Mutasi virus Covid-19 terus terjadi sehingga semakin menyulitkan pengendalian pandemi. Produsen vaksin asal China, Sinovac Biotech, mengembangkan vaksin multivarian yang diharapkan bisa melawan berbagai varian virus itu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan riset dan pembuat vaksin asal China, Sinovac Biotech Ltd, mengembangkan vaksin Covid-19 multivarian. Pengembangan vaksin berbasis virus yang sudah dimatikan atau inactivated itu diharapkan dapat melawan berbagai varian SARS-CoV-2.
Vice President Sinovac Biotech Ltd Weining Meng mengatakan, vaksin dengan platform virus inactivated masih efektif melawan varian Covid-19 yang ada. Melalui pengembangan itu, vaksin Coronavac buatan Sinovac mampu meningkatkan respons kekebalan terhadap berbagai varian yang akan muncul.
”Jadi, nanti akan ada vaksin multivarian. Kami masih mengembangkannya untuk mencakup sebanyak mungkin varian sehingga Coronavac semakin efektif (melawan Covid-19),” ujarnya dalam sesi edukasi media secara daring, Selasa (8/2/2022).
Pengembangan vaksin diperlukan karena virus terus bermutasi menjadi varian baru. Saat ini, vaksin Coronavac telah digunakan di sejumlah negara termasuk Indonesia, baik sebagai vaksin primer (dosis satu dan dua) serta dosis penguat (booster).
Meng menuturkan, seperti vaksin sebelumnya, pengembangan vaksin multivarian juga harus melalui uji klinik. Setelah melalui tahapan itu, vaksin akan diproduksi dan siap didistribusikan ke sejumlah negara sehingga pandemi dapat lebih terkendali.
”Kami mempunyai visi memasok vaksin untuk mengeliminasi penyakit. Kami siap berkolaborasi dengan para mitra di berbagai negara,” katanya.
Meng mengutarakan, hingga Januari 2022, pihaknya telah memproduksi 2,7 miliar dosis vaksin Coronavac yang didistribusikan ke puluhan negara di Asia, Eropa, Amerika Selatan, dan Afrika. Tak hanya untuk orang dewasa, vaksin ini juga telah digunakan kepada anak berusia 3-17 tahun.
”Coronavac merupakan vaksin pertama yang merespons pandemi Covid-19 di Indonesia. Sejak April 2020, kami sudah membangun komunikasi dengan mitra di sana, PT Bio Farma,” ucapnya.
Hingga Januari 2022, Sinovac sudah memasok 280 juta dosis vaksin ke Indonesia. Bahkan, Bio Farma juga memproduksi vaksin dari bulk buatan Sinovac. Produk tersebut diberi nama vaksin Covid-19 Bio Farma.
Dalam proses uji klinik, Sinovac juga melibatkan ahli dari universitas di Indonesia. Kolaborasi banyak pihak dinilai sangat penting dalam mengendalikan pandemi Covid-19 yang melanda dalam dua tahun terakhir.
”Kami bekerja sama dengan Bio Farma dan perusahaan di negara lain untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selain China, Indonesia menjadi negara yang memproduksi Coronavac besar-besaran di tingkat domestik,” jelasnya.
Varian Omicron
Meng menambahkan, Omicron menjadi varian yang sangat mengkhawatirkan karena telah memicu lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara. Bahkan, kasus harian di beberapa negara telah melewati gelombang Delta pada tahun lalu.
Akan tetapi, Meng mengklaim, vaksinasi primer menggunakan Coronavac masih efektif melawan Omicron. Sementara pemberian vaksin penguat mampu meningkatkan antibodi hingga 95 persen.
”Booster Coronavac masih cukup memadai melindungi dari Omicron. Vaksin ini bisa membangkitkan sel T untuk melawan virus,” katanya.
Meng menambahkan, pihaknya juga sedang mengembangkan vaksin khusus Omicron. Studi pengujian terhadap hewan telah dilakukan pada Desember 2021. Data studi tersebut masih dievaluasi dan didiskusikan oleh sejumlah ahli.
Akan tetapi, tim peneliti dari Yale School of Public Health, Amerika Serikat, dan Kementerian Kesehatan Republik Dominika menemukan bahwa vaksin Covid-19 dari Sinovac tidak efektif melawan Omicron.
Kajian yang dimuat di jurnal Nature Medicine, Kamis (20/1/2022), menyebutkan, mereka yang menerima dua suntikan standar vaksin Sinovac tidak menghasilkan antibodi penetral melawan infeksi Omicron.
Selain itu, orang yang menerima dua suntikan Sinovac ditambah penguat vaksin mRNA memiliki tingkat antibodi yang hampir sama dengan mereka yang menerima dua suntikan vaksin mRNA tanpa suntikan penguat (Kompas, 22/1/2022).
Akiko Iwasaki, Profesor Imunobiologi dari Yale University, mengatakan, suntikan penguat sedikitnya dua kali diperlukan bagi mereka yang telah mendapatkan suntikan Sinovac. ”Suntikan penguat jelas diperlukan dalam populasi ini karena kita tahu bahwa dua dosis vaksin mRNA sekalipun tidak memberikan perlindungan yang cukup terhadap infeksi Omicron,” ujarnya.