Makanan Nabati dan Sehat Menurunkan Risiko Keparahan Covid-19
Piring makanan yang diisi sayur dan berbagai menu sehat terbukti menurunkan risiko keparahan pada pasien Covid-19.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penderita obesitas dan diabetes tipe 2 diketahui lebih berisiko mengalami keparahan jika terinfeksi Covid-19, tetapi sejauh ini mekanismenya belum banyak diketahui. Riset terbaru menunjukkan, orang-orang yang pola makannya didominasi makanan nabati yang sehat memiliki risiko keparahan lebih rendah jika terpapar Covid-19.
Studi yang dipimpin para peneliti dari Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH) ini diterbitkan di jurnal Gut pada 11 September 2021. ”Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa gizi buruk adalah ciri umum di antara kelompok yang terkena dampak pandemi secara tidak proporsional, tetapi data tentang hubungan antara diet dan risiko serta tingkat keparahan Covid-19 masih kurang,” kata penulis utama Jordi Merino dari Diabetes Unit and Center for Genomic Medicine at MGH dan pengajar di Harvard Medical School dalam keterangan tertulis.
Untuk memahami kaitan diet dan risiko keparahan Covid-19 ini, Merino dan tim memeriksa data 592.571 peserta Studi Gejala Covid-19. Peserta tinggal di Inggris dan Amerika Serikat, dan direkrut mulai 24 Maret 2020, yang kemudian dipantau hingga 2 Desember 2020.
Di awal penelitian, peserta menyelesaikan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang kebiasaan diet mereka sebelum pandemi. Kualitas diet kemudian dinilai menggunakan ”Skor Diet Berbasis Tanaman” yang sehat yang menekankan makanan nabati yang sehat, seperti buah-buahan dan sayuran.
Seruan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memprioritaskan diet sehat dan kesejahteraan dengan kebijakan yang berdampak.
Selama masa tindak lanjut, sebanyak 31.831 peserta mengalami Covid-19. Dibandingkan dengan individu di kelompok terendah dari skor diet, mereka yang berada di kelompok tertinggi memiliki risiko 9 persen lebih rendah terkena Covid-19 dan risiko 41 persen lebih rendah terkena Covid-19 parah.
”Temuan ini konsisten di berbagai analisis sensitivitas yang memperhitungkan perilaku sehat lainnya, penentu sosial kesehatan dan tingkat penularan virus di masyarakat,” kata Merino.
Para peneliti juga menemukan hubungan sinergis antara pola makan yang buruk dan kekurangan sosial ekonomi dengan risiko Covid-19 yang lebih tinggi. ”Model kami memperkirakan bahwa hampir sepertiga dari kasus Covid-19 bisa dicegah jika salah satu dari dua paparan, pola diet, atau kekurangan (sosial ekonomi) tidak terjadi,” kata Merino.
Hasilnya juga menunjukkan bahwa strategi kesehatan masyarakat yang meningkatkan akses ke makanan sehat dan mengatasi masalah sosial kesehatan dapat membantu mengurangi beban terhadap infeksi penyakit berbahaya, termasuk Covid-19.
”Temuan kami adalah seruan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memprioritaskan diet sehat dan kesejahteraan dengan kebijakan yang berdampak. Jika tidak, kita berisiko kehilangan kemajuan ekonomi selama beberapa dekade dan peningkatan substansial dalam kesenjangan kesehatan,” kata Merino.
Terkait diet
Studi sebelumnya oleh Panayiotis Louca dari Department of Twin Research and Genetic Epidemiology, King’s College London, dan tim yang diterbitkan di jurnal BMJ Nutrition, Prevention & Health, pada April 2021 juga menemukan kaitan pola diet dengan risiko Covod-19. Kajian terhadap 372.720 peserta dari Inggris ini menemukan, mereka yang mengonsumsi probiotik, asam lemak omega-3, multivitamin, atau vitamin D memiliki risiko infeksi SARS-CoV-2 yang lebih rendah sebesar 9-14 persen. Sementara itu, tidak ada efek yang diamati bagi mereka yang mengonsumsi suplemen vitamin C, seng, atau bawang putih.
Pada stratifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia dan indeks massa tubuh (BMI), asosiasi protektif pada individu yang memakai probiotik, asam lemak omega-3, multivitamin, dan vitamin D diamati pada wanita di segala usia dan kelompok BMI, tetapi tidak terlihat pada pria. Pola asosiasi keseluruhan yang sama diamati pada kohort AS dan Swedia.
Disimpulkan, ada hubungan protektif yang signifikan untuk vitamin D, asam lemak omega-3, probiotik, dan multivitamin pada pengguna wanita di seluruh usia dan kategori indeks massa tubuh di Inggris. Namun, tidak ada hubungan di antara pengguna pada pria dari kelompok ini. Sementara itu, suplemen vitamin C, seng, dan bawang putih dinilai tidak memiliki hubungan dengan risiko SARS-CoV-2.
Sekalipun sejumlah studi awal menunjukkan adanya kaitan antara pola asupan makanan dan risiko keparahan Covid-19, tetapi untuk pencegahan yang terbaik adalah tetap berusaha tidak tertular penyakit ini. Untuk mengurangi risiko ini, menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan, tetap menjadi langkah pencegahan yang terbaik.