Candu Gawai dan Merenggangnya Relasi Sosial
Pemakaian gawai secara berlebihan mengancam kesehatan mental dan relasi sosial di lingkungan masyarakat sekitar. Karena itu, ketergantungan terhadap perangkat telepon pintar mesti dikurangi.
Penggunaan telepon pintar membuat kita lebih mudah mengerjakan beberapa hal pada saat bersamaan. Meski membuat sebagian aktivitas sehari-hari lebih efisien, dalam lingkungan sosial, pemakaian perangkat ini secara berlebihan bisa memicu tindakan kekasaran kontemporer berupa pengabaian teman karena asyik memakai gawai.
Tindakan mengabaikan teman selama berinteraksi tatap muka dengan memakai telepon (phubbing) bisa berdampak serius pada relasi antarpribadi. Meski hal tersebut dianggap lumrah di masyarakat, menurut studi baru oleh tim peneliti di University of Georgia (UGA), itu bisa berdampak serius pada relasi sosial.
Phubbing pertama kali diciptakan sebagai istilah pada bulan Mei 2012. Sebuah biro iklan Australia menciptakan kata ini untuk menggambarkan fenomena orang-orang yang mengabaikan teman dan keluarga yang ada di depan mereka dan malah sibuk memakai gawai. Segera setelah itu, kampanye ”Stop Phubbing” diluncurkan.
Meskipun kata itu mungkin tidak ada dalam kosa kata harian Anda, tindakannya mungkin biasa dilakukan. Satu studi menemukan bahwa lebih dari 17 persen orang berperilaku phubbing setidaknya empat kali sehari. Hampir 32 persen orang melaporkan diabaikan teman yang sibuk memakai gawai sampai tiga kali sehari.
Baca juga: Kecanduan Gawai Punya Dampak Serius
Menurut Kimberly Holland, editor kesehatan dan gaya hidup dalam artikel ”How to Identify and Manage Phubbing” di situs healthline.com, 4 Juni 2018, studi menunjukkan, phubbing merusak relasi sosial dan kesehatan mental Anda. Sebab, perilaku itu mengganggu kemampuan kita terlibat dengan orang-orang di sekitar.
Perilaku phubbing juga bisa berdampak negatif pada pernikahan. Satu studi menemukan, perilaku itu menurunkan tingkat kepuasan pernikahan. Studi lain menemukan, pasangan yang saling mengabaikan karena sibuk memakai gawai mengalami tingkat depresi lebih tinggi.
Relasi pertemanan
Meski ada sejumlah riset tentang phubbing dalam banyak relasi berbeda, sedikit yang mengulas phubbing teman (Fphubbing). Karena itu, tim periset di UGA meneliti sejumlah faktor pemicu seseorang mengabaikan teman demi melihat layar elektronik dan bagaimana perilaku itu relevan dengan kepuasan dalam pertemanan.
Studi ini mengungkapkan hubungan positif antara depresi dan kecemasan sosial pada peningkatan Fphubbing. Orang yang cemas secara sosial dan memilih interaksi sosial daring daripada komunikasi tatap muka, kemungkinan juga menunjukkan lebih banyak perilaku mengabaikan teman karena kecanduan gawai.
Ciri-ciri kepribadian seperti neurotisisme dan keramahan turut memengaruhi perilaku phubbing. ”Beberapa orang yang mengalami kecemasan sosial dan depresi lebih cenderung kecanduan gawai,” kata Juhyung Sun, penulis utama studi yang meraih master studi komunikasi di UGA, dalam jurnal Behaviour and Information Technology.
Baca juga: Bagaimana Sebaiknya Orangtua Membatasi Penggunaan Gawai pada Anak
Perilaku tersebut menunjukkan bagaimana teknologi mengganggu interaksi sosial dan seberapa cepat perilaku itu diterima masyarakat. ”Saya mengamati begitu banyak orang memakai ponsel saat duduk bersama teman-teman mereka di kafe, kapan pun waktu makan,” kata Sun, yang juga kandidat doktor di Universitas Oklahoma, sebagaimana dikutip sciencedaily, Senin (9/8/2021).
Ada beberapa alasan di balik phubbing, antara lain, kecanduan gawai dan kebiasaan terus-menerus membaca notifikasi yang muncul di layar, mulai dari informasi kondisi cuaca hingga berita terkini. ”Orang-orang amat sensitif terhadap notifikasi mereka. Saat ada suara dari gawai, kita melihat ponsel,” katanya.
Pribadi yang menyenangkan
Temuan lain yang signifikan dalam riset ini mengungkap bahwa individu yang menyenangkan berperilaku phubbing lebih rendah di hadapan teman-teman mereka. ”Orang dengan kepribadian ramah cenderung menunjukkan perilaku kooperatif dan sopan dalam relasi interpersonal dan sosial mereka,” kata Sun.
”Mereka memiliki kecenderungan tinggi untuk menjaga keharmonisan sosial sambil menghindari pertengkaran yang dapat merusak hubungan mereka,” katanya. Dalam percakapan tatap muka, orang-orang dengan tingkat keramahan tinggi menganggap perilaku mengabaikan teman demi melihat gawai tidak sopan.
Beberapa orang yang mengalami kecemasan sosial dan depresi lebih cenderung kecanduan gawai.
Walaupun orang yang menyenangkan mungkin memprioritaskan persahabatan yang kuat, studi eksplorasi oleh para peneliti mengungkapkan phubbing juga lebih mungkin dilakukan di hadapan tiga orang atau lebih. Dinamika itu bisa memengaruhi prevalensi perilaku tersebut dalam konteks lingkungan kerja.
”Sungguh ironis bahwa meski begitu banyak orang percaya bahwa phubbing tidak sopan, mereka masih melakukannya,” kata Sun. Mayoritas orang mengabaikan teman dengan memakai ponsel saat berinteraksi dalam satu kelompok karena menganggap perilaku itu tak disadari teman bicaranya.
Lihat juga: Batasi Gawai di Sekolah
Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Applied Social Psychology menemukan, orang yang melihat simulasi pengabaian seseorang terhadap lawan bicara dengan memakai ponsel merasakan emosi negatif saat mereka diminta membayangkan jadi orang yang diabaikan.
Hal itu disebabkan phubbing mengancam empat kebutuhan dasar, yakni rasa memiliki, harga diri, keberadaan yang berarti, dan pengendalian. Ketika seseorang mengabaikan Anda karena memakai gawai, Anda akan merasa ditolak, dikucilkan, dan tak dianggap penting. Itu bisa mengganggu kesehatan mental Anda.
Baca juga: Memulai Langkah, Batasi Gawai di Sekolah...
Sungguh ironis bahwa meski begitu banyak orang percaya bahwa phubbing tidak sopan, mereka masih melakukannya.
Menurut Timothy Legg, ahli geriatri dan kesehatan jiwa di California Southern University, dalam ulasannya di healthline.com, juga menunjukkan orang yang berperilaku phubbing lebih cenderung meraih ponsel mereka dan mencoba terlibat dengan jaringan media sosial untuk mengisi kekosongan itu.
Identifikasi perilaku
Perilaku mengabaikan teman demi melihat gawai bisa dikenali dari beberapa tanda. Salah satunya, Anda melakukan dua percakapan sekaligus, di ponsel dan secara langsung, dan itu kemungkinan tidak berhasil dilakukan. Tanda lainnya, Anda segera mengeluarkan ponsel saat makan malam atau interaksi sosial lainnya.
”Menempatkan ponsel Anda di samping piring untuk berjaga-jaga menjadi tanda peringatan bahwa Anda akan segera berperilaku phubbing. Anda tidak bisa makan tanpa memeriksa ponsel,” tutur Kimberly. Satu studi menemukan bahwa kehadiran telepon seluler saja saat bisa membuat seseorang merasa kurang terhubung.
Ada beberapa cara untuk menghentikan perilaku tersebut. Salah satunya, jadikan aktivitas makan sebagai zona larangan menggunakan telepon seluler lalu mulai berinteraksi dengan orang sekitar. Cara lain, jangan takut meletakkan ponsel di mobil, laci meja, ataupun tas Anda.
Baca juga: Mekarnya Layar
Setiap orang akan menikmati hadiah kecil. Karena itu, jadikan mengabaikan ponsel Anda saat mengobrol atau makan sebagai tantangan. Setiap kali berhasil melakukan itu, manjakan diri Anda. Selanjutnya, tantangan tersebut kembali dijalani hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
Selain itu, bergantian menonaktifkan atau membalik telepon dapat menunjukkan rasa hormat terhadap suatu situasi dan fokus pada seseorang. ”Itu juga merupakan sinyal bahwa saya mendengarkan apa yang Anda katakan, pertemuan ini penting dan saya fokus pada Anda,” kata Sun.
Jennifer Samp, profesor bidang komunikasi di UGA Franklin College of Arts and Sciences sekaligus pembimbing Sun dalam proyek itu, meyakini bahwa tindakan phubbing memiliki implikasi lebih besar lagi setelah publik kembali berinteraksi tatap muka saat pandemi Covid-19 mereda.