Konsumsi Obat Darah Tinggi dalam Jangka Waktu Lama Picu Kerusakan Ginjal
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi obat untuk mengobati tekanan darah tinggi dan gagal jantung dalam jangka panjang dapat berkontribusi terhadap kerusakan ginjal.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·2 menit baca
Hasil penelitian terbaru dari University of Virginia Health System, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa mengonsumsi obat untuk mengobati tekanan darah tinggi dan gagal jantung dalam jangka panjang dapat berkontribusi terhadap kerusakan ginjal. Hasil penelitian ini telah terbit di jurnal JCI Insight, November 2021.
”Studi kami menunjukkan bahwa sel-sel yang memproduksi sel renin berkontribusi terhadap kerusakan ginjal. Saat ini kami tengah fokus melihat bagaimana sel-sel ini dapat mempertahankan kita dari penurunan tekanan darah,” ujar Maria Luisa Sequeira Lopez MD dari Pusat Penelitian Kesehatan Anak dan Kesehatan Anak Departemen UVA dikutip dari situs resmi University of Virginia Health System (UVA), Selasa (11/1/2022).
Tekanan darah tinggi kronis telah memengaruhi satu miliar orang di seluruh dunia. Kondisi ini membuat para peneliti UVA meneliti penyebab kondisi ini semakin parah yang disertai dengan penebalan arteri dan pembuluh darah kecil di ginjal hingga menyebabkan kerusakan organ.
Studi prospektif terkontrol secara acak sangat penting dilakukan untuk menentukan tingkat kerusakan fungsional dan jaringan pada pasien yang memakai obat untuk mengontrol tekanan darah.
Para peneliti menemukan bahwa sel ginjal khusus yang disebut sel renin merupakan hormon vital yang membantu tubuh mengatur tekanan darah. Akan tetapi, perubahan berbahaya pada sel renin dapat menyebabkan sel menyerang dinding pembuluh darah ginjal.
Sel renin kemudian memicu penumpukan jenis sel lain seperti sel otot polos yang menyebabkan pembuluh darah menebal dan kaku. Pada akhirnya, darah tidak dapat mengalir melalui ginjal sebagaimana mestinya.
Lebih lanjut, para peneliti menemukan, penggunaan obat-obatan jangka panjang yang menghambat sistem renin-angiotensin, seperti penghambat ACE atau penghambat reseptor angiotensin, memiliki efek yang serupa. Obat ini banyak digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk mengobati tekanan darah tinggi, gagal jantung kongestif dan serangan jantung, serta untuk mencegah masalah jantung utama.
Para peneliti mencatat bahwa obat-obatan memang dapat menyelamatkan nyawa pasien sehingga mereka tetap menekankan pentingnya mengonsumsi obat-obatan tersebut. Namun, untuk lebih memahami efek jangka panjang obat pada ginjal perlu dilakukan studi lanjutan yang lebih komprehensif.
Ariel Gomez dari Departemen Pediatrics and Child Health Research Center UVA menegaskan, studi prospektif terkontrol secara acak sangat penting dilakukan untuk menentukan tingkat kerusakan fungsional dan jaringan pada pasien yang memakai obat untuk mengontrol tekanan darah.
”Sangat penting untuk mengetahui molekul apa yang dibuat sel-sel ini. Dengan mengetahuinya, kami dapat melawan kondisi tersebut untuk mencegah kerusakan saat hipertensi diobati dengan obat yang tersedia saat ini,” katanya.