Puncak gelombang Omicron yang diprediksi pada akhir Februari 2022 tinggal hitungan hari. Kepedulian melindungi kelompok rentan, seperti lansia, anak-anak, dan penderita komorbid, akan mencegah timbulnya banyak korban.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Gelombang varian Omicron yang memicu lonjakan kasus Covid-19 mengirim sinyal bahaya bagi kelompok rentan, seperti warga lanjut usia, mereka dengan penyakit penyerta, dan anak-anak. Jika terinfeksi, mereka wajib mendapatkan proteksi ketat dalam menjalani isolasi agar tak menimbulkan keparahan. Perlindungan terhadap mereka menuntut kepedulian orang-orang di sekitarnya.
Ny Azka Pradhani (30) merasakan meriang, Selasa (8/2/2022) malam. Keesokan paginya, tubuhnya menggigil. Suhu badannya 38 derajat celsius.
Warga Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu juga mengalami batuk, pusing, dan badannya pegal-pegal. Karena curiga yang dialami mirip gejala Covid-19, ia dan anaknya yang masih berusia tiga tahun melakukan tes antigen. Hasilnya, mereka terkonfirmasi positif Covid-19. Hasil tes PCR juga sama.
Azka dan anaknya tinggal bersama tiga anggota keluarga lainnya, yaitu ayahnya (61), ibunya (59), dan adiknya (21).
”Ketika aku dan anak terkonfirmasi positif, kami langsung isolasi di kamar terpisah. Anak juga mengalami (suhu badan) panas,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (12/2/2022).
Isolasi terpisah dimaksudkan untuk mencegah penularan terhadap anggota keluarga lainnya. Namun, saat melakukan tes antigen, Jumat (11/2/2022) pagi, ayah, ibu, dan adiknya juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Azka menuturkan, ayahnya yang sudah mendapat vaksin penguat tidak bergejala. Sementara ibunya yang telah divaksin dosis lengkap mengalami batuk ringan.
”Karena masih memungkinkan, kami semua isoman (isolasi mandiri) di rumah saja. Kecuali anak, kami semua pakai masker di rumah. Selain minum obat, antivirus, dan vitamin, juga konsultasi dokter secara daring (lewat aplikasi kesehatan),” paparnya.
Azka mengatakan, beberapa obat diperoleh melalui layanan telemedicine (pengobatan jarak jauh) dari Kementerian Kesehatan. Namun, ia juga membeli beberapa obat dan vitamin lain, terutama untuk anaknya.
Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Siti Setiati mengatakan, kelompok lansia (terutama mempunyai komorbid) dan anak-anak sangat rentan tertular Covid-19. ”Dua kelompok ini seperti dua kutub. Imunitas lansia mulai menurun, sementara imunitas anak-anak belum terbentuk dengan baik,” katanya.
Perlindungan terhadap warga lansia dan anak-anak sangat memerlukan kepedulian orang-orang di sekitarnya. Salah satunya dalam menjalani isolasi di rumah jika terpapar Covid-19.
”Kalau sebelumnya pakai masker hanya di luar rumah, saat lonjakan kasus saat ini seharusnya setiap anggota keluarga di rumah pun harus pakai masker dan jaga jarak. Khusus lansia, dipisahkan di kamar terpisah,” katanya.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, terdapat penambahan 55.209 kasus baru, Sabtu (12/2/2022). Kasus harian itu meningkat lebih dari 20 kali lipat dibandingkan dua pekan sebelumnya dengan 2.590 kasus.
Menurut Siti yang juga Ketua Umum Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi), banyak warga lansia memiliki lebih dari dua penyakit penyerta sehingga memerlukan proteksi ketat. Komorbid berpotensi menyebabkan keparahan saat terinfeksi Covid-19.
Dua kelompok ini seperti dua kutub. Imunitas lansia mulai menurun, sementara imunitas anak-anak belum terbentuk dengan baik.
Oleh sebab itu, anggota keluarga yang lebih muda diminta untuk proaktif menjalani tes Covid-19, terutama saat mobilitas sedang tinggi. ”Orang muda banyak tidak bergejala. Ini sangat menyulitkan. Dia tidak merasakan apa-apa sehingga bebas buka masker di rumah. Padahal, itu berisiko jika berinteraksi dengan lansia,” ujarnya.
Siti menambahkan, vaksinasi lengkap dan penguat bisa mencegah keparahan pada kelompok lansia. Namun, cakupan vaksinasi terhadap kelompok ini belum maksimal.
Sasaran vaksinasi Covid-19 untuk warga lansia di Tanah Air sebanyak 21,55 juta jiwa. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga Minggu (13/2/2022) pukul 18.00 WIB, cakupannya mencapai 73,89 persen untuk dosis kesatu dan 50,38 persen dosis kedua. Sementara cakupan vaksinasi dosis ketiga atau penguat baru 4,85 persen.
Menurut Siti, terdapat beragam kendala vaksinasi terhadap warga lansia, salah satunya persepsi keliru yang menganggap vaksin tidak aman. ”Padahal, vaksin, apalagi sampai booster, sangat penting untuk melindungi lansia. Jadi, cakupannya harus dioptimalkan,” ujarnya.
Puncak gelombang Omicron yang diprediksi terjadi pada akhir Februari tinggal menunggu hitungan hari. Kepedulian melindungi kelompok rentan akan menjadi langkah krusial agar dampak tingginya penularan yang menelan banyak korban seperti gelombang Delta tahun lalu tidak terulang.