Pegang Presidensi G-20, Indonesia Ingin Tunjukkan Dapat Memulai Transformasi Sistem Kesehatan
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengajak warga merefleksikan dan mengevaluasi hal yang telah terjadi dan pencapaian selama ini. Pemerintah kini berupaya mentransformasi sistem kesehatan.
JAKARTA, KOMPAS — Semua pihak dapat mendukung Kementerian Kesehatan yang saat ini tengah bersiap mentransformasi sistem kesehatan yang berfokus pada enam bidang. Dukungan tersebut dapat diwujudkan warga dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi.
Adapun transformasi dimaksud mencakup transformasi bidang layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, dan teknologi kesehatan.
”Bapak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tadi pagi menyampaikan, Indonesia, sebagai presiden G-20, akan menunjukkan transformasi sistem kesehatan bisa dimulai di Indonesia. Dan, dari Indonesia, kita ikut mengubah sistem kesehatan global untuk memastikan anak cucu kita akan jauh lebih siap menghadapi kemungkinan munculnya wabah atau pandemi di masa yang akan datang,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Reisa Broto Asmoro dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (12/11/2021) sore.
Baca juga : Presiden Jokowi Dorong Penguatan Arsitektur Kesehatan Global
Pada kesempatan tersebut Reisa mengajak warga merefleksikan dan mengevaluasi hal yang telah terjadi dan pencapaian selama ini. Ada kisah inspiratif mengenai kerja keras Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar yang pernah merawat ribuan orang, tetapi hari ini merawat tidak lebih dari 10 orang.
Manajemen rumah sakit rujukan ini berupaya bersama dan dibantu Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Satgas Penanganan Covid-19 di Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian Kesehatan, dan elemen kampung tangguh melalui masa-masa kritis dengan menekan sebanyak mungkin korban.
”Pepatah asing berkata, desperate times call for desperate measures. Pada masa genting perlu tindakan penting. Rumah Sakit Saiful Anwar mengubah sebuah gedung yang disebut paviliun, yang sebelumnya menjadi entitas yang mendatangkan banyak sumber dana dan daya untuk manajemen rumah sakit, sebagai tempat pelayanan terpadu Covid-19,” ujar Reisa.
Pepatah asing berkata, desperate times call for desperate measures. Pada masa genting perlu tindakan penting.
Reisa menuturkan, hal itu merupakan prinsip isolasi dan bendung penularan yang kemudian diterjemahkan oleh manajemen rumah sakit dalam bentuk hospital disaster and pandemic plan, yakni sebuah dokumen kesiapsiagaan yang menjadi rujukan penanganan Covid-19 di rumah sakit itu. Sebuah keputusan yang tak mudah, tetapi terbukti banyak menyelamatkan nyawa. Keputusan cepat yang disebutnya terbukti tepat.
Baca juga : Jeli Ambil Keputusan di Saat Genting, Keteladanan Jenderal Eisenhower untuk Atasi Pandemi
Menurut pimpinan Rumah Sakit Saiful Anwar yang baru-baru ini menceritakan kisah mereka, pada masa-masa yang lebih membaik, instalasi tersebut akan difungsikan sebagai pelayanan terpusat bagi penyakit menular lainnya. ”Sekali lagi, pandemi memberikan hikmah agar kita membangun resistensi, ketahanan kesehatan lebih tangguh dari sebelumnya,” kata Reisa.
Ketangguhan juga dipertontonkan warga RW 012 Desa Randuagung, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jatim, dalam membangun kampung tangguh dengan pemberdayaan Kepolisian Daerah Jatim dan Kodam Brawijaya. Akses dan jejaring komunikasi dibuka ke berbagai pihak, sehingga pada saat puncak kasus terjadi pada Juli 2021, pimpinan RW mudah mengakses ambulans, rumah sakit, dan bahkan informasi serta berita-berita akurat dari pemerintah pusat.
Baca juga : ”Operasi Militer” Bernama Penanganan Pandemi Covid-19
Reisa menuturkan, saat ini ketangguhan warga diwujudkan dalam pembangunan sarana dan prasarana olahraga berdasarkan prinsip gotong royong dan kekompakan warga. Perjuangan kampung tangguh dan pelayanan rumah sakit yang direformasi menjadi sangat cepat dan tanggap kepada pasien dan keluarga.
Dia mencontohkan seorang penyintas Covid-19 berusia 66 tahun yang menempuh masa-masa kritis pada Juli 2021. Sebagai pria usia lanjut yang tinggal sendirian karena anak-anaknya merantau, pasien itu dibantu banyak pihak: warga, tenaga kesehatan, dinas kesehatan, serta kenalan dan kerabat dekat.
”Pelayanan rumah sakit yang berfokus pada kenyamanan dan keselamatan pasien bahkan masih dirasakan oleh bapak yang saat ini masih menempuh terapi untuk menghadapi sindrom pasca-Covid-19 atau long Covid melalui pelayanan telemedicine,” ujar Reisa.
Setelah pasien sehat, rumah sakit tumbuh dengan menyediakan jasa berteknologi tinggi yang mengurangi mobilitas dan kontak. Gerakan menuju Sehat Negeriku dan Tumbuh Indonesiaku juga ditunjukkan oleh warga Blitar, kota pertama yang meraih pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 dan mengujicobakan adaptasi kebiasaan baru dengan pembukaan bertahap kegiatan masyarakat sejak Oktober 2021.
”Selain solidaritas yang diperlihatkan dengan saling membantu dan menaati protokol kesehatan serta peraturan PPKM darurat, seperti menurunkan mobilitas sampai dengan 30 persen, Blitar kini menggencarkan vaksinasi door to door, menjemput bola, bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses vaksin Covid-19,” kata Reisa.
Cegah gelombang ketiga
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Blitar, Kamis (11/11/2021), menyampaikan bahwa pemerintah sekarang menumbuhkan kesadaran agar menangani wabah Covid-19 dari titik sekecil apa pun sebelum menjadi besar.
”Selesaikan sebelum menyebar dengan cepat. Dalam bahasa Pak Moeldoko, kalau kita memadamkan api itu (adalah) saat apinya kecil (segera) bereskan, jangan beri kesempatan sampai dia membesar. Pesan Pak Moeldoko ini harus kita hayati untuk mencegah gelombang ketiga,” kata Reisa.
Baca juga : Pakai Masker Cara Jitu Lawan Covid-19
Oleh karena itu, Reisa mengajak warga tetap memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, selektif dalam bermobilitas, dan segera mendapatkan vaksin lengkap. ”Daftar, antar, temani mereka yang belum divaksinasi Covid-19. Pemerintah menegaskan untuk mempercepat proses vaksinasi, terutama bagi lansia,” ujarnya.
Perluasan sentra vaksinasi, pemanfaatan vaksin keliling, vaksinasi door to door, dan kampanye melalui media menjadi solusi yang harus diadopsi semua provinsi saat ini. ”Sudah lebih dari 215 juta dosis vaksin disuntikkan ke lengan orang Indonesia. Maka, tidak perlu lagi ada keraguan terhadap vaksin yang ada dan tidak perlu memilih-milih merek vaksin,” kata Reisa.
Warga diajak menggunakan vaksin yang tersedia terlebih dahulu saat ini. Pemerintah menjamin semua vaksin yang diberikan kepada masyarakat adalah vaksin yang aman, bermutu, dan berkhasiat. ”Selama prokes masih disiplin dan cakupan vaksinasi tinggi, kita bisa bersama mendukung Kementerian Kesehatan yang saat ini bersiap melakukan transformasi sistem kesehatan,” kata Reisa.
Baca juga : Pegang Presidensi G-20 pada Tahun 2022, Waspadai Jangan Sampai Covid-19 Meningkat
Secara terpisah, Kamis, Moeldoko menuturkan bahwa Indonesia pada tahun 2022 akan memiliki perhelatan besar, yakni penyelenggaraan serangkaian pertemuan dan Konferensi Tingkat Tinggi G-20. Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu pun telah ke Roma, Italia, untuk menerima estafet kepemimpinan atau presidensi G-20 ini.
”Dalam sidang kabinet kemarin, beliau berpesan, kewaspadaan kita jangan sampai turun,” kata Moeldoko.
Ia menambahkan, jangan sampai perhelatan G-20 menjadi terganggu dan bisa-bisa beberapa kepala negara tidak berani datang ke Indonesia ketika kasus Covid-19 meningkat. Dunia telah memercayai Indonesia untuk memegang presidensi G-20. Kontribusi semua pihak dibutuhkan dalam memberikan keyakinan kepada dunia untuk datang dengan aman dan nyaman ke Indonesia.