Hingga 2040, diperkirakan ada 29,5 juta kasus baru kanker dengan 16,3 juta kematian di dunia. Kesenjangan pelayanan kanker pun mesti diatasi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesenjangan pelayanan kanker di Indonesia, seperti ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, mesti diselesaikan agar pasien dapat segera ditangani. Semakin cepat kanker dideteksi dan ditangani, semakin besar pula angka harapan hidup pasien.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, penanganan kanker terkendala beberapa hal, seperti kondisi geografis Indonesia yang luas dan beragam. Penyebaran fasilitas kesehatan pun tidak merata dan terpusat di kota besar seperti Jakarta.
Hal ini membuat pasien tidak bisa langsung mendapatkan penanganan. Akibatnya, kanker rawan berkembang ke stadium lanjut yang lebih sulit diobati dibandingkan stadium awal. Kanker yang terlambat diobati dapat menyebabkan kematian.
”Gap (kesenjangan) pada pelayanan kanker mesti dikurangi, bahkan dihilangkan,” kata Maxi pada konferensi pers daring, Rabu (2/2/22). ”Pak Menteri Kesehatan meminta agar ada penguatan layanan primer dan deteksi dini penyakit tidak menular, termasuk kanker,” tambahnya.
Selain itu, transformasi sistem kesehatan akan dilakukan. Transformasi tersebut mencakup transformasi di bidang layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan, sumber daya manusia kesehatan, dan teknologi (Kompas.id, 12/11/2021). Maxi berharap agar transformasi tersebut mendorong pemerataan pelayanan kanker ke seluruh daerah. Kanker termasuk salah satu penyakit tidak menular yang penanganannya mendapatkan perhatian pemerintah.
Gap (kesenjangan) pada pelayanan kanker mesti dikurangi, bahkan dihilangkan.
Menurut data Global Cancer Observatory (Globocan) 2018, ada 18,1 juta kasus baru kanker di dunia dan jumlah kematian akibat kanker 9,6 juta kasus. Asia merupakan wilayah dengan kasus kanker tertinggi, yaitu lebih dari 8,7 juta kasus atau 48,4 persen dari total kasus kanker di dunia. Jumlah kematian akibat kanker di Asia pun tertinggi, lebih dari 5,4 juta kematian atau 57,3 persen dari kematian akibat kanker di dunia.
Data Globocan 2020 mencatat, ada 396.914 kasus kanker baru di Indonesia dengan tingkat kematian mencapai 234.511 kasus.
Kanker masih akan menjadi masalah kesehatan dunia. Hingga 2040, diperkirakan ada 29,5 juta kasus baru kanker dengan 16,3 juta kematian di dunia. Selain itu, diprediksi pula ada satu diagnosis kanker per 1,1 detik dan satu orang meninggal akibat kanker tiap 2 detik.
Bisa dicegah
Pelaksana Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Elvieda Sariwati mengatakan, 43 persen kematian akibat kanker bisa dicegah. Pencegahan ini hanya mungkin jika kanker didiagnosis pada stadium awal, yakni stadium I dan II. Namun, 70 persen kasus kanker yang terdeteksi sudah di stadium lanjut.
Untuk itu, pemerintah menyusun strategi nasional penanggulangan kanker periode 2022-2024. Strategi ini fokus ke penanganan kanker payudara dan kanker leher rahim. Keduanya adalah jenis kanker terbanyak di Indonesia. Pada 2020, jumlah kasus kanker payudara lebih dari 65.000 dan kanker serviks lebih dari 36.000.
”Hingga 2024, ditargetkan 80 persen perempuan berusia 30-50 tahun mendapatkan deteksi dini kanker payudara. Target lain adalah mendiagnosis 40 persen kasus kanker payudara di stadium awal serta memberi pengobatan paling lambat 90 hari setelah diagnosis,” kata Elvieda.
Target-target serupa juga berlaku untuk penanganan kanker serviks. Pemerintah menambahkan imunisasi HPV (human papilomavirus) dalam tata laksana pencegahan kanker serviks.
Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia Linda Agum Gumelar menambahkan, deteksi dini kanker memperbesar angka harapan hidup pasien. Hal ini, pada akhirnya, akan memengaruhi produktivitas hingga kehidupan sosial dan ekonomi keluarga pasien.
Sebelumnya, beban pembiayaan kanker di Indonesia pada 2020 mencapai Rp 3,5 triliun. Pada 2019, pembiayaan kanker mencapai Rp 4 triliun.
”Kami bermitra dengan pemerintah, organisasi masyarakat, serta rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan (untuk penanganan kanker). Kami melakukan edukasi, sosialisasi penapisan, deteksi dini kanker payudara, dan menyiapkan mobil mamografi,” ucap Linda.