Gerakan pengendalian tembakau dan eliminasi tuberkulosis kehilangan sosok Arifin Panigoro yang wafat di usia 76 tahun. Almarhum memiliki komitmen besar terhadap kesehatan masyarakat.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Kamis 13 Maret 2010. Sebagai wartawan yang bertugas di wilayah Priangan Timur, saya harus tarik gas motor bebek saya dalam-dalam agar tak ketinggalan iring-iringan rombongan Arifin Panigoro yang ketika itu menaiki Jeep Rubicon menuju Kecamatan Cisompet di selatan Garut, Jawa Barat.
Saat itu, Medco Grup bersama Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda menyerahkan bantuan rumah, masjid, dan sekolah tahan gempa kepada warga. Itulah perjumpaan pertama saya dengan Arifin Panigoro, Pendiri Medco Group.
Ketika banyak meliput isu kesehatan di Jakarta hampir empat tahun kemudian, saya kembali berjumpa dengan Arifin Panigoro di kediamannya di Griya Jenggala, Jakarta Selatan. Ia bersama sejumlah tokoh nasional, antara lain Quraish Shihab, Komaruddin Hidayat, Farid Anfasa Moeloek, Dewi Motik Pramono, dan Seto Mulyadi, memberikan dukungan kepada presiden agar meratifikasi Konvensi Kerangka Kerja untuk Pengendalian Tembakau (FCTC). Di situ terlihat besarnya dukungan Pak AP, begitu Arifin Panigoro kerap dipanggil, terhadap pengendalian tembakau dan kesehatan masyarakat, terutama generasi muda Indonesia.
Di luar aktivitas bisnisnya, Arifin Panigoro mempunyai komitmen yang besar terhadap kesehatan masyarakat, terutama dalam pengendalian tembakau dan tuberkulosis.
Kepemimpinan dan dukungan Pak AP dalam memperjuangkan generasi muda agar tidak menjadi target industri rokok mencapai level internasional ketika ia mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah Asia Pacific Conference on Tobacco or Health (APACT) di Beijing tahun 2016. Ia pun akhirnya menerima tongkat estafet penyelenggaraan APACT dari China.
Penyelenggaraan APACT ke-12 di Bali tahun 2018 memperlihatkan kuatnya pengaruh dan komitmen Arifin Panigoro pada pengendalian tembakau. Sederet menteri, kepala daerah, dan 1.000 lebih partisipan dari negara-negara Asia Pasifik hadir pada konferensi itu.
Dalam sambutannya sebagai Ketua Penyelenggara APACT, Arifin Panigoro mengatakan, ”Saya meyakini bahwa investasi yang baik akan mendatangkan imbal hasil yang baik. Semua yang hadir dalam acara ini meyakini bahwa ancaman bahaya rokok itu nyata. Ini bukan tipuan. Ini berdasarkan ilmu pengetahuan.” Selanjutnya ia menyatakan bahwa rokok menimbulkan kematian dan bahaya yang besar bagi rakyat Indonesia, khususnya kelompok usia muda dan produktif.
Tak hanya pada pengendalian tembakau, komitmen Pak AP juga terlihat pada upaya eliminasi tuberkulosis. Pada Pertemuan Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-HLM) tentang Tuberkulosis tahun 2018 di New York, Arifin Panigoro menjadi salah satu yang terdepan dalam advokasi eliminasi tuberkulosis. Di dalam negeri, dukungan kuat dan motivasi pun ia berikan kepada jejaring pegiat tuberkulosis tetap semangat membawa Indonesia bebas dari tuberkulosis.
Hingga kemudian, sebuah kabar beredar di sebuah grup Whatsapp, Senin (28/2/2022) pagi mengejutkan para pegiat gerakan pengendalian tembakau dan tuberkulosis. Dr HC Ir H. Arifin Panigoro, Anggota Dewan Penasihat Komnas Pengendalian Tembakau, telah berpulang di Mayo Clinic, Rochester Amerika Serikat, pukul 14.45 waktu setempat atau pukul 03.45 WIB.
Kepergian Pak AP tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi para pegiat pengendalian tembakau di Indonesia, tetapi juga kehilangan besar perlindungan generasi muda Indonesia untuk menjadi Generasi Emas. Arifin Panigoro adalah sosok yang konsisten memperjuangkan kesehatan masyarakat. Sebagai Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia, ia telah berperan besar dalam menjadikan program tuberkulosis sebagai prioritas Presiden Joko Widodo.
Ketua Dewan Penasihat Komnas Pengendalian Tembakau Prof Emil Salim, dalam siaran pers Komnas Pengendalian Tembakau, menyampaikan dukanya, ”Dengan terkejut saya terima kepergian Bung Arifin yang begitu tiba-tiba. Adalah dengan penuh duka melepaskan jasad beliau dengan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan almarhum menyelamatkan generasi muda dari ancaman produk-produk berketagihan yang merusak kehidupan generasi muda.”
Sementara di mata Hasbullah Thabrany, Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau, Arifin Panigoro adalah sosok tokoh nasional, tokoh yang rendah hati, memiliki kesalehan sosial tinggi, dan sangat peduli kepada rakyat kecil.
Saya meyakini bahwa investasi yang baik akan mendatangkan imbal hasil yang baik. Semua yang hadir dalam acara ini meyakini bahwa ancaman bahaya rokok itu nyata. Ini bukan tipuan. Ini berdasarkan ilmu pengetahuan.
Rasa kehilangan juga dirasakan oleh gerakan sejumlah organisasi pengendalian tembakau internasional.
”Kehilangan ini akan dirasakan banyak orang, kami di Campaign for Tobacco Free Kids sangat berduka mendengar kabar wafatnya beliau. Semoga kenangan akan kepribadiannya yang luar biasa dan banyak kontribusinya bagi kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia dikenang semua orang. Belasungkawa terdalam kami kepada keluarga atas kehilangan yang luar biasa ini,” tutur Mathew Myers, Presiden Campaign for Tobacco Free Kids di Washington DC, AS.
”Kami sangat sedih. Belasungkawa kami yang tulus untuk semua. Beliau adalah salah satu penggerak eliminasi TB dan rokok di Indonesia dan dunia,” kata Tara Singh Bam, Deputi Direktur Regional International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) saat mendengar kabar kepergian Arifin Panigoro.