Layanan Kesehatan Masa Depan
Sudah waktunya kita memimpin inovasi bidang kesehatan melalui pemetaan potensi PT dalam pengembangan riset obat, teknologi, serta alat kesehatan dengan fokus pada upaya pencegahan primer.
Data National Health Services 2019 menunjukkan, teknologi genomik, digital, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan memberikan dampak besar pada perubahan pelayanan kesehatan ataupun perilaku tenaga kesehatan profesional saat ini.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk 260 juta lebih harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang sekaligus tantangan bagi peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 15.000 fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air, 160.000 dokter umum dan spesialis, serta 230 juta penduduk telah terdaftar di sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Angka kematian ibu dan kematian bayi Indonesia 305 per 100.000 kelahiran hidup serta 27 per 1.000 kelahiran masih tertinggi di ASEAN, padahal kedua variabel termasuk indikator kemajuan suatu bangsa di dunia.
Tahun 2019, indeks pembangunan manusia Indonesia 0,694 (termasuk klasifikasi medium), menempati peringkat ke-116 bersama Vietnam dari 189 negara, dengan parameter yang sangat menentukan di indeks ini adalah tingkat pendidikan dan kesehatan. Karena itu, sektor kesehatan dan pendidikan harus menjadi prioritas kita semua.
Kemandirian obat dan alat kesehatan menjadi masalah utama karena 90-94 persen produk impor, sebuah ironi bagi negara besar dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati serta suku bangsa luar biasa. Bagaimana Indonesia harus mengembangkan sistem kesehatan nasional yang ramah, mengayomi, produktif, dan mampu bersaing di dunia?
Kemandirian obat dan alat kesehatan menjadi masalah utama karena 90-94 persen produk impor, sebuah ironi bagi negara besar dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati serta suku bangsa luar biasa.
Kita harus mampu mengelola dan memberdayakan semua potensi bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat. Indonesia memiliki tak kurang 600 suku bangsa sekaligus kekayaan genetik yang luar biasa, diikuti jumlah biodiversitas terkaya di dunia.
Saat ini terdapat lebih dari 3.200 perguruan tinggi (PT) di Indonesia, dengan 85 fakultas kedokteran yang merupakan inkubator ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ketahanan serta kemandirian di bidang kesehatan.
Sudah waktunya kita memimpin inovasi bidang kesehatan melalui pemetaan potensi PT dalam pengembangan riset obat, teknologi, serta alat kesehatan dengan fokus pada upaya pencegahan primer. Riset dan inovasi pada pengembangan potensi biodiversitas Indonesia serta keanekaragaman genetik memungkinkan kita menjadi tuan di negeri sendiri.
Kebutuhan obat dan alat kesehatan di Indonesia selama ini 90-95 persen masih diimpor. Data Kementerian Perdagangan RI, pada 2014 total impor alat kesehatan sebesar 750 juta dollar AS dengan nilai ekspor hanya 165 juta dollar AS. Rata-rata pertumbuhan industri alat kesehatan mencapai 12,8 persen per tahun.
Sudah waktunya kita memimpin inovasi bidang kesehatan melalui pemetaan potensi PT dalam pengembangan riset obat, teknologi, serta alat kesehatan dengan fokus pada upaya pencegahan primer.
Data lebih kurang sama terlihat di industri obat. Setelah penerapan JKN, pasar obat generik tahun 2015 meningkat 12,5 persen dalam nilai dan 16 persen dalam jumlah riil. Ironisnya, 90 persen bahan baku farmasi masih impor. Ini menunjukkan struktur industri farmasi belum optimal.
Pemasok utama bahan baku farmasi Indonesia adalah China (60 persen) dan India (30 persen) dengan nilai impor sekitar 1,3 miliar dollar AS. Indonesia memiliki 11 perguruan tinggi berbadan hukum (PTN-BH) yang memiliki potensi besar dalam membangun wilayah keekonomian berbasis pengetahuan (knowledge economy region). Kita harus cerdas melihat peluang di tengah masih banyaknya kekurangan. Singkatnya, jiwa entrepreneur.
Adaptasi dan adopsi teknologi
Kemajuan teknologi harus kita akomodasi dan sesuaikan dengan kebutuhan negara Indonesia yang sangat luas serta memiliki jumlah penduduk banyak. Teknologi tele-medicine menjadi sebuah keharusan dengan lebih dari 17.000 pulau tersebar dari Sabang sampai Merauke, belajar dari Inggris yang memanfaatkan teknologi virtual GP (Now GP) sebagai perangkat tele-medicine dalam meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan menurunkan tingkat antrean pasien di fasilitas pelayanan kesehatan setiap hari.
Untuk menurunkan defisit pembiayaan JKN, penggunaan tele-medicine produk dalam negeri merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
Memasuki era disrupsi, pemanfaatan AI memegang peranan tak kalah penting dalam deteksi dini penyakit. Pengolahan big data klinis dan genomik merupakan dasar bagi pengembangan model promotif dan preventif, terutama terhadap penyakit degeneratif yang selama ini butuh proporsi biaya terbesar di JKN.
Kemajuan teknologi harus kita akomodasi dan sesuaikan dengan kebutuhan negara Indonesia yang sangat luas serta memiliki jumlah penduduk banyak.
Pemerintah harus mampu mengarahkan semua riset dan inovasi di bidang genetik melalui pendirian Indonesian Genome Institute and Studies (INA-GENIUS) sehingga semua PT dan lembaga penelitian di negara kita mampu merumuskan secara simultan dan sinergi model prediksi genetik pasien Indonesia.
AI juga bermanfaat untuk meningkatkan optimalisasi penggunaan alat-alat diagnostik di laboratorium, membantu konversi wawancara dokter-pasien menjadi sebuah big data yang siap dianalisis. AI juga merupakan sebuah dasar bagi pengembangan wearable devices yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal promosi kesehatan.
Teknologi robotik dalam bidang kesehatan akan segera menggeser paradigma evidence based medicine menuju algorithym based medicine yang dapat meningkatkan kecepatan serta ketepatan dalam bidang diagnostik dan terapeutik. Kombinasi pemanfaatan big data, AI, robotik, internet of thing (IOT) niscaya akan memberikan dampak inovasi yang bersifat disruptif bagi pengembangan layanan kesehatan Indonesia, terutama dalam hal kedokteran pencegahan dan kedokteran presisi.
Memenuhi janji SDG
Goal ketiga dan kelima dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) adalah pembangunan dalam bidang kesehatan, pendidikan, serta kesetaraan jender. Salah satu dasar terpenting dalam pencapaian kedua tujuan itu adalah kesehatan reproduksi. Definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang kesehatan reproduksi jelas menyatakan, seorang individu dinyatakan sehat bila organ dan fungsi reproduksinya baik.
Secara tersurat, ini menjelaskan pentingnya suatu pasangan untuk mendapatkan keturunan. Kesehatan reproduksi menggambarkan siklus kehidupan yang dimulai sejak jabang bayi di dalam rahim sang ibu hingga dilahirkan, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, lanjut usia, dan kemudian meninggal dunia.
Perencanaan keluarga (family planning) dan pendidikan kesehatan reproduksi harus dilakukan sejak usia remaja dengan tujuan menyadarkan para ”calon orangtua” pentingnya memiliki gambaran dan target untuk membina keluarga yang sehat dan sejahtera di masa datang. Kebijakan ini harus dipelopori dan dipimpin oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan mengadopsi kearifan lokal setiap daerah yang ada di seluruh Indonesia.
Salah satu dasar terpenting dalam pencapaian kedua tujuan itu adalah kesehatan reproduksi.
Sesungguhnya hakikat perencanaan keluarga adalah setiap kehamilan harus direncanakan, disiapkan, dan dijaga dengan baik, atau dalam bahasa leluhur berarti kita harus menyiapkan bibit (sperma dan sel telur = genotipe), bobot (kualitas), dan bebet (penampilan = fenotipe). Kebijakan pemerintah tentang vaksinasi kanker mulut rahim dan MMR (measles, mumps, rubella) perlu didorong pada skala lebih luas guna memproteksi para calon ibu hamil dari bahaya penyakit infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan bayi di dalam rahim.
Tiga puluh lima persen kehamilan yang sehat ditentukan juga oleh kualitas sperma yang baik. Karena itu, penting sekali perubahan paradigma dalam kesehatan reproduksi bahwa laki-laki berperan besar untuk terjadinya kehamilan yang sehat. Isu tentang jender dalam kesehatan reproduksi tidak lagi menjadi domain utama perempuan, tetapi juga harus didukung oleh kedua pasangan.
Kemajuan teknologi digital, IOT, dan AI merupakan potensi luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan reproduksi. Deteksi dini dan pengembangan biomarker nir-invasif ditengarai dapat memberikan dampak signifikan pada layanan kesehatan reproduksi.
Banyaknya pengguna ponsel di Indonesia saat ini (280 juta) dan pengguna internet (83 juta) merupakan modal dasar bagi kita mengembangkan ”program nasional kesehatan reproduksi berbasis teknologi”. Contoh hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan mewajibkan semua siswi sekolah dan menengah mencatat siklus haid serta keluhan yang menyertainya ke dalam sistem informasi kesehatan reproduksi nasional.
Berbasis siklus haid dapat terdeteksi umur biologis dan kemungkinan penyakit perempuan yang dapat mengganggu kualitas kehamilan seperti adanya gangguan pematangan sel telur (biasanya ditandai siklus haid tak teratur) dan kista coklat yang umumnya disertai keluhan nyeri luar biasa saat menstruasi. Informasi ini dapat menjadi bekal sangat berharga dalam pengembangan program perencanaan keluarga demi terwujudnya generasi emas Indonesia.
Saat ini, kita telah memiliki Indonesian Kalkulator Oocytes (IKO) yang dikembangkan berdasarkan data lebih dari 2.000 perempuan Indonesia untuk meramalkan umur biologis perempuan yang berkorelasi positif dengan kualitas oosit yang dimiliki. Kalkulator ini tersedia di Play Store dan Apple Store sehingga bisa membantu perempuan Indonesia merencanakan dan menyiapkan kehamilan dengan baik.
Banyaknya pengguna ponsel di Indonesia saat ini (280 juta) dan pengguna internet (83 juta) merupakan modal dasar bagi kita mengembangkan ”program nasional kesehatan reproduksi berbasis teknologi”.
Ide dan pemikiran disruptif harus diterjemahkan dengan kecanggihan teknologi sehingga memudahkan akses sekaligus mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan Indonesia sehat dan memenuhi janji SDG. Hal ini sesuai konsep precision medicine, yaitu 4P: Preventive, Predictive, Personalized, and Participatory, yang dipercaya akan mengakselerasi sehatnya reproduksi Indonesia menuju generasi emas pada 2045.
(Budi Wiweko, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI; Ketua Komisi 2 Senat Akademik UI; Wakil Direktur IMERI Fakultas Kedokteran UI)