Sementara para pejabat sudah mulai mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga, kelompok lansia makin tertinggal mendapatkan akses. Sebagian terpaksa menggunakan sisa jatah vaksin partai politik demi meningkatkan imunitas.
Oleh
Irene Sarwindaningrum / Insan Alfajri / Dhanang Aritonang / Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
Lama menanti vaksin Covid-19, orangtua Monika (bukan nama sebenarnya) baru memperolehnya pada Agustus 2021. Mereka memperoleh vaksin yang tersisa di program vaksinasi massal Partai Golkar di daerahnya di Klaten, Jawa Tengah. Itu pun karena kebetulan putri mereka, Monika, tengah bertugas di sana. Warga lansia sudah ditetapkan sebagai target prioritas dalam program vaksinasi Covid-19 nasional, ironisnya justru kerap tertinggal.
Monika adalah petugas kesehatan di Klaten, Jawa Tengah. Berulang kali ia bertugas dalam vaksinasi Covid-19 di daerahnya. Orangtuanya sendiri belum memperoleh vaksin sejak program vaksin Covid-19 dimulai pada Januari lalu. Padahal, sejak Februari lalu, warga lansia sudah ditetapkan sebagai target prioritas yang seharusnya didahulukan. Namun, kenyataannya Monika harus menyaksikan banyak orang berusia lebih muda memperoleh vaksin lebih dulu dari orangtuanya.
Awal Agustus 2021, Monika mendapat giliran tugas dalam vaksinasi di salah satu puskesmas di Klaten, Jawa Tengah. Sebagian peserta yang datang berusia produktif. Mereka adalah undangan dari DPD Partai Golkar Kabupaten Klaten.
Setelah semua peserta undangan yang datang selesai disuntik, masih ada tiga suntikan yang belum terpakai. Ia pun cepat-cepat memanggil bapak dan ibunya untuk vaksin. ”Karena ada sisa vaksin dari Golkar yang tidak terpakai itu, saya memanggil orangtua saya. Mereka belum dapat vaksin. Karena sisa harus dimanfaatkan,” katanya, di Klaten, Jawa Tengah, Kamis (5/8/2021).
Sesuai Petunjuk Teknis Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, sisa vaksin dalam satu vial yang sudah dibuka harus dihabiskan dalam 6 jam. Setelah terbuka lebih dari 6 jam, vaksin akan turun kualitasnya, bahkan rusak. Satu vial vaksin berisi 10 dosis.
Warga lansia sudah ditetapkan sebagai target prioritas dalam program vaksinasi Covid-19 nasional, ironisnya justru kerap tertinggal.
Monika tidak mengerti kenapa orangtuanya tidak terdata sebagai peserta dalam vaksinasi yang digelar Partai Golkar itu. Sementara tetangganya yang berusia lebih muda justru diundang. Menurut informasi yang dia peroleh, nama-nama peserta vaksin sudah ditentukan dari DPD Partai Golkar Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. ”Kami hanya suntik saja di sana, tidak bisa menentukan penerima,” katanya.
DPD Partai Golkar Kabupaten Klaten menggelar vaksinasi massal setelah memperoleh kiriman 10.000 dosis vaksin Sinovac dari pusat. Program itu dimulai 1 Agutus 2021. Vaksin untuk Golkar ini berbeda dari jatah vaksin untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Vaksin untuk Golkar Klaten dialokasikan langsung oleh Kementerian Kesehatan.
Sementara itu, jatah vaksin Dinas Kesehatan Klaten memang diprioritaskan untuk warga lansia. Namun, karena jumlahnya yang terbatas, banyak warga lansia di kabupaten itu yang belum memperoleh vaksin.
Jika orangtua Monika mendapatkan vaksin sisa, Juariyah (62) bahkan tidak dapat vaksin setelah mencari-cari ke kelurahan dan rumah sakit terdekat. Warga Depok, Jawa Barat, ini sehari-hari berjualan sayur di kompleks perumahan warga. Dia ingin segera mendapat vaksin agar tidak terpapar virus Covid-19.
Di tengah kekalutannya dan belum mendapat vaksin, dia terpapar virus. Setelah menjalani isolasi mandiri, dia berharap dapat segera divaksin. ”Saya mau sehat, saya ingin divaksin,” kata Juariyah.
Tak punya akses
Masih di Klaten, keluarga Cahyani (45) hampir putus asa berburu vaksin untuk ibunya, Leli (75). Sehari-hari, Leli yang sudah berusia lanjut itu masih terus berjualan di tokonya. Banyak pengunjung di tokonya tak taat protokol kesehatan. Keluarganya terus-menerus cemas Leli terpapar Covid-19, apalagi adanya varian Delta yang jauh lebih menular dan berbahaya.
Beberapa bulan terakhir, Cahyani tak henti memantau informasi program vaksin Covid-19. Tak hanya di Klaten, ia sampai berburu ke kota tetangga, DI Yogyakarta. ”Saya mendaftar ke RT/RW sini, tapi gagal karena katanya cuma untuk pengurus lingkungan. Pernah juga daftar di beberapa rumah sakit di sini, tapi waktu bisa membuka situs pendaftaran, langsung habis seperti sudah dipesan sebelum pendaftaran dibuka,” katanya.
Ia juga pernah mendaftar program vaksinasi organisasi masyarakat di Yogyakarta. Namun, infonya mendadak, membuatnya tak punya waktu untuk menyiapkan ibunya yang sudah sepuh bepergian ke Yogyakarta.
Saya mendaftar ke RT/RW sini, tapi gagal karena katanya cuma untuk pengurus lingkungan. Pernah juga daftar di beberapa rumah sakit di sini, tapi waktu bisa membuka situs pendaftaran, langsung habis seperti sudah dipesan sebelum pendaftaran dibuka.
Cahyani berkali-kali menerima informasi vaksinasi umum. Namun, saat ia mencoba daftar, ternyata program itu hanya dibuka untuk komunitas, lembaga, atau organisasi tertentu. ”Saya tidak ada kenalan orang dalam untuk daftar vaksin di mana-mana,” ujarnya.
Cahyani merasa tak punya akses memperoleh jatah vaksin untuk ibunya meski ia sudah lansia. Ia merasa iri melihat orang-orang yang jauh lebih muda dan sehat daripada ibunya mudah memperoleh vaksin. ”Mereka ada yang cerita, tidak mencari vaksin tetapi diundang ke vaksinasi,” kata Cahyani.
Capaian vaksinasi nasional untuk warga lansia per Rabu (26/8/2021) baru 23,96 persen untuk dosis pertama dan 16,93 persen untuk dosis kedua dari target sasaran 21,5 juta. Di hari yang sama, vaksinasi petugas publik justru melebihi target, yaitu 172,83 persen untuk dosis pertama dan 104,10 persen untuk dosis kedua.
Sementara angka kematian warga lansia menempati persentase tertinggi dari total kasus Covid-19. Hingga Rabu (25/8/2021), merujuk laman covid19.go.id, angka kematian warga di kelompok usia 60 tahun ke atas adalah 46,5 persen. Angka ini paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 46-59 tahun (36,8 persen), 31-45 tahun (12,9 persen), 19-30 tahun (2,8 persen), 6-18 tahun (0,5 persen), dan 0-5 tahun (0,5 persen).
Sampai kapan angka ini akan terus bertambah. Bagaimana jika mereka itu orangtua kita, guru kita, atau orang yang kita hormati?