Kasus Melonjak akibat Omicron, Presiden Minta Segera Evaluasi Level PPKM
Perkembangan terkini kasus Covid-19 tercatat kenaikan hingga 27.197 kasus per Kamis, 3 Februari 2022. Presiden Joko Widodo pun memerintahkan agar segera dilakukan evaluasi level PPKM.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Presiden Joko Widodo memerintahkan jajarannya untuk segera mengevaluasi level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kepala daerah berikut jajarannya dengan dibantu Tentara Nasional Indonesia serta Kepolisian Negara Republik Indonesia pun diminta memastikan penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat serta menjalankan dan mempercepat vaksinasi.
”Saya telah memerintahkan Menko Marinves (Kemaritiman dan Investasi) selaku koordinator PPKM Jawa dan Bali serta Menko Perekonomian selaku koordinator PPKM luar Jawa Bali untuk segera mengevaluasi level PPKM,” kata Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pernyataan pers secara daring terkait perkembangan Covid-19 terkini dari Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (3/2/2022).
Saya telah memerintahkan Menko Marinves selaku koordinator PPKM Jawa dan Bali serta Menko Perekonomian selaku koordinator PPKM luar Jawa Bali untuk segera mengevaluasi level PPKM.
Kepala Negara pun meminta gubernur, bupati, wali kota, dan jajaran pemerintah daerah dibantu jajaran TNI dan Polri untuk memastikan penerapan protokol kesehatan dilaksanakan oleh masyarakat dan vaksinasi terus dijalankan dan dipercepat.
”Saya kembali mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dalam menghadapi berbagai varian baru Covid-19. Tetap disiplin menjaga protokol kesehatan dan kurangi aktivitas yang tidak perlu,” ujarnya.
Presiden Jokowi mengingatkan masyarakat yang belum divaksinasi agar segera divaksin. Demikian pula masyarakat yang sudah divaksin lengkap dan sudah waktunya untuk disuntik vaksin penguat agar segera mendapatkan vaksin penguat tersebut.
Pernyataan ini disampaikan Kepala Negara menyikapi perkembangan terkini kasus Covid-19 yang mencatat kenaikan hingga 27.197 kasus per hari Kamis ini.
Mengawali pernyataannya, Presiden Jokowi menuturkan bahwa lonjakan ini sudah diperkirakan dan diantisipasi oleh pemerintah dengan kesiapan-kesiapan yang sudah jauh lebih baik dibandingkan pada tahun-tahun lalu, baik dari segi rumah sakit, obat-obatan dan oksigen, fasilitas isolasi, maupun tenaga kesehatan.
”Dan, kondisi rumah sakit hingga saat ini juga masih terkendali. Untuk itu, saya minta Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya untuk tetap tenang. Varian Omicron ini memang tingkat penularannya tinggi, namun tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan varian Delta,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Hal ini dapat terlihat dari kasus Covid-19 di beberapa negara dengan tingkat keterisian rumah sakit relatif rendah. Hal ini juga termasuk di Indonesia, meskipun kasusnya melonjak tinggi, keterisian di rumah sakit masih terkendali.
”Perlu saya sampaikan bahwa varian Omicron dapat disembuhkan tanpa harus ke rumah sakit. Pasien yang terpapar varian ini cukup melakukan isolasi secara mandiri di rumah, minum obat dan multivitamin, dan segera tes kembali setelah lima hari,” ujar Presiden Jokowi.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Agustin Kusumayati dalam acara Satu Meja the Forum bertajuk ”Gelombang Ketiga Pandemi” yang disiarkan Kompas TV, Rabu (2/2/2022) malam, menuturkanjumlah kasus Covid-19 akibat varian Omicron bisa lebih banyak dibandingkan dengan varian Delta karena kemampuan varian Omicron untuk menular memang lebih kuat.
Menurut Agustin, rumus menghadapi wabah Covid-19 tidak berubah dan sudah dilakukan saat terjadi gelombang kedua lalu. Rumus itu mencakup siklus pencegahan, deteksi, dan respons. Hal pertama yang perlu diperkuat ialah upaya preventif untuk mencegah penularan atau transmisi Covid-19 melalui gerakan 5M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengatur mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Selanjutnya, kemampuan deteksi di daerah-daerah yang belum sebaik dan semasif di Jakarta perlu didorong. Hal ini dibutuhkan agar identifikasi dapat dilakukan secara efektif, dini, dan cepat untuk mencegah berlanjutnya penularan.
Ketua Bidang Komunikasi Publik Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Hery Trianto menuturkan, selain menyelesaikan masalah di sektor hulu, pada situasi darurat penularan tinggi seperti sekarang juga perlu dilakukan penyiapan sedemikian rupa di bagian hilir. Isolasi terpusat pun mesti disiapkan karena tidak semua orang layak dirawat di rumah sakit. Sebab, dampak Omicron ini sebagian besar bergejala ringan dan tanpa gejala.
”Untuk mengedukasi mereka, bagaimana kalau mereka tidak bergejala atau bergejala ringan, ini kan juga tidak mudah. Kalau tidak hati-hati, justru menimbulkan kluster penularan baru. (Edukasi masyarakat) ini merupakan pekerjaan besar lagi pada kita semua untuk menjaga situasi ini,” kata Hery.