Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Luar Jawa-Bali
Lonjakan kasus Covid-19 di luar Jawa-Bali diprediksi terjadi dalam 3-4 pekan ke depan. Pemerintah daerah diminta menyiapkan sejumlah antisipasi, salah satunya memastikan ketersediaan tempat isolasi terpusat (isoter)
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kasus harian Covid-19 di Indonesia dua pekan terakhir didominasi dari wilayah Jawa-Bali. Jika berkaca dari gelombang penularan varian Delta tahun lalu, lonjakan kasus akan menyusul terjadi di luar Jawa-Bali dalam 3-4 pekan berselang. Masyarakat diimbau tetap tenang, tetapi tetap waspada menghadapi penyebaran varian Omicron yang lebih menular.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, terdapat 36.057 kasus baru, Minggu (6/2/2022). Padahal, kasus harian dua pekan lalu masih di bawah 3.000 kasus. Penambahan kasus ini mayoritas berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali.
”Sebulan ke depan harus berhati-hati untuk luar Jawa-Bali karena akan terjadi pola (kenaikan kasus Covid-19) seperti yang terlihat saat gelombang Delta (Juli-Agustus 2021) ataupun puncak pertama (Januari 2021),” kata Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Lonjakan kasus di Jawa-Bali dalam beberapa pekan terakhir didominasi kasus tanpa gejala dan bergejala ringan. Keterisian rumah sakit secara nasional mencapai 23,35 persen dari kapasitas 81.235 tempat tidur. Namun, di DKI Jakarta yang menjadi episentrum penularan Covid-19, okupansinya sudah di atas 60 persen.
Melebihi puncak kasus Delta
Sejak kasus pertamanya di Indonesia diumumkan pada pertengahan Desember 2021, jumlah kasus Omicron telah mencapai 3.914 orang. Penyebaran varian ini menyebabkan lonjakan kasus sangat tinggi dalam waktu cepat. Bahkan, di kawasan Tangerang Raya dan Depok, penambahan kasus harian telah melewati puncak penularan varian Delta.
Kasus aktif Covid-19 di Kota Bekasi, Jabar, mencapai 10.124 kasus dan 9.721 kasus di antaranya menjalani isolasi mandiri. Sementara Pemerintah Kota Surabaya, Jatim, menyiapkan Rumah Sakit Lapangan Tembak untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19.
Adapun lima hari terakhir, kasus Covid-19 di DKI Jakarta meningkat signifikan. Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan kenaikan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat kepada pemerintah pusat.
Menurut Nadia, jika laju penularan tidak segera ditekan, kasus di daerah lain juga berpotensi menyusul melewati puncak Delta. Oleh sebab itu, masyarakat terus diingatkan untuk meningkatkan disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes).
”Penambahan angka konfirmasi harian memang cenderung tinggi. Namun, masyarakat tidak perlu terpaku pada jumlah tersebut dan jangan panik karena sebagian besar gejala yang ditunjukkan pasien meliputi gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali. Lama masa perawatan juga lebih sebentar dibandingkan kasus varian lainnya,” tuturnya.
Nadia menyampaikan kemungkinan terjadi kenaikan kasus yang tinggi dalam 2-3 minggu ke depan. Namun, tingkat keparahan dan kematian Omicron lebih rendah dibandingkan varian lain. Jadi, rumah sakit akan difokuskan pada kasus bergejala sedang hingga kritis.
Masyarakat yang terpapar Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan dianjurkan melakukan isolasi mandiri di rumah atau tempat isolasi terpusat. Gejala ringan yang dimaksud, seperti batuk, pilek, dan demam dengan saturasi oksigen masih di atas 95 persen.
Syarat lainnya berusia di bawah 45 tahun dan tidak mempunyai komorbid atau penyakit penyerta. ”Jika masyarakat yang terpapar menjalankan imbauan ini, sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan, angka keterisian rumah sakit bisa berkurang hingga 60-70 persen,” ucapnya.
Meski dampak keparahan Omicron lebih ringan daripada Delta, lonjakan kasus meningkatkan risiko kematian pasien dengan komorbid dan lanjut usia serta memperbanyak penderita Covid-19 berkepanjangan (long Covid-19). ”Jumlah pasien Covid-19 yang kami rawat meningkat,” kata dokter Eva Sri Diana, dokter spesialis paru yang bertugas di Jakarta.
Oleh karena itu, menurut Nadia, selain meningkatkan protokol kesehatan, cakupan vaksinasi perlu dioptimalkan sebelum memasuki puncak penularan yang diprediksi pada akhir Februari- Maret 2022. Hingga Minggu pukul 18.00, dari 208,26 juta sasaran, vaksinasi dosis pertama telah mencapai 89,60 persen dan dosis kedua 62,94 persen. Akan tetapi, vaksinasi dosis lengkap (dua dosis) pada lansia masih di bawah 50 persen.
Nadia mengatakan, jumlah warga lanjut usia terpapar Covid-19 yang dirawat di rumah sakit juga terus meningkat. Dari 1.129 orang pada 1 Februari lalu menjadi 1.704 orang, Jumat (4/2/2022).
”Lansia semakin banyak terkena (Covid-19). Ini harus kita jaga agar para lansia segera booster (vaksin penguat). Selain itu juga mengendalikan komorbid,” ujarnya.
Anggota Komisi IX DPR dari Partai Keadilan Sejahtera, Netty Prasetiyani, mengatakan, penularan Omicron tidak boleh diremehkan. Ia menilai ancaman gelombang ketiga penularan Covid-19 sudah di depan mata sehingga mesti segera diantisipasi.
”Pengalaman saat menghadapi gelombang Delta harus menjadi pelajaran berharga untuk terus memperbaiki tata kelola penanganan pandemi di Tanah Air,” katanya.
Netty meminta warga agar tidak panik tetapi tetap waspada. Pemerintah didorong menyiapkan beragam kebutuhan menghadapi lonjakan kasus tersebut.
”Berapa tempat tidur yang dibutuhkan, ketersediaan obat-obatan, alat kesehatan, dan percepatan vaksinasi. Ini akan menjadi kesiapan kita menghadapi Covid-19,” jelasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta pemerintah daerah mengaktifkan kembali tempat isoter yang telah disediakan saat gelombang kasus Covid-19 sebelumnya. Hal ini untuk mengantisipasi jika kebutuhan isolasi terus meningkat.
”Mohon segera mempersiapkan tempat isoter agar kapasitas fasilitas kesehatan jangan sampai penuh,” ucapnya. (AHMAD ARIF/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO/STEFANUS ATO/HELENA NABABAN)