dokter menyetujui dan hasilnya menggembirakan saya, negatif.
Setelah menjalani proses telemedicine ini saya merasakan manfaatnya. Tidak perlu antre di layanan kesehatan apalagi keluhan saya hanya ringan. Juga tak perlu menunggu lama di apotek rumah sakit. Obat dikirim ke rumah beserta cara pemakaian obatnya.
Kita juga harus menyiapkan dukungan terhadap telemedicine ini baik berupa peraturan, sistem pembiayaan, dan tak kurang pentingnya adalah penerapan etika agar masyarakat terlindungi dalam layanan telemedicine ini.
Saya dulu bekerja di bidang informasi teknologi, cukup lama sekitar sepuluh tahun. Saya membantu perusahaan keuangan melayani pelanggan melalui internet. Sekarang saya menyadari bahwa kemajuan teknologi informasi tak hanya dapat dimanfaatkan dalam bidang keuangan atau bisnis, tetapi juga di bidang kesehatan.
Apakah kalangan profesi kesehatan telah menyadari hal ini dan apakah di negeri kita pemanfaatan tersebut telah berjalan maksimal? Penerapan yang sederhana seperti konsultasi melalui telemedicine telah memudahkan bagi pasien. Apakah layanan ini hanya terbatas pada layanan isoman atau juga sudah menjadi layanan kesehatan di fasilitas layanan kesehatan?
Saya menjalani konsultasi telemedicine secara cuma-cuma. Bagaimana pengaturan tarif layanan kesehatan di rumah sakit atau praktik dokter yang menjalankan telemedicine? Apakah asuransi kesehatan, termasuk BPJS (Kesehatan), sudah bersedia membiayai layanan telemedicine ini?
Selain untuk layanan kesehatan, sebenarnya menurut pendapat saya telemedicine juga dapat digunakan untuk pendidikan kedokteran. Apalagi transfer data sekarang ini tak hanya terbatas pada teks, tetapi juga gambar dan video.
Seorang profesor terkenal yang memberikan kuliah di Jakarta atau Surabaya dapat diikuti oleh banyak sekali mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia. Apakah sudah ada kerja sama antaruniversitas untuk saling meningkatkan keberhasilan belajar mahasiswa kedokteran yang tersebar di seluruh Indonesia?
Setahu saya teknologi bedah robotik juga sudah masuk ke Indonesia. Apakah teknologi akan dikembangkan secara serius?
Baca juga: Layanan Kesehatan Masa Depan
Sekarang memang dokter bedah yang melaksanakan bedah robotik masih berada dekat dengan pasien yang dioperasinya. Namun, dengan adanya 5G dan 6G, bukan tidak mungkin bedah robotik ini dilakukan berjauhan. Dokter bedahnya di Jakarta atau Surabaya, sedangkan pasiennya di Kendari, misalnya. Ini tentu amat memudahkan dan menyenangkan bagi pasien yang tinggal jauh dari pusat kedokteran.
Manfaat lain yang saya rasa cukup penting adalah data. Banyak data dapat dikumpulkan dan akan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Kita telah menikmati data Covid-19 setiap hari pada waktu yang sama. Ini suatu kemajuan penting. Bagaimana data yang dikumpulkan dapat dianalisis untuk membuahkan kebijakan kesehatan yang berhasil guna?
Saya berharap profesi kedokteran dapat bekerja sama dengan informasi teknologi agar layanan kesehatan kita bertambah maju dan menyenangkan bagi pasien. Terima kasih atas pen jelasan Dokter.
D di J
Saya mengucapkan selamat, Anda telah sembuh dari infeksi Covid-19. Sekarang memang banyak sekali saudara kita yang menjalani isolasi mandiri dan untunglah ada layanan telemedicine yang membantu mereka menjalankan isoman dengan benar.
Layanan telemedicine sudah lama berjalan, tidak hanya semasa pandemi Covid-19 ini. Di banyak negara yang sedang berkembang, termasuk negeri kita, banyak dokter yang bertugas di daerah terpencil mengalami kesulitan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis karena jarak dan transportasi yang sulit.
Waktu itu yang sering digunakan adalah radio. Dokter spesialis dapat membantu dokter umum melalui radio. Sekarang teknologi informasi sudah maju sehingga kita dapat menggunakan video call dan teknologi lainnya.
Memang pada dasarnya dalam layanan kedokteran tatap muka pasien dan dokter penting. Komunikasi dokter pasien tak hanya menyangkut percakapan juga bahasa tubuh. Sikap dokter pada waktu berkomunikasi memengaruhi persepsi pasien apakah pasien merasa mendapat perhatian atau dokternya kurang memperhatikan keluhan dia.
Pada dasarnya jika memungkinkan tatap muka dokter pasien, pemeriksaan fisik pasien menjadi andalan utama dalam mendiagnosis dan merencanakan terapi. Sudah tentu bantuan pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan lain-lain akan membantu ketepatan diagnosis. Namun, adakalanya kedekatan dokter pasien tersebut tak mungkin dilakukan. Bantuan teknologi informasi dapat mempermudah komunikasi dokter pasien yang berjauhan.
Baca juga: Menyusun Tatanan Masa Depan Kesehatan di Dunia Baru
telemedicine sudah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu upaya kesehatan. telemedicine seperti yang Anda kemukakan tidak hanya bermanfaat dalam pelayanan kedokteran, tetapi juga dalam pendidikan kedokteran, penelitian, penyimpanan, dan akses data.
Banyak hal yang semula harus dilakukan secara manual dan fisik sekarang menjadi mudah dengan adanya telemedicine. Salah satu contoh adalah screening mata pada penderita diabetes melitus di India. Penduduk India lebih dari 1 miliar sehingga penderita diabetes melitusnya banyak sekali.
Seharusnya mereka mendapat screening pemeriksaan retina dengan funduskopi untuk mendeteksi terjadinya perdarahan pada retina. Screening tersebut harus dilakukan secara berkala. Untuk itu, alat funduskopi serta dokter spesialis mata tak mencukupi.
Dokter di India menciptakan alat bantu sehingga pasien diabetes melitus dapat memotret retinanya memakai alat tambahan tersebut. Hasil foto dikirim ke pusat data di dinas kesehatan terdekat. Setiap hari ribuan foto terkirim dan disimpan.
Foto ini kemudian diseleksi dengan kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) untuk memisahkan foto retina normal dan tak normal. Foto yang tak normal, mungkin ada 5-10 persen, akan ditindaklajuti dengan pemeriksaan funduskopi. Dengan pendekatan ini, banyak tenaga dokter spesialis yang dihemat, begitu juga pemakaian funduskopi. Sudah tentu yang akan paling banyak dihemat adalah waktu, baik waktu pasien maupun dokternya.
Baca juga: Dokter Dipacu Hasilkan Riset dan Inovasi
Profesi kedokteran di Indonesia serius dalam mengembangkan telemedicine. Telemedicine tak hanya bermanfaat semasa pandemi Covid-19. Telemedicine akan terus berkembang dan semakin dibutuhkan terutama sekali untuk pemerataan layanan kesehatan, konsultasi spesialis, pendidikan kedokteran, penelitian, dan pemanfaatan data.
Namun, kita juga harus menyiapkan dukungan terhadap telemedicine ini baik berupa peraturan, sistem pembiayaan, dan tak kurang pentingnya adalah penerapan etika agar masyarakat terlindungi dalam layanantelemedicine ini.
Saya berharap Anda akan sehat terus bersama keluarga, kasus Covid-19 di negeri kita terus menurun dan terkendali sehingga masyarakat dapat hidup sehari-hari lebih bebas.