Memelihara Kesehatan Semasa Hamil
Untuk persalinan pertama sangat dianjurkan di layanan kesehatan karena banyak hal yang harus diawasi, misalnya perbandingan lingkar kepala bayi dan panggul serta perdarahan.
Umur saya sekarang 28 tahun dan suami 32 tahun. Kami menikah setahun yang lalu dan saya sekarang hamil 1 bulan. Saya sudah konsultasi ke bidan dan sudah diperiksa urine, hasilnya memang positif. Kami sebenarnya sudah merencanakan untuk hamil karena usia saya dan suami sudah tak muda lagi. Kalau diizinkan Allah SWT, kami ingin punya dua anak.
Saya sudah tidak bekerja sejak pandemi Covid-19 ini, hanya suami yang bekerja. Saya terkena PHK dan sekarang berdagang secara online, menjual perlengkapan ibadah untuk muslimah. Ternyata berjualan online jika ditekuni lumayan hasilnya, bahkan kadang-kadang lebih besar dari gaji saya dulu.
Menjelang bulan puasa Ramadhan, permintaan mukena, sajadah, dan pakaian muslim mulai meningkat. Saya tidak memproduksi sendiri, hanya memasarkan saja. Dengan demikian, saya cukup hanya bekerja sekitar 2 jam sehari, memasarkan produk dan menerima permintaan.
Ibu yang positif sekalipun masih dapat memberikan ASI eksklusif, tetapi dengan kehati-hatian untuk tidak menularkan Covid-19 kepada bayinya semasa menyusui.
Terkait kehamilan saya, bidan menganjurkan saya agar berkonsultasi ke layanan kesehatan sedikitnya enam kali selama kehamilan. Menurut ibu bidan, konsultasi tersebut penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan janin yang sedang tumbuh, juga untuk merencanakan persalinan nanti agar persalinan dapat berjalan aman dan lancar.
Saya sudah mulai membaca tentang apa yang harus dilakukan ibu hamil. Saya mulai makan lebih banyak dan bergizi. Saya juga minum obat tambah darah dan asam folat dari bidan. Ibu bidan menganjurkan saya untuk tes laboratorium, termasuk hepatitis B, HIV, dan sifilis. Menurut beliau, ini penting untuk screening (penapisan) penyakit dan mencegah penularan pada janin. Saya akan menjalani pemeriksaan tersebut setelah nanti berkonsultasi dengan dokter.
Sedikit banyak saya sudah memahami bagaimana memelihara kehamilan, tetapi dalam pandemi Covid-19 ini tampaknya banyak tantangan yang harus dijalani. Saya tak berani sering ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Untunglah ibu bidan mudah dihubungi melalui Whatsapp atau telepon genggam.
Apakah ada pedoman untuk ibu hamil menjalani pelayanan kehamilan di era pandemi Covid-19 ini? Apa prinsip yang berbeda dibandingkan dengan sebelum masa Covid-19. Apakah saya boleh melahirkan di layanan kesehatan ataukah harus di rumah? Mengapa saya harus di-screening penyakit hepatitis B, HIV, dan sifilis padahal saya tak pernah ada gejala penyakit tersebut? Apakah ibu yang terinfeksi Covid-19 boleh menyusui? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di B
Wah, selamat ya atas kehamilan Anda. Semoga kehamilan berjalan baik, persalinan lancar dan aman, serta ibu dan anak dalam keadaan sehat. Saya senang mengetahui Anda dan suami telah mempersiapkan diri untuk kehamilan ini. Dengan persiapan yang baik, kesehatan ibu dan janin dapat terjaga serta persalinan dapat direncanakan dengan baik.
Sudah lebih dari dua tahun ini negeri kita mengalami pandemi Covid-19 yang berdampak pada layanan kesehatan, termasuk pada asuhan keperawatan ibu hamil dan persalinan. Kementerian Kesehatan telah menerbitkan buku yang cukup lengkap mengenai pemeliharaan persalinan di masa Covid-19 ini. Buku tersebut cukup lengkap, bahasanya jelas, dan dapat dibaca serta diunduh secara gratis.
Pada pandemi Covid-19 ini prinsip-prinsip pemeliharaan kehamilan sama dengan sebelum pandemi Covid-19, tetapi harus mempertimbangkan agar ibu dan anak terhindar dari penularan Covid-19. Karena itu, layanan kesehatan menyiapkan layanan biasa yang diharapkan bebas dari Covid-19 dan layanan untuk pasien yang dicurigai atau telah terdiagnosis Covid-19. Kedua layanan ini dipisahkan sehingga risiko penularan dapat dikurangi seminimal mungkin.
Karena Anda hamil anak pertama, saya anjurkan Anda melahirkan di layanan kesehatan, bukan di rumah. Jika Anda negatif Covid-19, Anda dapat melahirkan di fasilitas kesehatan biasa, tetapi jika dicurigai atau terdiagnosis Covid-19, harus di layanan kesehatan rujukan.
Pencegahan penularan penyakit
Asuhan keperawatan kehamilan tidak saja bermanfaat buat ibu, tetapi juga bagi janin. Beberapa penyakit dapat menular dari ibu hamil ke bayi, di antaranya hepatitis B, HIV, dan sifilis. Penyakit-penyakit ini mudah ditemukan dengan tes dan dapat diobati agar penyakit tersebut tidak menular ke janin yang dikandung. Kementerian Kesehatan menganjurkan semua ibu hamil menjalani screening ketiga penyakit tersebut. Jika negatif, tentu menggembirakan, tetapi jika positif dapat diobati sehingga tak menular ke janin.
Baca juga : Target Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil Sulit Tercapai
Anda perlu bertemu dengan dokter untuk mendapat pengawasan mengenai keadaan kehamilan, pertumbuhan janin, serta perencanaan persalinan nanti. Jika Anda tinggal di kota besar, layanan persalinan lebih banyak, tetapi jika di desa sekalipun, layanan pesalinan sudah tersebar sampai ke daerah terpencil.
Untuk persalinan pertama sangat dianjurkan di layanan kesehatan karena banyak hal yang harus diawasi, misalnya perbandingan lingkar kepala bayi dan panggul, perdarahan, dan sebagainya. Jika terdapat kesulitan, akan segera dapat ditanggulangi.
Kehamilan adalah anugerah Allah yang patut kita syukuri. Kita harus menjaga agar kehamilan ini berjalan baik, juga persalinan lancar dan aman. Layanan kesehatan kita berusaha untuk menyediakan layanan sebaik-baiknya untuk ibu hamil, termasuk ibu hamil yang kurang mampu.
Dalam masa pandemi Covid-19 ini memang ada beberapa penyesuaian. Pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan screening dan pada keadaan tertentu mungkin perlu tes PCR. Jika ibu hamil negatif, akan mendapat layanan di zona hijau, yaitu layanan yang diharapkan bebas dari Covid-19. Jika positif, akan dilayani di zona merah, yaitu zona yang berisiko tinggi terhadap Covid-19. Baik di zona hijau maupun zona merah, pelayanan kesehatan akan diberikan dengan sebaik-baiknya. Pembagian zona ini adalah untuk mengurangi risiko penularan.
Anda tentu sudah memahami air susu ibu (ASI) eksklusif merupakan nutrisi terbaik untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah itu, baru bayi mendapat makanan tambahan selain ASI. Ibu yang positif Covid-19 sudah tentu ingin tetap mengamalkan hal terbaik bagi bayinya, yaitu ASI eksklusif.
Baca juga : Covid-19 Tidak Menghentikan Saya untuk Tetap Menyusui
Ibu yang positif sekalipun masih dapat memberikan ASI eksklusif, tetapi dengan kehati-hatian untuk tidak menularkan Covid-19 kepada bayinya semasa menyusui. Salah satu caranya adalah ASI ibu diperas dan baru diberikan kepada bayi. Semua ini dapat Anda baca di buku pedoman pemeliharaan kehamilan dan persalinan di masa pandemi Covid-19 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan.
Nah, sekali lagi saya mengucapkan selamat kepada Anda dan suami. Terus jaga kesehatan. Semoga bisnis Anda juga bertambah maju sehingga dapat menambah pendapatan keluarga secara nyata. Saya doakan agar Anda sekeluarga sehat selalu, Anda dianugerahi anak yang sehat, berbakti kepada orangtua dan masyarakat kita.