Wapres Amin: Di Masa Pandemi, Rumah Sakit Mesti Beradaptasi dan Berinovasi
Beradaptasi dan berinovasi dalam pelayanan kesehatan sehingga aman bagi semua. Aman untuk tenaga kesehatan dan juga aman bagi pasien yang menjalani rawat inap serta rawat jalan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di masa pandemi Covid-19, rumah sakit secara umum dan juga rumah sakit syariah dituntut beradaptasi dan berinovasi dalam pelayanan kesehatan sehingga aman bagi semua. Aman untuk tenaga kesehatan dan juga aman bagi pasien yang menjalani rawat inap serta rawat jalan. Penyediaan pelayanan telemedicine termasuk dalam upaya tersebut.
Telemedicine adalah salah satu bentuk inovasi yang dilakukan rumah sakit. Peran teknologi informasi dimanfaatkan guna mendukung upaya untuk mengurangi risiko penularan yang dapat ditimbulkan akibat kontak langsung antara pasien dan tenaga kesehatan.
Demikian disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan pidato kunci pada seminar ilmiah dalam rangkaian Muktamar V Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) secara virtual, Sabtu (21/8/2021).
”Saya melihat pandemi membawa tekanan besar bagi pelayanan kesehatan. Namun juga, di saat yang sama, mendorong rumah sakit melahirkan inovasi-inovasi agar mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara profesional. Dan, termasuk mewujudkan layanan kesehatan rumah sakit syariah di Indonesia,” kata Wapres Amin.
Sekalipun beban rumah sakit meningkat di masa pandemi, Wapres Amin berharap rumah sakit tetap mempertahankan mutu pelayanan dan memastikan kesehatan para tenaga kesehatannya. Mereka adalah garda terdepan pelayanan kesehatan dalam masa pandemi.
MUKISI sebagai wadah perhimpunan rumah sakit Islam di Indonesia dinilai memiliki peran penting untuk mendorong peningkatan upaya pelayanan kesehatan syariah di Indonesia. ”Saya memberikan harapan yang besar kepada MUKISI untuk dapat terus menghimpun dan memadukan seluruh potensi rumah sakit syariah di seluruh wilayah sehingga dapat terus mendorong peningkatan upaya pelayanan kesehatan syariah di Indonesia,” ujarnya.
MUKISI diharapkan dapat terus menghimpun dan memadukan seluruh potensi rumah sakit syariah di seluruh wilayah sehingga dapat terus mendorong peningkatan upaya pelayanan kesehatan syariah di Indonesia.
Mengingat jumlah umat Islam yang sangat besar di Indonesia, menurut Wapres Amin, diperlukan hadirnya sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan akidah Islam untuk membantu penyembuhan, pemeliharaan kesehatan, sekaligus mampu menjadi sarana peningkatan keimanan seorang Muslim dalam mengatasi pengobatan dan pelayanan kesehatan.
Peran MUKISI yang telah berhasil mendorong ditetapkannya 25 rumah sakit berstatus syariah dan 42 rumah sakit Islam yang masih dalam tahap persiapan untuk mendapatkan status rumah sakit syariah pun diapresiasi.
Wapres Amin memandang hal ini sangat prospektif, mengingat saat ini MUKISI telah beranggotakan lebih dari 500 rumah sakit Islam yang tersebar di seluruh Indonesia.
”Saya juga sangat memaklumi bahwa pada tahun 2020 MUKISI sebenarnya telah menargetkan untuk bisa tercapainya penetapan 100 rumah sakit menjadi status syariah. Namun, upaya tersebut belum dapat tercapai karena hampir semua rumah sakit sejak setahun terakhir ini masih fokus pada penanganan Covid-19,” katanya.
Konsistensi dan komitmen
Meskipun demikian, Wapres Amin mengapresiasi MUKISI yang secara konsisten tetap memberikan fasilitas dan pendampingan, baik secara langsung maupun daring, kepada rumah sakit yang telah ditargetkan untuk mendapatkan status syariah. Ucapan terima kasih dan apresiasi juga diberikannya kepada MUKISI beserta semua rumah sakit syariah yang tetap berkomitmen dalam menangani pasien Covid-19 dengan tetap berlandaskan prinsip tujuan syariah Islam.
Hal ini meliputi upaya penyelamatan akidah pasien dengan pendekatan rohaniah, penguatan rohaniah dengan bimbingan keagamaan yang baik, penyelamatan jiwa pasien dengan memberikan pelayanan terbaik sesuai prosedur. Hal ini merupakan bagian dari upaya pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan, dan pengobatan sekaligus sebagai upaya dakwah Islamiah melalui kesehatan.
”Saya juga ingin mengingatkan untuk tetap memperhatikan beberapa standar pokok dari pelayanan pasien di rumah sakit syariah, yang terdiri dari asesmen spiritual, penjagaan ibadah wajib seperti shalat, upaya penyembuhan berbasis Al Quran atau Quranic healing, bimbingan kerohanian, penjaminan talqin, dan pemulasaraan jenazah sesuai syariah,” ujar Wapres Amin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, talkin adalah hal membisikkan atau menyebutkan kalimat syahadat di dekat orang yang hendak meninggal atau (dalam bentuk doa) untuk mayat yang baru dikuburkan.
Wapres Amin mengharapkan muktamar MUKISI kali ini akan memberikan ide-ide atau pemikiran yang terbaik sehingga dihasilkan rekomendasi strategis dalam mengupayakan pelayanan kesehatan yang prima. Hal ini tidak hanya dalam masa pandemi Covid-19, tetapi juga untuk jangka waktu yang lebih panjang dalam mengantisipasi dan mempersiapkan pandemi Covid-19 yang akan menjadi bagian dari pola kehidupan normal pascapandemi.
”Akhirnya saya berpesan agar rumah sakit syariah senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan disertai komitmen serta profesionalisme di dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan optimal kepada masyarakat, khususnya di masa pandemi Covid-19 ini dan sekaligus mempersiapkan masa endemi dalam jangka waktu yang lebih panjang,” ujar Wapres Amin.
Selain itu, lanjut Wapres Amin, kiranya penting bagi rumah sakit syariah untuk menjalin kerja sama dengan pendidikan tinggi dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang terbaik. ”Mari kita berjuang bersama bahu-membahu dalam menghadapi pandemi ini,” ujarnya.
Saat menyampaikan kilas balik, Ketua Umum MUKISI Masyhudi menuturkan bahwa pendirian MUKISI tidak lepas dari upaya beberapa tokoh dakwah di Indonesia. Mereka mendirikan MUKISI untuk kepentingan dakwah Islam lewat dunia kesehatan, yaitu pelayanan dan pendidikan kesehatan untuk meraih kejayaan Islam dan kemuliaan umat Islam.
”Sejak berdiri, MUKISI ini memang diperuntukkan bagaimana selalu memperbaiki mutu, baik pelayanan maupun pendidikan, dalam bidang kesehatan. Dan, semangatnya adalah semangat dakwah Islam. Tentu semangat ini menjadi hal yang sangat penting dan relevan untuk kita lakukan revitalisasi dan juga kita bangkitkan kembali semangat itu dalam situasi saat ini,” kata Masyhudi.