Gelombang kasus Covid-19 karena meluasnya penularan varian Omicron tak terhindarkan lagi. Peningkatan jumlah kasus diprediksi terus terjadi hingga Februari 2022.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Ancaman tsunami kasus Covid-19 seiring meluasnya penularan varian Omicron membayangi berbagai negara, termasuk Indonesia. Mitigasi lonjakan kasus penyakit infeksi itu mesti dilakukan agar tak melebihi kapasitas layanan fasilitas kesehatan sehingga jumlah korban tidak tinggi.
Ancaman tsunami kasus Covid-19 akibat merebaknya kombinasi infeksi varian Omicron dan Delta membayangi dunia. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros A Ghebreyesus dalam keterangan pers mengingatkan ancaman kembar dari dua varian tersebut. ”Ini terus memberikan tekanan besar kepada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan di ambang kehancuran,” ujarnya.
Peningkatan kembali kasus Covid-19 di Indonesia terlihat sejak awal Januari 2022 dengan tren penambahan kasus harian. Minggu (9/1/2022), jumlah kasus di Indonesia bertambah 529 kasus sehari, lebih dari dua kali lipat dari penambahan kasus harian pada Desember 2021 yang rata-rata 200 kasus. Mayoritas penambahan kasus harian Covid-19 ini berasal dari DKI Jakarta seiring meningkatnya temuan Omicron.
”Semestinya kondisi ini dibaca sebagai lampu kuning. Tingkatkan kewaspadaan, terutama di daerah yang banyak menyumbang kasus beberapa hari terakhir, seperti DKI Jakarta dan Kepulauan Riau,” kata Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan di Jakarta, Minggu. Peningkatan kewaspadaan itu bisa dilakukan, antara lain, dengan menaikkan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat.
Sulit dihindari
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia sulit dihindari. ”Kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 kali ini tak setinggi saat Indonesia dilanda gelombang Delta," ujarnya.
Berdasarkan proyeksi Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), secara global kasus harian Covid-19 yang butuh perawatan di rumah sakit akan melonjak akhir Januari 2022 dan kasus kematian akibat Covid-19 meningkat pada Februari 2022. ”Puncak gelombang ketiga kasus Covid-19 di Indonesia kemungkinan terjadi Februari sampai Maret 2022,” kata epidemiolog di Griffith University, Dicky Budiman.
Semestinya kondisi ini dibaca sebagai lampu kuning. Tingkatkan kewaspadaan, terutama di daerah yang banyak menyumbang kasus beberapa hari terakhir, seperti DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.
”Proyeksi puncak kasus Covid-19 kini kompleks karena banyak penduduk sudah divaksin dan banyak penderita tak bergejala. Dampak Covid-19 tak hanya dari Omicron, tetapi juga dari varian Delta. Dari pola negara-negara lain, puncak kasus Covid-19 di Indonesia kemungkinan pada Februari dan Maret 2022,” katanya. Jika gelombang Omicron meninggi, bisa menulari kelompok rentan yang belum divaksin.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara Satu Meja di Kompas TV menyatakan, gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron akan terjadi di Indonesia. Puncak orang terinfeksi bisa melebihi gelombang kedua Juli 2021, tetapi akan cepat turun. Persentase masuk ke rumah sakit atau keparahan lebih rendah daripada Delta. Karena itu, ucap Budi, kita tak boleh abai dan harus tetap disiplin protokol kesehatan.
Kementerian Kesehatan per 8 Januari 2022 mencatat 318 kasus varian Omicron di Indonesia dan 295 kasus di antaranya dari pelaku perjalanan luar negeri. Kasus Omicron pertama kali dilaporkan pada 16 Desember 2021.
”Kasus penularan Omicron di Indonesia masih terkendali, bisa ditangani. Penambahan kasus tak hanya karena Omicron, tetapi juga dampak libur panjang akhir tahun,” kata Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting.
Menurut Iwan, tingginya tingkat penularan di populasi, ditambah vaksinasi, menyebabkan mayoritas orang Indonesia memiliki antibodi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. ”Bukan berarti yang punya antibodi ini kebal Covid-19. Apalagi Omicron mengurangi efektivitas vaksin. Dengan tingginya proporsi penduduk yang punya antibodi, hal ini bisa menangkal lonjakan tinggi,” ujarnya.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, 86,6 persen populasi punya antibodi SARS-CoV-2, sesuai survei serologi di 100 kabupaten/kota, November-Desember 2021.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Omicron, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tiap daerah perlu menyiapkan fasilitas isolasi terpusat guna menangani pasien tanpa gejala dan bergejala ringan. Antisipasi lonjakan kasus akibat Omicron juga dengan penguatan fasilitas kesehatan.
Sementara itu, Lurah Krukut Ilham Nurkarim menjelaskan, penguncian di empat RT di RW 002, Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, setelah 36 warga terkonfirmasi Covid-19. Kasus itu berawal dari perempuan berinisial R (55) yang kembali dari perjalanan ke luar kota dan bergejala Covid-19, lalu dari hasil tes diduga terinfeksi Omicron.
Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memantau kedatangan orang dari luar negeri setelah sejumlah pekerja migran asal Cirebon diduga terpapar Omicron. (AIK/TAN/TAM/DAN/HLN/IKI/NIK/EVY)